bekajar besama

bekajar besama

Rabu, 22 Desember 2010

Psikologi sosial

PSIKOLOGI SOSIAL
SEBUAH RESUME
Dari Buku Psikologi Sosial Karya : Drs. H. Abu Ahmadi


Resume ini untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Sosial
Dosen Pengampu: Drs. Sumantri. M.Ag.















Oleh:

Ismawati
H. 000 050 010




USHULUDDIN
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN

1.Pengertian Psikologi
Psikologi sosial merupakan perkembangan ilmu pengetahuan yang baru dan merupakan cabang dari ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya. Ilmu tersebut menguraikan tentang kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial. Dari berbagai pendapat tokoh-tokoh tentang pengertian psikologi sosial dapat disimpulkan bahwa psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya dengan situasi sosial.

2.Sejarah Singkat Psikologi Sosial
Sedangkan latar belakang timbulnya psikologi sosial, banyak beberapa tokoh berpendapat, semisal, Gabriel Tarde mengatakan, pokok-pokok teori psikologi sosial berpangkal pada proses imitasi sebagai dasar dari pada interaksi sosial antar manusia. Bedah lagi dengan Gustave Le Bon, bahwa pada manusia terdapat dua macam jiwa yaitu jiwa individu dan jiwa massa yang masing-masing berlaianan sifatnya.
Jiwa massa lebih bersifat primitif (buas, irasional, dan penuh sentimen) dari pada sifat-sifat jiwa individu. Berlaianan dengan Le Bon, Sigmund Freud berpendapat bahwa jiwa massa itu sebenarnya sudah terdapat dan tercakup oleh jiwa individu, hanya saja sering tidak disadari oleh manusia itu sendiri karena memang dalam keadaan terpendam. Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh yang berpendapat dalam buku yang mempunyai pengaruh terhadap perkembangan psikologi sosial.
Pada tahun 1950 dan 1960 psikologi sosial tumbuh secara aktif dan program gelar dalam psikologi dimulai disebagaian besar universitas. Dasar mempelajari psikologi sosial berdasarkan potensi-potensi manusia, dimana potensi ini mengalami proses perkembangan setelah individu itu hidup dalam lingkungan masyarakat. Potensi-potensi tersebut antara lain:
a.Kemampuan menggunakan bahasa
b.Adanya sikap etik
c.Hidup dalam 3 dimensi (dulu, sekarang, akan datang)
Ketiga pokok di atas biasa disebut sebagai syarat human minimum. Dengan demikian yang tidak memenuhi human minimum dengan sendirinya sukar digolongkan sebagai masyarakat.

3.Obyek Psikologi Sosial
Obyek manusia mempelajari psikologi sosial adalah kegiatan-kegiatan sosial / gejala-gejala sosial. Sementara menurut Psikologi Sosial, manusia itu dapat dipandang sebagai:
a.Mahluk individu
b.Mahluk sosial dan
c.Mahluk berketuhanan

4.Metode Psikologi Sosial
Sedangkan metode sosial antara lain:
a.Metode Eksperimen
b.Metode survey
c.Metode Observasi
d.Metode diagnostik – psychis
e.Metode Sosiometri.

5.Hubungan Psikologi Sosial dengan Ilmu-Ilmu Lain
Sebagai ilmu yang obyeknya manusia, maka terdapat saling hubungan antara psikologi sosial dengan ilmu-ilmu lain yang obyeknya juga manusia seperti misalnya : Ilmu hukum, Ekonomi, sejarah, dan yang paling erat hubungannya adalah sosiologi. Letak psikologi sosial dalam sistematik psikologi termasuk dalam psikologi yang bersifat empirik dan tergolong psikologi khusus yaitu psikologi yang menyelidiki dan yang mempelajari segi-segi kekhususan dari hal-hal yang bersifat umum dipelajari dalam lapangan psikologi khusus. Sedangkan kedudukan psiklogi sosial didalam lapangan psikologi termasuk dalam psikologi teoritis, sedangkan psikologi sosial tergolong dalam psikologi teoritis.
Mengenai psikologi sosial terdapat pertentangan faham diantara beberapa tokoh ilmu jiwa sosial yang dalam garis besarnya dapat dikelompokan menjadi dua aliran yakni, aliran subyektifisme yang menyatakan bahwa individulah yang membentuk masyrakat dalam segala tingkah lakunya. Dan aliran kedua adalah, obyektivisme yang merupkan kebalikan dari aliran subyektivisme, bahwa masyarakatlah yang menentukan individu.
Selain dua aliran di atas, masih ada aliran yang membicarakan masalah hubungan antara individu dengan masyarakat diantaranya adalah aliran historis dan cultural personality.





BAB II
INTERAKSI SOSIAL

1.Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara 2 individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu memperngaruhi , mengubah, atau memperbaki kelaukan individu yang lain atau sebaliknya.
Dari pengertian tersebut, dapat di uraikan dua masalah penting yaitu:
a.masalah individu
b.masalah dunia sekitar (kelompok)

2.Faktor-faktor yang Mendasari Berlangsungnya Interaksi Sosial
a.Faktor Imitasi
b.Faktor Sugesti
c.Faktor Identifikasi
d.Faktor Simpati

3.Faktor yang Mempengaruhi Tingkah Laku Manusia
Beberapa pendapat mengemukakan bahwa pada dasarnya manusia itu mempunyai instink untuk hidup bermasyarakat. Sehingga dengan demiikian hidup bermasyarakat bukan suatu alat, tetapi suatu tujuan untuk mendapat kepuasan dalam hidup bermasyarakat. Oleh karena itu orang yang hidup terpencil pasti tidak merasa senang. Jelas bahwa perkembagan manusia itu selalu dipengaruhi oleh alam sekitar dan sekaligus mempengaruhi tingkah laku manusia.

4.Tipe-tipe Penyesuaian Diri
Tiap tiap perubahan dalam lingkungan kehiduap orang dalam arti luas itu memerlukan penyesuaian diri dengan lingkungan tersebut. Dan pada dasarnya dari saat ke saat berikutnya, dari detik ke detik berikutnya, lingkungan hidup orang atas aspek dari padanya senantiasa berubah-rubah. Oleh kerena itu individu manusia selalu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan hidupnya yang senantiasa berubah-ubah baik secara autoplastis maupun secara alloplastis. Biasanya individu manusia menggunakan kedua cara penyesuaian ini.

5.Proses Sosialisasi
Interaksi adalah masalah yang paling unik yang timbul pada diri manusia. Interaksi ditimbulkan oleh bermacam-macam hal yang merupakan dasar dari peristiwa sosial yang lebih luas. Kejadian-kejadian di dalam masyarakat pada dasarnya bersumber pada interaksi individu dengan individu. Dapat dikatakan bahwa tiap-tiap orang dalam masyarkat adalah sumber-sumber dan pusat efek psikologis yang berlangsung dalam kehidupan orang lain. Artinya tiap-tiap orang dalam masyarakat adalah sumber-sumber dan pusat efek psikologis yang berlangsung pada kehidupan orang lain.



BAB III
KELOMPOK SOSIAL

1.Jenis-jenis Kelompok Sosial
Kelompok sosial dapat digolong-golongkan ke dalam bermacam-macam jenisnya. Charles H. Cooly membedakan kelompok berdasarkan susunan dan oraganisasi yaitu:
a.Kelompok primer
b.Kelompok sekunder
Terdapat pula pembagian kelompok sosial ke dalam informal group dan formal group, atau kelompok formal dan kelompok Informal.
a.Kelompok Formal
Suatu kelompok kerja yang ditandai dengan struktur organisasi, aturan, fungsi dan lain-lain
1.Kelompok Komando
Kelompok yang tersusun atas Atasan dan Bawahan dan ditentukan oleh bagan organisasi.
2.Kelompok Tugas
Kelompok yang ditetapkan secara organisasional yang bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas
b.Kelompok Informal
Suatu kelompok yang tidak terstruktur secara formal atau tidak ditetapkan secara organisasi, terdiri dari dua tipe yaitu :
1. Kelompok Kepentingan
Kelompok yang bekerja sama untuk mencapai suatu sasaran khusus yang menjadi kepedulian bersama
2. Kelompok Persahabatan
Kelompok yang bersama-sama karena mempunyai kesamaan karakter.

2.Norma-Norma Kelompok dan Norma-Norma Sosial
Norma kelompok ialah norma-norma tingkah laku yang khas antara anggota-anggota kelompok. Namun ini bukan berarti norma rata-rata menenai tingkah laku yang sebenarnya terjadi dalam kelompok itu, melainkan merupakan pedoman-pedoman untuk tingkah laku individu.
Sedankan norma sosial adalah patokan-patokan umum mengenai tingkah laku dan sikap individu anggota kelompok yang dikehendaki oleh kelompok mengenai bemacam-macam hal yang berhubungan dengan kehidupan kelompok yang melahirkan norma-norma itu.
a.Macam-macam norma sosial
1.Norma Kelaziman (Folkways)
2.Norma Kesusilaan (mores)
3.Norma Hukum
4.Mode (Fashion)

3.Konsep Umum Tentang Group dan Group Proses
Group ialah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan Psikologis secara mencolok. Group memiliki sifat yang dinamis.

Pelangi di Ujung Senja


Jika dapat diibaratkan aku menganggap hidup ini seumpama roket yang meluncur dengan jalur serta rute yang telah ditentukan. Garis-garis lintasan telah digoreskan secara maya di hamparan jagat semesta, dimana bahan bakar dari roket kehidupan ini adalah berasal dari dorongan energi konstruktif yang terus menerus mengangkut roket kehidupan meluncur menuju suatu tempat apa yang disebut dengan tujuan hidup. Sedangkan rintangan dan hambatan yang harus dihadapai oleh roket kehidupan adalah sebuah energi destruktif yang mencoba merusak dan menghambat laju roket dari luar dan maupun dalam. Dorongan energi yang paling kuat akan muncul sebagai bakat, talenta, minat dan hobi kita yang paling menonjol. Akibatnya seseorang yang dimotori oleh energi bermuatan positif akan membawa roket kehidupannya menuju galaksi kehidupan yang bergemilang cahaya.
Samar matahari sore menembus jendela kaca rumahku, membentuk garis-garis sinar dengan partikel-partikel kecil yang berterbangan. Indah seperti sekumpulan kunang-kunang yang berhamburan di malam bulan desember. Aku hanya bisa menerawang jauh, menikmati pemandangan kota tua di ujung langit senja. Rintik gerimis sisa hujan masih menetes kecil-kecil ke bumi. Dan di timur kaki langit senja, gradasi warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu membentuk warna-warna yang begitu harmoni. Warna pelangi selalu indah, warna itu menunjukkan keseimbangan, ketenangan, kedamaian dan optimisme. Di sore yang syahdu itu aku duduk di ruang tamu memangku sebuah album abu-abu yang kusam dihinggapi debu. Pikiranku menerawang jauh melintasi lorong-lorong waktu yang telah lama menjadi kenangan masa lalu.
Jika saja ayah masih ada, pasti beliau akan tersenyum duduk di kursi bambunya sambil mengangkat kedua jempolnya. Karena inilah sebenarnya yang selalu beliau pesankan kepadaku dan Nia. Entah...!! padahal rasanya baru kemarin ayah mengantar aku berangkat sekolah di SD 01 Muhammadiyah, Muara Padang. Aku masih ingat sekali wangi baju safari coklat yang selalu beliau kenakan setiap ada acara yang dianggap penting. Dan yang kuketahui hanya ada dua acara penting bagi ayah. Yang pertama mengantar aku mendaftar sekolah dan yang kedua adalah mengambilkan buku raportku dan juga punya Nia. Maka pada hari-hari itulah ayah akan mengenakan baju safari coklat dengan motif burung merak dan setelan celana panjang hitam dari kain satin yang menurut cerita ibu pakaian itulah yang dikenakan ayah saat menikahi ibu.
Aku juga masih ingat dengan jelas, saat aku diboncengkan di belakang sepeda shanghai kesayangan ayah. Satu hari sebelum aku masuk sekolahpun ayah mengajakku keliling kampung karena saking senang anak sulungnya akan sekolah. Aku tahu sepeda shanghai itu adalah sepeda tua dan butut pula. Sedel asli sepeda itu telah patah, tapi berkat kekreatifan ayah maka kayu akasia pun bisa berpindah menjadi sedel, begitu juga dengan pedal sepeda itu juga dari kayu akasia. Sementara untuk menghindari cipratan kotoran air jalanan, ayah menyulap ban truk bekas menjadi selebor sehingga dapat pula difungsikan sebagai rem bila diinjak.
Wajah ayahku berseri-seri pagi itu. Di sepanjang jalan tanah liat yang becek dan berlumpur itu beliau banyak bercerita kepadaku tentang keteladanan sekawanan burung prenjak yang menjadi kawan petani dalam menumpas hama. Beliau juga selalu berpesan kepadaku bahkan telah berulang-ulang kali kudengar. Tapi beliau tetap menyampaikan pesan itu: Betapa bahagianya hati kita ketika kita bisa berguna dan meringankan beban orang lain...!! aku tak bergeming dengan nasihat-nasihat ayahku karena barangkali aku telah bosan mendengarnya bepuluh-puluh kali. Tapi kini ayah memberi motivasi pada diriku yang sejak tadi diam tak menentu. Sepertinya ayah tahu kalau jantungku berdetak keluar dari jalurnya, hatiku begitu resah, perasaan senang, takut, cemas, khawatir berbaur menjadi satu. Karena ini adalah hari pertama aku masuk sekolah.
“Ayah tak pernah menuntut kamu untuk harus mendapat peringakat satu, tapi ayah ingin kamu anak sulung ayah tumbuh menjadi dirimu sendiri, dengan penampilan terbaik yang kamu miliki...!!” begitu pesan ayahku yang masih kuingat pagi itu.
“Jangan pernah engkau menagis karena perasaan takut, tapi menangis dan menyesallah jika kamu bersalah. Belajarlah untuk menjadi berani dengan kebenaran di tanganmu...!!”
Dua kata itulah yang selalu terngiang-ngiang di ingatanku yang diucapkan terakhir ayah saat beliau melepaskan genggaman tangannya dari jemari-jemari kecilku dan meninggalkan aku sendiri di ruang sempit ukuran 4 x 3 meter SD 01 Muhammadiyah, Muara Padang. Aku ingat bagaimana ayah mengajarkan aku tentang arti hidup, ayah tak pernah mengekangku, ayah tak pernah memaksaku untuk sama seperti pilihannya, ayah juga tak pernah memarahiku. Ayah membiarkanku tumbuh dan mekar sebagai diriku sendiri dan beliaulah selalu menjaganya. Didikan seperti itulah yang mungkin membuat aku bisa menjadi perempuan seperti sekarang. Semoga saja aku benar-benar tumbuh seperti apa yang diharapkan ayah...!!
Hingga tiba saat itu, saat terberat dan memilukan dalam hidupku, Nia dan Ibuku. Rasa-rasanya aku tak mampu membayangkan masa pahit itu. Seolah aku tak percaya dengan semua yang telah terjadi. Ayah yang menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga kami mengalami kecelakaan di jalan raya Jendral Sudirman tepat di depan pasar Cinde Palembang. Becak yang dikemudikannya ditabrak mobil sedan hitam yang dikendarai oleh gerombolan anak muda yang mabuk berat. Ayahku terpelanting dari becaknya hingga belasan meter dan akhirnya terseret di keranjang mobil pengangkut sayur. Tak ada satupun orang yang sempat membawa ayah ke rumah sakit. Karena ayahku telah menghembuskan nafas terkahirnya di tempat itu juga, malaikat izroil menjemputnya tepat sehabis beliau sholat dhuhur. Sementara mobil sedan hitam yang menabrak itu melarikan diri dan tak pernah kembali. Jasad ayahku dititipkan di rumah Wak Peneng juragan becak ayahku, sebelum aku dan ibu menjemput jasad ayah ke palembang dengan uang hasil menjual almari di rumah. Sementara Nia dititipkan ibu di rumah Bibi Ijah tetangga kami yang baik hati itu, aku akan mengingat selamanya. Nia terlalu kecil untuk menyaksikan semua ini, waktu itu dia baru berumur 6 tahun, baru saja ayah mendaftarkannya masuk Sekolah Dasar 01 Muhammadiyah Muara Padang. Sedangkan aku waktu itu telah duduk di kelas 4 SD.
Keteguhan hati ibuku sungguh tiada tandingannya di dunia ini. Sungguh luar biasa, ibu tak meneteskan air mata sedikitpun di depan jasad suami yang dicintainya. Barangkali beliau tak ingin memperlihatkan kelemahan hati dan kesedihannya kepadaku, agar akupun menjadi kuat. Meski waktu itu aku telah mampu menalar, wanita mana di belahan dunia ini yang mampu menahan kesedihan menyaksikan jasad suami tercinta yang menjadi tulang punggung keluarga telah tak bernyawa di dalam pelukannya. Tapi, ibuku memang bukan wanita biasa, ibuku bukan seperti wanita pada umumnya.
Aku dan ibuku sendiri yang membawa jasad ayah pulang ke Muara Padang. Di sepanjang jalan di atas speed boat yang menyusuri lika-liku sungai Lematang menuju kampung kami. Aku dan ibulah yang memangku ayah. Aneh sekali, ketika kulihat jasad ayahku. Tak ada sedikitpun luka di badannya, tapi barangkali ayah mengalami luka dalam. Dan demi Allah kusaksikan dengan mata kelapaku sendiri, wajah ayah tak pucat seperti mayat pada umumnya, dan wajah beliau seolah tersenyum. Mayat ayahku pun anehnya tetap segar dan tak kaku padahal telah menginap satu malam di rumah Wak Paneng. Akupun seperti ibu, tak kuteteskan air mataku sedikitpun. Aku belajar menjadi perempuan kuat seperti apa yang selalu dinasihatkan ayah kepadaku. Dan itulah barangkali yang diinginkan ayah, aku tumbuh menjadi perempuan yang tangguh, pantang menyerah pada keadaan apapun. Dan ini pulalah yang diajarkan Ibu kepada aku dan Nia. Semangat hidup ayahku sepenuhnya kuhujamkan ke dalam sanubariku. Kepolosan, kesederhanaan dan ketulusannya dalam berbagi dengan sesama selalu kupatri di dalam hatiku. Aku tak pernah merasa bahawa ayahku menginggal. Karena semangat hidup dan ketulusan beliau selalu hidup di dalam hati dan hari-hariku...
Semenjak ayah tiada, Ibuku jadi berbeda dan sedikit aneh. Beliau jadi jarang berbicara pada kami jika itu tidak penting. Beliau juga mendidik kami dengan lebih keras. Barangkali agar mental kami lebih kuat dalam menghadapi realita kehidupan yang sering menjadi mahluk kejam. Ibuku menjadi kepala keluarga yang tak punya pilihan lain untuk mencari penghidupan. Beliau kerja keras banting tulang siang dan malam untuk mencarikan sesuap nasi pengganjal perut anak-anaknya serta agar kami tetap bisa melanjutkan sekolah. Pada siang hari beliau menjadi buruh cuci ke rumah-rumah juragan kopra, dan pada malam harinya beliau menjahit pakaian untuk disetorkan ke pasar pada esok harinya. Bila jahitan sepi, terkadang ibu menjadi tenaga serabutan di perusahan kopra. Sedikit sekali waktu beliau untuk bersenda gurau bersama kami berdua. Seperti kataku tadi, beliau tak bicara bila itu tak penting.
Sementara aku, sebagai anak sulung, haram jika hanya berdiam diri melihat perjuangan ibuku seperti itu. Ibu mengajariku berjualan gorengan keliling kampung berjalan kaki sambil menuju sekolahku. Aku dan ibu sendiri yang menggoreng makanan itu. Ada ubi goreng, tempe goreng, tahu goreng dan juga bakwan. Kami menggorengnya setiap pukul 04.00 pagi dan akan kubawa keliling setelah aku lengkap berseragam putih merah pukul lima pagi. Satu setengah jam aku keliling kampung ditemani Nia, sebelum akhirya pukul 06.30 kami sampai di sekolah. Nia terkadang sering tertidur di teras rumah pembeli saat aku melayani gorengan. Aku tahu nia terlalu kecapekan karena sering tidur malam dan ikut keliling pada pukul lima, berjalan kaki menyusuri rumah demi rumah menuju sekolah kami sejauh 10 km. Sebenarnya aku kasihan pada Nia, pada usia sekecil itu dia harus ikut menanggung beban keluarga. Terkadang aku menggendongnnya di punggungku saat pulang sekolah sampai dia tertidur di pundakku. Tapi yang kutanamkan pada Nia, jangan pernah kita kasihan pada keadaan, apalagi kompromi dengan kemiskinan. Bukankah nabi Muhammad pro terhadap orang-orang miskin tapi menanamkan anti kemiskinan...!! sebab ayahku peranah berpesan.
“Siapa bersungguh-sungguh pasti dia akan berhasil, pasti Tuhan akan membukakan jalan untuknya...!!”
Maka aku tak pernah kenal dan kompromi dengan segala kemalasan. Bukankah ada hadits qutsi Tuhan mengatakan: “Aku itu seperti persangkaan hambaku.” bila kita berprasangka baik kepada Tuhan maka kebaikanlah yang akan terjadi. Bila kita bercita-cita tinggi dan bersungguh-sungguh dengan cita-cita itu. Dengan kehendak Tuhan cita-cita itu pasti tercapai. Bukankah Tuhan itu Maha Melihat, Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Maka pasti Tuhan akan menggabulkan permintaan hambanya yang bersungguh-sungguh tersebut. Aku yakin itu...
Terkadang aku sering menjadi bahan ejekkan teman-teman di sekolah, mereka menjulukiku gadis ubi goreng, atau terkadang mereka memanggilku gadis tempe goreng. Aku tak pernah perduli dan tak menghiraukan apa ejekan mereka, karena aku tahu, teman-temanku tak tahu apa yang kurasakan. Dan merekapun hanya bercanda. Tapi yang tak pernah aku bisa teriama, ketika Nia diejek hingga menangis, maka pada saat itu juga kudatangi Malik anak kelas 5 yang badungnya minta ampun itu. Kutamparkan tanganku ke mulutnya. Hingga dia kapok dan terbirit-birit minta maaf pada Nia, meski pada akhirnya aku menyesal dan minta maaf juga karena telah menamparnya. Sepulang dari sekolah aku dan Nia selalu mengulang semua pelajaran yang diterangkaan oleh guru di sekolah. Dan pada malamnya aku membantu ibuku menjahit pakaian untuk disetorkan ke pasar esok hari. Begitulah hari-hari yang kulalui. Terkadang aku sering tertidur di atas meja jahit. Karena ibu menjatahku untuk membantu sampai jam 11.00 malam. Maka setelah itu aku tidur diatas ranjang bambu di kamar bersama Nia.
Ketika aku belum bisa tidur, terkadang aku merenung sendiri di dalam kamar dengan ditemani temarai lampu tempel yang kian malam kian redup. Aku merenungkan tentang nasibku, adikku dan juga Ibukku. Kurasakan ibuku semakin jauh berbeda dengan ibuku yang dulu, saat ayah masih ada. Aku merasa Ibuku yang sekarang tak pernah mencurahkan kasih sayangnya pada kami berdua lagi. Ibu kini seperti perempuna militer, seperti mesin yang manghabiskan waktu dengan bekerja dan bekerja. Tapi Masyaallah, sungguh, pikiran kurang ajar dan prasangka buruk itu segera ditampik oleh Allah Yang Maha Mengetahui segala isi hati setiap manusia. Waktu itu pukul 02.00 malam, suasana hening rumah kami tak pernah berubah, hanya beberapa lampu tempel yang masih menyala lirih. Aku bermaksud pergi ke kamar kecil yang berada di belakang dekat dapur. Sewaktu aku melintasi ruang kamar Ibu, kulihat pintu kamarnya terbuka barangkali sekitar 30 cm. Sewaktu kuarahkan pandanganku keadalamnya, kusaksikan sesosok serba putih sedang bersujud di lantai. Dengan khusuk ibuku mengerjakan sholat tahajjud. Dan lama sekali beliau bersujud di atas sajadah birunya yang sudah kusam itu karena memang sajadah itu telah tua seiring seusia ibuku. Tanpa kusadari aku terus mengawasi ibu dari samping pintu. Sampai beliau menyelesaikan rakaat terakhirnya dan mengucapkan salam, aku masih berdiri di samping pintu. Ibu tak pernah menyadari keberadaanku di samping pintu kamarnya. Dilantunkannya zikir-zikir dan kalimat-kalimat toyyibah dengan samar-samar, suara keikhlsannya lirih merambati dinding dan langit-langit rumah reot kami. Suara itu hangat menghiasi cuaca dingin malam itu. Hatiku tertunduk pilu ketika kudengarkan lantunan ayat-ayat doa dari bibir ibuku. Ibu berdoa dengan hatinya sampai tanpa ia sadari meneteslah air mata, mata tuanya yang telah lelah karna seharian memandangi lubang jarum. Suaranya menjadi parau ketika ibu menyebut nama suaminya dalam doa, dan ibu pun menyebut nama kami satu persatu. Ibu menyebut namaku dan nama Nia berulang-ulang kali. Air matanya terus menetes membasahi sajadah biru kusamnya. Beberapa kali tampak ibu mengusapkan kain mukenanya ke mata. Aku berdiri mematung seperti batu di samping pintu. Tanpa kusadari air matakupun meleleh melalui sela-sela kelopak mataku. Begitu tulusnya doa ibu untuk kami, begitu banyak doa yang disampaikan ibu kepada Allah untuk kami. Bahkan aku tak mendengar ibuku bedoa untuk dirinya sendiri. Aku tertunduk memelas meminta belas ampun kepada Allah, betapa jahatnya aku yang memiliki perasaan buruk kepada Ibu.
Pada saat itu juga, aku berjanji pada diriku sendiri. Di hadapan Tuhan yang menciptakkan aku, Tuhan yang Maha tahu segala isi hati. Aku berjanji kepada diriku sendiri, aku tak akan menyerah pada keadaan busuk ini. Aku tak akan pernah menyerah pada kemiskinan ini, aku tak akan menyurutkan langkah walau sejengkal, aku akan merubah keadaan ini menjadi lebih baik, akan kumulikan kedua orang tuaku. Karna aku tahu tak akan pernah mampu aku membalas jasa-jasa beliau. Kuikrarkan janji itu di dalam hatiku, di hadapan langit. Dan pasti dicatat oleh malaikat sebagai janji yang harus kutepati...
Samar-samar cahaya matahari senja kembali terlihat, angin timur laut berdesir pelan penuh kedamaian. Sekawanan pipit berkejar-kejaran sibuk menjari tempat peraduan. Dari ruang samping tempat kududuk tiba-tiba terdengar suara.
“Eyang putri datang.....Eyang Putri datang....!!” renyah suara teriakan seorang anak kecil mungil dengan busana muslim serba biru. Anak kecil itu berlarian keluar menghapiri seorang wanita paruh baya yang ada di depan rumah.
“Ehhh...Zahra....!! sapa perempuan tua itu dengan penuh antusias.
“Eyang....!!!” teriak anak kecil laki-laki dari sebuah kamar di sudut selatan ruang tamu.
“Ehh...Kahfi...!! cucu Eyang...!! ucap perempuan berambut putih itu pada anak laki-laki yang datang menghapiri dan langsung memeluk tubuh bungkuknya.
“Mana Ibumu??”
“Ibu Fira....!! Eyang datangg...!!”. Kompak kedua anak kecil itu memanggiku.
Aku segera menutup album foto kenangan yang ada dipangkuanku dan beranjak keruang depan. Segera kusalami perempuan tua itu serta kucium tangan rapuhnya yang telah kasar dan keriput.
“Mana Ardi...??” tanya perempuan tua itu padaku.
Mendengar namanya disebut-sebut, mas Ardi segera keluar dari ruang praktiknya masih dengan kostum serta putih karena baru saja selesai menangani pasien. Tak lama kemudian keluarlah seorang gadis cantik dari sebuah mobil sedan putih. Sambil berlari-lari ia memanggilku.
“Mbak Fira...!!”
“Nia...!!”,
“Bagaimana, sudah selesai S2 mu?' tanyaku pada adikku.
“Tinggal ujian tesis bulan depan Mbak, minta doanya ya Mbak..!!”
“Tentu...!!” jawabku.
Samar-samar terdengar Adzan Magrib berkumandang dari masjid di daerahku ini. Dalam hati aku berkata, ya Allah inilah janjiku dulu, dan janji-Mu pun telah Engaku tepati. “Siapa yang bersungguh-sungguh dia pasti berhasil”. Ya Tuhan, telah kuikhlaskan hidupku ini padamu, dan telah kutunaikan janjiku padamu. Maka curahilah keluarga kami ini dengan hujan dari awan rahmat-Mu...
Betapa bersyukurnya aku ini, kini telah kugapai mimpi-mimpi masa kecilku dulu, mimpi yang diterangkan ayahku saat beliau memboncengkanku menuju kesekolah. “Menjadilah orang yang berguna bagi orang lain, betapa indahnya hidup ini bila kita bisa meringankan beban orang lain dengan tangan kita...!!” begitu pesan ayahku yang masih terpatri di hatiku. Dengan usaha kerasku dan prinsip, “Man jadda wa jadda” “Siapa yang bersungguh-sungguh pasti dia akan berhasil”, alhamdulillah selama studi aku selalu mendapatkan peringkat pertama sejak di SD 01 Muhammadiyah Muara Padang, sampai SMA. Dan mendapat beasiswa untuk kuliah di fakultas Kedokteran. Semua itu tak lepas dari ridlha Allah dan kedua orang tuaku. Puji syukur, akupun telah menunaikan janji yang diam-diam kupendam di dalam hati waktu kecil dulu sewaktu aku menyaksikan ibuku sholat malam. Aku telah memberangkatkan beliau ke tanah suci Mekkah tahun lalu. Syukur itu tak ada habisnya bila kucapkan, karena Nia pun selalu mendapat beasiswa hingga dia kini S2 dan tinggal ujian tesis. Dari usaha kecil-kecilanku bersama Mas Ardi suamiku, kami mendirikan sebuah rumah Singgah untuk anak-anak yatim dan anak jalanan. Aku sering tersenyum sendiri ketika melihat indahnya senyum anak-anak polos itu, benar sekali kata ayahku, betapa indahnya bila kita bisa berguna bagi orang lain dan meringankan beban orang dengan tangan kita. Siapa yang bersungguh-sungguh, pasti dia akan berhasil...!!!


Pajang, Kartasura, Sukoharjo, Juli 2010

Sepenggal kisah oleh: Ali Ardianto

Tuhan tak butuh kamu sembah...tapi kamulah yang butuh Tuhan


Tuhan Tidak Butuh di Sembah!


…jika surga dan neraka tak pernah ada..masih kau bersujud kepada-NYA…

Masih ingat lantunan bait lagu yang dinyanyikan penyanyi legendaris chrisye dan band dewa?. Lagu tersebut mengingatkan kepada seorang sufi besar generasi klasik seorang perempuan yang anggun jiwa dan perangainya Rabi’atul Adawiyah. Ia (rabi’ah) dalam literatur-literatur sufi di ceritakan pernah membawa-bawa obor ditangan kanannya dan wajan berisi air ditangan kirinya dalam kerumunan pasar, kemudian ditanya oleh seseorang hai A’dawiyah.. hendak kau apakan api dalam obor itu dan air dalam wajan yang kau bawa-bawa itu.., Rabi’ah menjawab obor ini akan kugunakan untuk membakar Surga yang diinginkan banyak orang dan akan kugunakan air ini untuk memadamkan Neraka yang banyak di takutkan orang.












Terlepas dari kebenaran cerita tersebut diatas ada hikmah yang dapat kita petik dari ceritera tersebut. Sebagai umat yang ber-Tuhan kita tentunya re-chek kembali ibadah yang telah kita kerjakan sehari-hari selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Benarkah ibadah yang telah sedang kita tunaikan ikhlas karena-NYA semata ataukah pamrih karena reward atau punishment-NYA?.

Di penjuru dunia khususnya di Indonesia setiap hari Jum’at seluruh masjid di padati jama’ah untuk menunaikan shalat jum’at. Hari minggu umat Kristiani dan Katholik memadati gereja-gereja untuk misa, begitupun agama lain budha, hindu dll.
Bahkan setiap subuh siraman rohani dihampir seluruh stasiun televisi dan radio senantiasa hadir menyambut pagi. Setiap tahun ratusan ribu warga indonesia dan jutaan manusia diseluruh dunia bertolak ke tanah arab mekkah untuk menunaikan salah satu dalam rukun Islam berhaji, dan setiap tahun umat kristiani diwajibkan puasa selama 40 hari, seluruh umat Islam yang memenuhi syarat pula diwajibkan untuk berpuasa selama bulan Ramadhan.

Secara fakta seharusnya umat beragama diindonesia dengan bertambah giatnya ibadah dapat merubah sikap semakin lebih dewasa dan bijak, jauh dari tindak asusila seperti yang kerap ditayangkan infotainment belakangan ini, tindak pidana ataupun perdata. Namun kenyataan yang kita saksikan dengan mata kepala kita sendiri ataupun berita di media elektronik dan media massa, yang kita temukan lagi lagi berita asusila, tindak pidana dan perdata selalu hangat dan berganti-ganti pelaku. Apakah yang salah? Ajarannya kah yang disalahkan? Sebagaimana pemikir barat dieropa ketika melek huruf banyak menyalahkan gereja karena mengeksploitasi Tuhan demi kepentingan borjuasi elit Gereja?.

Kita tidak bisa berharap banyak dari penganjur-penganjur agama, karena bagaimana kita bisa mengambil contoh dari beliau-beliau yang menyuruh kita sederhana dan bersahaja tapi kita saksikan sendiri mobil mewah dan sepeda motor mahal jelas–jelas kategori non primer non sekunder parkir di rumah masing-masing. Bahkan untuk mendatangkan khotbah mereka-mereka pun harus menguras dalam-dalam kas rakyat. Lebih ironi lagi seorang spiritualis terkemuka di tanah air ini bahkan telah banyak menulis buku sampai kawan sendiri hendak menulis skripsi tentang pemikirannya (untungnya baru proposal sudah di tolak), terlibat dalam pencabulan sebagaimana diliput media. ampun…apa hendak dikata..

Pribadi kita kah? yang tidak bisa diatur, pemimpin kita kah yang tidak bisa memberikan teladan? ataukah sistem pemerintahan gado-gado? demi kerukunan antar suku bangsa dan ummat. Taman kanak-anak pun (meminjam istilah Gus Dur sewaktu menjadi Presiden) sudah tahu bahwa Politik kita harus diakui secara praktik lebih bisa beradaptasi dengan Machiavellian ketimbang Taimiyan (teori ibn Taimiya keadilan lebih utama dari status agama seorang pemimpin), hukum yang secara praktik lengket dengan mafia dan perdagangan maupun ekonomi yang lebih kompromi dengan kaum kapital.

Siapakah yang salah? atau sistem seperti apakah yang seharusnya membawa kita kepada kebajikan dan kearifan sebagaimana cita-cita Plato dan Al-Farabi.

Bila dihadapkan kepada situasi sulit untuk dipersalahkan, maka kita secara umum akan segera menangkap seekor kambing yang terdekat bila perlu milik tetangga sekalipun kita ambil untuk dijadikan tameng, tak perduli apakah itu teman karib, kerabat bahkan famili, jikalau diperlukan iman-pun bisa di gadai, karena kata Ustadz-ustadz nge-trend sekarang bisa ditebus lagi dengan tobat. Apa boleh buat daripada kebakaran jenggot… Yang penting selamat bung!
Wallahu a’lam bi shawab.

Solo, Gembongan 1 Maret 2010
Rev.Tunggulsari, 31 Juli 2010

Selasa, 30 November 2010

Kristologi

BAB I
PENDAHULUAN

Istilah Kristologi mempunyai arti sempit dan luas. Dalam arti sempit Kristologi berarti logos mengenai Kristus atau pemikiran (dan ucapannya) tentang Yesus Kristus, yang menjadi obyek atau sasaran iman kepercayaan Kristen. Kristologi dalam arti sempit ini membahas bagaimana umat Kristen dapat, boleh dan harus mengkonseptualkan dan membahasakan iman kepercayaannya kepada Yesus Kristus, yang harus tetap sama? Bagaimana orang-orang Kristen memikirkan Yesus Kristus, kedudukan dan perannya dalam tata penyelamatan, baik sekarang maupun di masa yang lampau? Kristologi dalam arti sempit ini merupakan bagian dari teologi, khususnya teologi dogmatis (Groenen, 1987: 13).
Adapun istilah Kristologi dalam arti yang luas berarti ilmu yang membahas hal ihwal agama Kristen. Istilah ini sejajar dengan istilah Islamologi, yang berarti ilmu yang membahas hal ihwal agama Islam. Istilah Kristologi yang dipakai dalam buku ini adalah istilah Kristologi dalam arti yang luas. Istilah Kristologi dalam dalam arti yang luas merupakan nama dari suatu mata kuliah yang harus ditempuh oleh mahasiswa Jurusan Ushuluddin, Perbandingan Agama. Di samping mata kuliah Kristologi, para mahasiswa juga harus menempuh mata kuliah lainnya, misalnya Hinduisme, Buddisme, Yudaisme, Konfusianisme, Taoisme, Sintoisme, dan sebagainya.
Dengan mempelajari Kristologi para mahasiswa diharapkan dapat memahami (bukan mempercayai) ajaran-ajaran agama Kristen sesuai dengan yang dipercayai oleh pemeluk Kristen. Selanjutnya dengan memahami ajaran-ajaran Kristen, para mahasiswa dapat menghapus sakwa sangka tentang agama Kristen, berdialog yang sehat dengan pemeluk Kristen, dan lebih dari itu para mahasiswa dapat memunculkan mutu manikam yang terpendam dari ajaran agama Islam, sehingga semakin menyadari kebaikan dan kebenaran agama Islam setelah didialogkan dengan agama Kristen. Demikian juga setelah didialogkan dengan agama Hindu, Buddha, Yahudi, Konfusianisme, Taoisme, dan sebagainya. Tentu saja untuk dapat mencapai target tersebut, para mahasiswa dibekali mata kuliah Aqidah Islam yang kuat, dan ilmu-ilmu ke-Islaman lainnya. Manfaat lainnya setelah mempelajari Kristologi, para mahasiswa mempunyai bekal yang lebih di dalam berdakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar di dalam situasi keberagaman agama yang ada di Indonesia, sekaligus sebagi salah satu modal yang penting dalam meningkatkan kerukunan hidup beragama di Indonesia dan solusi terhadap konflik antar umat beragama.
Metode yang digunakan dalam memaparkan Kristologi di dalam buku ini ada dua macam, yaitu metode fenomenologis dan teologis. Dengan metode fenomenologis diharapkan dapat memaparkan agama Kristen sesuai dengan yang dipercayai oleh pemeluk Kristen sendiri, bukan yang difahami oleh pemeluk Islam atau lainnya, yang seringkali bercampur dengan sakwasangka, sehingga kurang obyektif. Oleh karena itu literatur yang dipakai adalah literatur yang dikarang oleh pemeluk Kristen sendiri, bukan yang dikarang oleh pemeluk Islam atau lainnya. Setelah obyektifitas, atau lebih mendekati obyektifitas terhadap pemahaman ajaran Kristen dapat dicapai, kemudian baru dikaji dengan metode teologis. Dalam arti ajaran-ajaran Kristen yang sudah dapat difahami tadi dinilai dari sudut pandang Al Qur’an atau Islam. Pada tahap pemakaian metode teologis ini digunakan Al Qur’an dan literatur lainnya dari penulis Islam untuk menilai ajaran-ajaran Kristen yang sudah difahami melalui metode fenomenologis tadi.


















DAFTAR KEPUSTAKAAN

Groenem OFM, C. Sejarah Dogma Kristologi Perkembangan Pemikiran tentang Yesus Kristus pada Umat Kristen. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1987.



























BAB II
GEREJA

A. Pengertian Gereja
Kata gereja sering menimbulkan salah tafsir bagi sebagian orang Islam yang belum mempelajari agama Kristen. Mereka sering menganggap bahwa gereja adalah gedung untuk beribadat bagi umat Kristen. Fungsi gerejapun sering dipahami hanya sekedar tempat ibadah. Sebagian umat Islam yang lain agak luas pemahamannya, di samping memahami gereja berfungsi sebagai tempat ibadah juga sebagai tempat kegiatan sosial. Padahal gereja bagi umat Kristen bukan hanya dipahami sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai umat atau jamaah Kristen. Fungsi gereja tidak sekedar tempat ibadah maupun kegiatan sosial, tetapi juga sebagai pusat kristenisasi dan tempat pendidikan secara luas. Bahkan pada masa permulaannya gereja berfungsi juga sebagai penentu penetapan Kitab Suci, pengakuan iman, ajaran yang benar, dan pewarisan jabatan uskup. Oleh karena itu perlulah dibahas pada bab ini gereja secara terperinci, baik sejarahnya maupun fungsinya dalam Kristen.
Kata gereja berasal dari bahasa Portugis “igreya” , yang berasal dari bahasa Yunani “ekklesia” yang berarti kumpulan, kaum, golongan (YCLK, 1975: 60). Ekklesia berarti juga rapat atau perkumpulan yang terdiri dari orang-orang yang dipanggil untuk berkumpul. Mereka berkumpul karena dipanggil atau dikumpulkan. Ekklesia dapat juga diartikan dengan jemaat (Hadiwijono,1979: 362,363). Istilah gereja dapat berarti gedung ibadat (tempat ibadat umat Kristen) atau umat-umat Kristen (jemaat Kristen) (YCLK, 1975: 60).

B. Sejarah Singkat Gereja
Secara singkat sejarah gereja dapat dibagi menjadi tiga periode, yaitu: pertama, periode gereja kuno (tahun 30 – 590 M), kedua, periode gereja pada abad pertengahan (tahun 590 – 1492/1517), dan ketiga, periode gereja pada zaman baru (1492/ 1517 – kini).
Sejarah gereja dimulai dengan didirikannya beberapa jemaat yang pertama kira-kira pada tahun 30. Selanjutnya sebagai titik balik terjadi pada tahun 590 dan 1492/ 1517. Sampai abad ke-6 gereja pada umumnya berada di dalam lingkungan

































kekaisaran Roma. Tetapi pada abad ke-6 kekuasaan kekaisaran tersebut lenyap di Eropa Barat. Selanjutnya peranan kekuasaan kekaisaran diambil alih oleh gereja yang dipimpin oleh Paus (di Eropa Barat). Peralihan ini biasanya dikaitkan pada Gregorius I (Agung), yang menjadi paus pada tahun 590.
Selanjutnyar Reformasi pada tahun 1519 menjadi titik balik lagi bagi gereja di Barat. Theologia diperbaharui sedangkan kesatuan dengan gereja di bawah pimpinan Paus terputus. Sebenarnya Reformasi adalah gejala perubahan yang dialami seluruh kebudayaan Eropa Barat. Dapat dikatakan bahwa perubahan ini dilambangkan dengan ditemukannya benua Amerika oleh Columbus pada tahun 1492., yang merupakan tanda nyata bahwa orang Eropa mulai melampaui batas-batas wilayah mereka. Oleh karena itu juga gereja-gereja mulai melampaui batas Eropa dan menyebarkan diri ke seluruh dunia. Pertama-tama Gereja Katolik-Roma kemudian juga gereja-gereja Protestan (misi dan pekabaran Injil). Peralihan bagi Gereja terletak pada tahun 1517, dapat ditunjukkan untuk sejarah umum pada 1492, sehingga dua tahun ini biasanya menandai permulaan zaman baru.

1. Periode Gereja Kuno (30 – 590 M)
Pada periode ini gereja mulai timbul dan berkembang, dari kelompok kecil gereja menjadi kuasa yang menentukan pada berbagai aspek kehidupan, sebagaimana yang terjadi di Eropa Barat. Adapun cirri-ciri gereja kuno adalah sebagai berikut:
a. Peletakan dasar organisasi, tata ibadah (liturgy) dan ajaran-ajaran gereja. Pada periode ini telah dibahas semua soal hakiki tentang tata gereja (termasuk jabatan-jabatan), liturgy dan pokok-pokok ajaran (khususnya Trinitas dan Kristologia).
b. Gereja pada masa itu secara geografis berada di wilayah kekaisaran Romawi, yang terletak di sekeliling Laut Tengah. Gereja disebarkan dari Palestina di Timur Tengah ke Asia Kecil (sekarang Turki), Siria, Yunani, Italia, sampai ke ujung-ujung kekaisaran Romawi, bahkan sampai di luar batas Romawi.
Di bagian timur kekaisaran Romawi: Siria dengan kota Antiokhia dan Asia Kecil (Turki) dengan kota Konstantinopel (dulu Byzantium, sekarang Istambul).
Di bagian barat kekaisaran Romawi: Italia dengan kota Roma dan Perancis Selatan dengan kota Lyon.
Di bagian Selatan kekaisaran Romawi: pantai utara benua Afrika, Mesir dengan kota Alexandria (Iskandaria) dan daerah yang sekarang disebut Tunisia (dulu propinsi Afrika) dengan kota Karthago.
Dekat perbatasan di luar kekaisaran Romawi: di bagian timur dapat disebut lagi Persia ( sekarang Iran dan Irak) dan Hindia Selatan, sedangkan di sebelah selatan Mesir terdapat Etiopia.
c. Kebudayaan pada saat gereja lahir dan berkembang adalah kebudayaan Hellenisme. Hellenisme pada dasarnya adalah kebudayaan Yunani yang disebarkan di seluruh wilayah kekaisaran Romawi, khususnya di bagian Timur. Karena penyebaran tersebut kebudayaan Yunani mulai bercampur dengan unsur-unsur dari kebudayaan lain, misalnya dengan beberapa unsure budaya yang ada di Asia Barat, Mesir dan Italia. Demikianlah Hellenisme menjadi kebudayaan yang menentukan cara berfikir dan cara percaya semua orang yang berpendidikan di kekaisaran Romawi, termasuk orang Kristen.

Zaman gereja kuno dapat dibagi menjadi dua sub-periode, yaitu 1) periode timbulnya gereja (30-313 M) dan 2) gereja diakui oleh pemerintahan kekaisaran Romawi (313-590 M).
1) Periode timbulnya gereja (30-313 M).
Setelah gereja muncul ditengah-tengah dunia hellenisme, gereja mulai mengembangkan bentuk organisasi, liturgy dan theologia, meskipun sering terancam oleh dunia sekitarnya.
a) Bentuk organisasi atau tata-gereja dikembangkan berdasarkan organisasi yang terdapat di rumah-rumah ibadat Yahudi ataupun di masyarakat. Rumah-rumah ibadat Yahudi pada saat itu dipimpin oleh majelis orang-orang tua (bhs.Yunani = presbyteros; bhs. Indonesia= tua-tua atau penatua). Perhimpunan-perhimpunan di masyarakat Helenis dipimpin oleh pengawas atau penilik (bhs. Yunani= episkopos; bhs. Indonsia= uskup), yang dibantu oleh beberapa orang pembantu atau pelayan (bhs. Yunani= diakanas; bhs. Indonesia diaken atau syamas). Tata-gereja yang menjadi hasil perkembangan ini yang diterima di seluruh gereja adalah tata-gereja episkopal. Di dalamnya dibedakan 3 (tiga) jabatan, yaitu: uskup (episkopos), presbyteros, dan diakonos, yang merupan suatu hirarki (susunan tingkatan pangkat). Uskup dianggap lebih tinggi dari pada presbyteros, keduanya lebih tinggi dari pada diakonos. Setiap jemaat atau gereja di suatu tempat dipimpin oleh satu episkopos yang dipilih dari antara para presbyteros.
Tugas episkopos adalah mengatur kehidupan jemaat, memimpin ibadah dan melayani sakramen-sakramen.
Di bawah pimpinan uskup bekerja para presbyteros yang turut memimpin jemaat dan melayani sakramen. Pada perkembangan zaman ketika jemaat-jemaat menadi besar, para presbyteros dipercayai memimpin bagian-bagian jemaat yang lebih kecil (paroki).
Oleh karena pekerjaan seorang panatua atau tua-tua di Indonesia ditentukan oleh perkembangan sesudah Reformasi, maka sebaiknyalah istilah presbyteros dalam gereja kuno diterjemahkan dengan imam (bandingkan bhs. Inggeris priest yang berasal dari kata presbyterios ini).
Uskup dan imam dibantu oleh para diakonos, yang mempunyai tugas rangkap. Di dalam ibadah mereka melayani, khususnya dengan pemberitaan Firman dan pada meja Perjamuan Kudus. Di samping itu mereka memberikan diakonia, pelayanan kepada orang sakit dan miskin.
b) Theologia dikembangkan karena gereja tertantang baik dari luar maupun dari dalam untuk mempertanggungjawabkan imannya. Orang yang mempertanggungjawabkan iman dan para teolog pertama belumlah berasal dari orang yang khusus dilatih untuk persoalan tersebut, tetapi beberapa orang yang terkemuka di jemaat karena kedudukannya (uskup-uskup) atau karena pendidikannya (misalnya beberapa ahli filsafat yang masuk Kristen).
Tantangan dari luar berasal dari filsafat Yunani, yang menganggap agama Kristen adalah kebodohan, dan dari agama-agama lain. Untuk membela diri terhadap kritikan dari kebudayaan Hellenisme ini gereja mulai membuktikan bahwa agama Kristen bukanlah kebodohan, tetapi filsafat yang lebih agung dan jalan yang benar ke keselamatan yang sejati.
Di samping itu gereja juga terpaksa membela ajaran yang ortodoks (benar) terhadap beberapa ajaran yang sesat atau beberapa bidat di dalam gereja. Ajaran sesa yang paling mengancam gereja adalah gnostik. Gnostik berasal dari kata Yunani gnosis, yaitu suatu pengetahuan rohani dan rahasia mengenai kelepasan, dalam arti kelepasan dari materi atau zat, sebab materi dianggap sebagai sumber segala dosa. Dalam ajaran gnostik tersebut Yesus Kristus dianggap sebagai guru yang mengajar tentang sumber dosa dan kelepasan dari materi, supaya manusia dapat memperoleh kelepasan. Gereja dalam menentang ancaman dari gnostik, mengemukakan tiga hal yang dapat menjamