bekajar besama

bekajar besama

Minggu, 17 April 2011




Konsep Dakwah untuk masyarakat Pesisir
(Strategi dan metode dakwah di Jepara)

By: Ali Ardianto


A. Pendahuluan

Dalam proses pengertian yang integralistik, dakwah merupakan proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah dalam rangka mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah, dan secara bertahap menuju perkehidupan yang Islami. Suatu proses yang berkenambungan adalah suatu proses yang bukan insidental atau kebetulan, melainkan benar-benar direncanakan, dilaksanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara terus menerus oleh para pengemban dakwah dalam rangka mengubah perilaku sasaran dakwah sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan. (http://basyirin.blog.man18-jkt.sch.id/2010/02/27/definis-dakwah/http://basyirin.blog.man18-jkt.sch.id/2010/02/27/definis-dakwah/ )
Al-Qur'ân merupakan sumber utama dan pertama bagi umat muslim sebagai dasar pedoman yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, dan Hadîts sebagai sumber yang kedua. Oleh karenanya, sebagai umat Islam harus dapat mempelajari dan berusaha untuk melaksanakan segala sesuatu yang ada di dalam al-Qur‘ân dan Hadîts tersebut. Kandungan al-Qur‘ân secara umum ada enam hal pokok, yaitu: Akidah, Akhlak, hukum, kisah-kisah, dasar-dasar ilmu pengetahuan, dan janji dan ancaman Kedudukan Hadîts sangat penting, sebab Hadîts itu menjelaskan masalah-masalah yang belum dijelaskan dalam al-Qur‘ân Untuk mensosialisasikan kan- dungan al-Qur‘ân dan Hadîts tersebut, diperlukan dakwah, sebab dakwah adalah suatu usaha bagaimana terwujudnya ajaran al-Qur‘ân dan Hadîts pada semua aspek kehidupan manusia.
Awal mula dakwah Nabi Muhammad Saw. secara sembunyi-sembunyi, yaitu dengan menbyeru keluarga yang tinggal dalam satu rumah dan para sahabat beliau yang dekat. Tiga tahun lamanya beliau melakukan dakwah face to face. Setelah itu beliau melakukan dahwah terang-terangan setelah ada perintah dari Allah. Kebehasilan dakwah beliau, mulai ada titik kecermelangan setelah perang Badar tahun 2 Hijriyah, dan puncaknya pada penaklukan Makkah pada tahun 8 Hijriyyah. Untuk itu bagimana dakwah itu berhasil perlu dikaji konsep dakwah dalam Islam. (Jurnal Suhuf vo.l 19 no. November, Budi Rahardjo, 2007, hal 89)
Kabupaten Jepara, adalah salah satu kabupaten di ProvinsiProvinsi Jawa TengahJawa Tengah . Ibukotanya adalah JeparaJepara . Kabupaten ini berbatasan dengan Laut JawaLaut Jawa di barat dan utara, Kabupaten PatiKabupaten Pati dan Kabupaten KudusKabupaten Kudus di timur, serta Kabupaten DemakKabupaten Demak di selatan. Wilayah Kabupaten Jepara juga meliputi Kepulauan KarimunjawaKepulauan Karimunjawa , yang berada di Laut Jawa. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Jepara)
Keagamaan masyarakat jepara tidak bisa dipisahkan dari keberadaan dan eksistensi kerajaan Isalam pertama di Jawa, yaitu Kerajaan Demak Bintoro. Jepara yang pernah menjadi salah satu pusat pelabuhan bagi kerajaan Demak secara tidak langsung juga menjadi wilayah penyebaran dakwah Islam dari kerajaan Demak. Terlebih Jepara berbatasan langsung dengan wilayah Demak.
Corak Islam yang dikembangkan oleh kerajaan Islam di Jawa pada masa itu dapat dikatakan adalah islam Egaliter yang sangat menghormati perbedaan pendapat dan kepercayaan. Bidikan dakwah Islam langsung menuju substansi ajaran Islam meski tidak mengabaikan syariah. Sikap islam yang egaliter menghargai kebudaan setempat (Hindu, Budha, Jawa) berakibat terjadinya akulturasi budaya antara Islam dan kebudayaan setempat. Problematika yang timbul dalam dakwah saat ini di daerah jepara tidaklah hanya masalah perlu adanya purifikasi seperti apa yang disuarakan oleh KH. Ahmad Dahlan Tokoh pendiri Muhammadiyah dan juga oranganisasi-organisasi Islam lain yang getol dengan urusan purifikasi. Tapi juga menyangkut masalah Ekonomi, Sosial masyarakat, Politik, dan Budaya. Dalam karya tulis ini penulis mencoba menguraikan metode dan strategi dakwah apa yang mungkin tepat digunakan untuk menjawab tantangan dakwah di Jepara saat ini.

B. Gambaran Umum Obyek Dakwah
1. Keadaan Geografis









Peta Administrasi Kabupaten Jepara

Jepara sebagai salah satu kabupaten di Jawa Tengah terletak pada 5°43`20,67” sampai 6°47`25,83” LS dan 110°9`48,02” sampai 110°58`37,40” BT. Ketinggian permukaan tanah dari permukaan air laut mulai dari 0 m sampai dengan 1.301 m.
Ketinggian Dari Permukaan Laut / Height of Sea Level :.
1. Kedung : 0 - 2 m
2. Pecangaan : 2 - 17 m
3. Kalinyamatan : 2 - 29 m
4. Welahan : 2 - 7 m
5. Mayong : 13 - 438 m
6. Nalumsari : 13 - 736 m
7. Batealit : 68 - 378 m
8. Jepara : 0 - 46 m
9. Tahunan : 0 - 50 m
10. Mlonggo : 0 - 300 m
11. Pakisaji : 25 - 1.000 m
12. Bangsri : 0 - 594 m
13. Kembang : 0 - 1.000 m
14. Keling : 0 - 1.301 m
15. Donorojo : 0 - 619 m
16. Karimunjawa : 0 - 100 M

2. Demografi Penduduk Jepara
Jumlah penduduk Kabupaten Jepara tahun 2009 adalah sebanyak 1.107.973 jiwa yang terdiri dari 557.576 laki-laki (50,32%) dan 550.397 perempuan (49,68%). Dengan jumlah penduduk terbanyak merupakan Kecamatan Tahunan (98.052 jiwa atau 8,85%) dan jumlah penduduk paling sedikit merupakan Kecamatan Karimunjawa (8.823 jiwa atau 0,80%). Sedangkan kepadatan penduduknya pada tahun 2009, Kabupaten Jepara mencapai 1.103 jiwa per km2. Penduduk terpadat berada di Kecamatan Jepara (3.136 jiwa per km2), sedangkan kepadatan terendah berada di Kecamatan Karimunjawa (124 jiwa per km2).
Menurut kelompok umur, sebagian besar penduduk Kabupaten Jepara termasuk dalam usia produktif (15-64 tahun) sebanyak 732.419 jiwa (66,10%) dan selebihnya usia non produktif atau berusia di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas. Sedangkan besarnya angka ketergantungan (dependency ratio) Kabupaten Jepara adalah 512,76 yang berarti setiap 1.000 jiwa berusia produktif menanggung sebanyak 513 jiwa penduduk usia non produktif.
Selama tahun 2009 di Kabupaten Jepara terdapat 21.841 kelahiran. Kelahiran tertinggi terjadidi Kecamatan Tahunan yaitu sebanyak 1.978 kelahiran atau sekitar 9,25% dari total kelahiran di Kabupaten Jepara, sedangkan jumlah kelahiran terkecil terdapat di Kecamatan Karimunjawa yang hanya sebanyak 189 kelahiran atau 0,86% dari total kelahiran. Dilihat dari tingkat Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate - CBR) yang merupakan jumlah anak yang dilahirkan per 1.000 orang penduduk tercatat sebesar 19,71.
Program keluarga berencana (KB) aktif di Kabupaten Jepara selama tahun 2009 tercatat sebanyak 173.709 peserta. Peserta KB baru tercatat sebanyak 27.121 pesertanamun hal ini melampaui target pemerintah sebesar 26.253. Alat kontrasepsi yang digunakan sebagian besarpeserta KB aktif menggunakan suntik sebanyak 99.335 (57,18%), kemudianpil (21,73%), dan implant (9,50%). (http://kitakelompok4.blogspot.com/2011/03/3-demografi-sumberdaya-manusia-sosial.htmlhttp://kitakelompok4.blogspot.com/2011/03/3-demografi-sumberdaya-manusia-sosial.html )

3. Sumber Daya Manusia
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Jepara, banyaknya pencari kerja yang terdapat sampai dengan tahun 2009 sebanyak 23.859 orang, sebagian besar dari pencari kerja tersebut berpendidikan Sarjana Muda ke atas (59,46%), setingkat SLTA (37,26%) selebihnya (3,28%) berpendidikan setingkat SD dan SLTP. Tahun 2009 telah terjadi penyusutan kontribusi sektor industri. Penduduk Kabupaten Jepara berdasarkan lapangan usaha (sektor) dari data hasil Susenas 2009 sebagian besar berusaha atau pun bekerja di sektor Industri (39,59%) dan Pertanian (20,28%), selebihnya di sektor Pertambangan, Listrik, Konstruksi, Keuangan dan Jasa-jasa.
Program transmigrasi merupakan upaya untuk memperluas lapangan usaha dan kesempatan kerja. Selama tahun 2009 telah diberangkatkan sebanyak 15 KK dari empat kecamatan, yaitu Kecamatan Kedung 2 KK, Kecamatan Mayong 5 KK, Kecamatan Jepara 1 KK dan Kecamatan Donorojo 7 KK dengan tujuan Kabupaten Musi Banyu Asin, Sumatera Selatan.

4. Sosial Budaya
Potensi sosial budaya masyarakat Jepara yang mempunyai orientasi pengembangan pada wilayah pantai cukup banyak. Potensi budaya tearsebut meliputi kebijakan pemerintah, lokasi peninggalan sejarah yang sekaligus difungsikan sebagai cagar budaya, upacara tradisional dengan nilai-nilai kebaharian yang dijasikan sebagai daya tarik wisatawan, kerajinan yang berakar pada budaya laut serta tempat-tempat wisata yang dimungkinkan sebagai arena dunia fantasi yang mempunyai lokasi di laut. Selain berasal dari laut, kesenian budaya di Jepara yang terkenal adalah seni ukirnya terutama ukiran bungaukiran bungaukiran bungaukiran bunga .Kerajinan ukir mebel khas Jepara ini tersebar merata hampir di seluruh kecamatan dengan ciri khas masing-masing. Pusat perdagangan seni ukir Jepara dengan motif bunga biasanya terdapat di daerah Ngabul, Senenan, Tahunan, Pekeng, Kalongan, dan Pemuda.
Hampir setiap perajin di daerah tersebut cukup ahli dalam membuat ukiran bunga pada mebel mereka. Mulai bunga sepatu, bunga matahari, bunga anggrekbunga anggrekbunga anggrekbunga anggrek . Bahkan, bunga edelweis yang pengerjaannya sulit karena bentuknya kecil pun dapat dipesan dan dikerjakan dengan baik di wilayah ini.
Sejarah Jepara menunjukkan bahwa pada tahun 1470 Jepara merupakan kota pantai yang baru dihuni oleh 90-100 orang serta dipimpin oleh Aryo Timur. Dengan ketekunan, keuletan, ketabahan dan kegigihannya, Aryo Timur berhasil mengembangkan kota pantai kecil yang dikelilingi benteng berupa kayu dan bambu ini, menjadi sebuah bandar yang cukup besar. Di Kabupaten Jepara saat ini terdapat empat situs bersejarah. Kebesaran Kabupaten Jepara pada masa lalu serta potensi sosial budaya dan ekonomi yang dimiliki, saat ini dihadapkan pada perubahan yang dinamis dalam konteks globalisasi pada satu sisi, dan kecenderungan menguatnya semangat otonomi daerah pada sisi yang lain, menuntut adanya paradigma pembangunan yang adaptatif terhadap dua kutub kecenderungan tersebut sebagai upaya untuk menempatkan Kabupaten Jepara tetap menjadi Kabupaten yang terkemuka. Terkait hal tersebut berikut akan diuraikan kondisi sosial budaya daerah, antara lain pada aspek pendidikan, kesehatan, agama, kesejahteraan sosial, pariwisata, kebudayaan dan Indeks Pembangunan Manusia. (Ibid)

5. PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi APBD Jepara mengacu pada APBN yang mengasumsikan pertumbuhan ekonomi pada 2011 sebesar 6,3 persen. Angka itu sangat dari jauh capaian dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2007, pertumbuhan ekonomi di Jepara sebesar 4,74 persen, lalu menjadi 4,49 persen pada tahun 2008, dan 5,02 persen pada tahun 2009. Pada saat yang sama, pertumbuhan ekonomi di tingkat provinsi adalah 5,59 lalu 5,47 dan 4,71. Sedangkan secara nasional berada pada angka 6,28, lalu 6,06, dan 4,51. Sejak tahun 2001, hanya pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi di Jepara tercatat di atas capaian provinsi dan nasional. Selebihnya pada rentang waktu itu, hampir tiap tahun pertumbuhan ekonomi Jepara selalu di bawah provinsi dan nasional.

6. Kebijakan dan Produk Hukum Pemerintah Kabupaten Jepara
Produk Hukum Daerah


C. Konsep Dakwah
1. Hakikat Dakwah
Hakekat Dakwah jika difahami dari penjelasan dalam pengertian dakwah sebelumnya, maka hakekat yang paling penting adalah sebagai jalan Ketauhidan Kata ketauhidan berasal dari kata tauhid, dari bahasa Arab , kata tersebut berarti menunjukkan pada kesendirian atau keesaan9 Jadi yang dimaksud dengan ketauhidan adalah adanya keyakinan atau kepercayaan bahwa Allah hanya satu dan tiada satu pun yang dapat menyamai-Nya. Hal ini sesuai dengan Q.S. al- Qashash (28): 87- 88 sebagai berikut:
“Dan janganlah biarkan mereka menghalangimu (untuk menyampaikan) ayat-ayat Allah sesudah diturunkan kepadamu, dan jangan sekali-kali termasuk golongan orang-orang mu syrik. Janganlah menyeru di samping Allah ada sembahan yang lain, tiada Tuhan selain Dia, segala (yang ada) akan binasa kecuali wajah-Nya, kepunyaan- Nyalah segala ketentuan, dan kepada- Nyalah kamu dikembalikan.”
Dua ayat tersebut menunjukkan bahwa berdakwah adalah mengajak ke- pada umat manusia agar tidak berbuat syirik atau menyekutukan Allah Swt, sebab kalau masih ada sesembahan lain selain Dia, berarti sama saja memiliki dua keyakinan atau kepercayaan.
2. Metode Dakwah
Metode dakwah adalah cara mencapai tujuan dakwah, untuk mendapatkan gambaran tentang prinsip-prinsip metode dakwah harus mencermati firman Allah Swt, dan Hadits Nabi Muhammad Saw :
‫ “Serulah [ manusia ] kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik .......“ [ Q.S. An-Nahl 16: 125 ].
Dari ayart tersebut dapat difahami prinsip umum tentang metode dakwah Islam yang menekankan ada tiga prinsip umum metode dakwah yaitu ; Metode hikmah, metode mau’izah khasanah, meode mujadalah billati hia ahsan, banyak penafsiran para Ulama‟ terhadap tiga prinsip metode tersebut antara lain :
a. Metode hikmah menurut Syeh Mustafa Al-Maroghi dalam tafsirnya mengatakan bahwa hikmah yaitu; Perkataan yang jelas dan tegas disertai dengan dalil yang dapat mempertegas kebenaran, dan dapat menghilangkan keragu-raguan.
b. Metode mau‟izah khasanah menurut Ibnu Syayyidiqi adalah memberi ingat kepada orang lain dengan fahala dan siksa yang dapat menaklukkan hati.
c. Metode mujadalah dengan sebaik-baiknya menurut Imam Ghazali dalam kitabnya Ikhya Ulumuddin menegaskan agar orang-orang yang melakukan tukar fikiran itu tidak beranggapan bahwa yang satu sebagai lawan bagi yang lainnya, tetapi mereka harus menganggap bahwa para peserta mujadalah atau diskusi itu sebagai kawan yang saling tolong-menolong dalam mencapai kebenaran. Demikianlah antara lain pendapat sebagaian Mufassirin tentang tiga prinsip metode tersebut. Selain metode tersebut Nabi Muhammad Saw bersabda :
“Siapa di antara kamu melihat kemunkaran, ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan hatinya, dan yang terakhir inilah selemah-lemah iman.” [ H.R. Muslim ].
Dari hadis tersebut terdapat tiga tahapan metode yaitu ;
a. Metode dengan tangan [bilyadi], tangan di sini bisa difahami secara tektual ini
terkait dengan bentuk kemunkaran yang dihadapi, tetapi juga tangan bisa difahami dengan kekuasaan atau power, dan metode dengan kekuasaan sangat efektif bila dilakukan oleh penguasa yang berjiwa dakwah.
b. Metode dakwah dengan lisan [billisan], maksudnya dengan kata-kata yang lemah lembut, yang dapat difahami oleh mad‟u, bukan dengan kata-kata yang keras dan menyakitkan hati.
c. Metode dakwah dengan hati [bilqolb], yang dimaksud dengan metode dakwah
dengan hati adalah dalam berdakwah hati tetap ikhlas, dan tetap mencintai mad‟u dengan tulus, apabila suatu saat mad‟u atau objek dakwah menolak pesan dakwah yang disampaikan, mencemooh, mengejek bahkan mungkin memusuhi dan membenci da‟I atau muballigh, maka hati da‟i tetap sabar, tidak boleh membalas dengan kebencian, tetapi sebaliknya tetap mencintai objek, dan dengan ikhlas hati da‟i hendaknya mendo‟akan objek supaya mendapatkan hidayah dari Allah SWT. Selain dari metode tersebut, metode yang lebih utama lagi adalah bil uswatun hasanah, yaitu dengan memberi contoh prilaku yang baik dalam segala hal. Keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW banya ditentukan oleh akhlaq belia yang sangat mulia yang dibuktikan dalam realitas kehidupan sehari-hari oleh masyarakat. Seorang muballigh harus menjadi teladan yang baik dalam kehidupan sehar-hari.

3. Dakwah Kultural dan Pengembangan Masyarakat
Terminologi Dakwah kultural memberikan penekanan makna yang berbeda dari dakwah konvensional yang disebut juga dengan dakwah struktural. Dakwah kultural memiliki makna dakwah Islam yang cair dengan berbagai kondisi dan aktivitas masyarakat. Sehingga bukan dakwah verbal, yang sering dikenal dengan dakwah bil lisan (atau tepatnya dakwah bi lisan al-maqal), tetapi dakwah aktif dan praktis melalui berbagai kegiatan dan potensi masyarakat sasaran dakwah, yang sering dikenal dengan dakwah bil hal (atau tepatnya dakwah bi lisan al-hal).
Dengan makna di atas, dakwah kultural Muhammadiyah sebenarnya mengembangkan makna dan implementasi Geraakan Jamaah dan Gerakan Dakwah Jamaah (GJ-GDJ) yang diputuskan oleh Muktamar Muhammadiyah ke 37 di Yogyakarta, tahun 1967, yang disempurnakan pada Rapat Kerja Nasional dan Dialog Dakwah Nasional, Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 1987 di Kaliurang.
Dakwah dengan pengembangan masyarakat dilakukan dengan pengembangan sumber daya manusia, yaitu memberikan bekal sesuai dengan kebutuhan dan kecenderungan kehidupannya, dengan memasukkan prinsip-prinsip kehidupan Islami. Sehingga mereka dapat melakukan pemenuhan kebutuhan, kepentingan dan kecenderungan hidupnya dengan bimbingan nilai-nilai ajaran Islam. (DAKWAH KULTURAL DAN PEMURNIAN AJARAN ISLAM, Dr. Syamsul Hidayat)
a. Dakwah Kultural dan Pluralitas Budaya
Interaksi Muhammadiyah dengan pluralitas budaya, dan lebih khusus seni budaya dan komunitasnya telah melahirkan sejumlah ketegangan, baik yang bersifat kreatif maupun destruktif.
Ketegangan tersebut bersumber pada realitas historis-sosiologis, bahwa banyaknya kebudayaan dan seni budaya pada khususnya yang dikembangkan berasal dari ritual-ritual keagamaan sebelum kedatangan Islam. Sehingga banyak seni-budaya dan tradisi budaya lokal yang mengandung nilai-nilai dan norma-norma yang bertentangan dengan aqidah, syari’ah dan akhlak Islam. Di samping itu, juga bersumber dari kerigidan pemahaman agama, yang tidak memberi ruang kepada pluralitas budaya dan pemahaman keagamaan, dan pemahaman terhadap ajaran Islam yang terlalu tekstual dan literal, dengan tidak melakukan pemekaran makna, tidak menggunakan pendekatan rasional dan pendekatan integratif (tauhidi).
Dalam kaitan dengan dengan pluralitas budaya dan tradisi lokal, dakwah kultural, sebagaimana dikemukakan di muka, Muhammadiyah memberikan sikap ko-eksistensi dan pro-eksisten dalam rangka tabsyiriyah, tetapi pada saatnya Muhammadiyah melakukan islah dan tajdid, sehingga seni dan budaya lokal yang tidak bertentangan dengan aqidah, syari’ah dan akhlak Islam dapat dipertahankan dengan memberikan isi dengan pesan-pesan keislaman. Di samping itu melakukan kreasi baru dengan menawarkan kultur alternatif yang merupakan ekspresi dari pengahayatan ajaran Islam, serta meluruskan segala kultur, dan seni-budaya yang membawa nilai-nilai kemusyrikan, takhayul, bid’ah dan khurafat menuju al-tauhid al-khalis. Dengan demikian sikap ko-eksistensi dan pro-eksistensi merupakan konsekwensi pluralitas budaya dan sikap rasional Muhammadiyah, akan tetapi sikap ini merupakan bagian dari proses dalam tahapan dan marhalah dakwah.


4. Aplikasi Metode Dakwah
Ketiga metode dakwah tersebut diaplikasikan dalam berbagai pendekatan, diantarnya
yaitu :
a. Pendekatan Personal; pendekatan dengan cara ini terjadi dengan cara individual yaitu antara da’i dan mad’u langsung bertatap muka sehingga materi yang disampaikan langsung diterima dan biasanya reaksi yang ditimbulkan oleh mad’u akan langsung diketahui.
b. Pendekatan Pendidikan; pada masa Nabi, dakwah lewat pendidikan dilakukan beriringan dengan masuknya Islam kepada kalangan sahabat. Begitu juga pada masa sekarang ini, kita dapat melihat pendekatan pendidikan teraplikasi dalam lembaga-lembag pendidikan pesantren, yayasan yang bercorak Islam ataupun perguruan tinggi yang didalamnya terdapat materi-materi keislaman.
c. Pendekatan Diskusi; pendekatan diskusi pada era sekarang sering dilakukan lewat berbagai diskusi keagamaan, da‟i berperan sebagai nara sumber sedang mad’u berperan sebagai undience.
d. Pendekatan Penawaran; cara ini dilakukan Nabi dengan memakai metode yang tepat tanpa paksaan sehingga mad‟u ketika meresponinya tidak dalam keadaan tertekan bahkan ia melakukannya dengan niat yang timbul dari hati yang paling dalam.
e. Pendekatan Misi; maksud dari pendekatan ini adalah pengiriman tebaga para da‟i ke daerah-daerah di luar tempat domisisli. (Metode Dakwah; Solusi Untuk Menghadapi Problematika Dakwah Masa Kini Oleh: Sudirman)

D. Kesimpulan
Melihat persoalan ummat Islam di atas, nampaknya dakwah Islam harus dilakukan dengan upaya yang seriaus dan tidak hanya cukup dilakukan dengan dakwah bil lisan, dakwah yang dibutuhkan adalah kerja nyata yang mampu menimbulkan perubahan- perubahan sosial kemasyarakatan dan mampu memberikan solusi bagi permasalahan umat. Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa memberikan kekuatan dan petunjuk agar kita tidak salah pilih dan tidak terlambat, insya Allah.

Rujukan Makalah
1. (Jurnal Suhuf vo.l 19 no. November, Budi Rahardjo, 2007, hal 89)
2. (DAKWAH KULTURAL DAN PEMURNIAN AJARAN ISLAM, Dr. Syamsul Hidayat
3. Metode Dakwah; Solusi Untuk Menghadapi Problematika Dakwah Masa Kini Oleh: Sudirman)
4. (http://basyirin.blog.man18-jkt.sch.id/2010/02/27/definis-dakwah/http://basyirin.blog.man18-jkt.sch.id/2010/02/27/definis-dakwah/ )
5. (http://kitakelompok4.blogspot.com/2011/03/3-demografi-sumberdaya-manusia-sosial.htmlhttp://kitakelompok4.blogspot.com/2011/03/3-demografi-sumberdaya-manusia-sosial.html )

Tidak ada komentar: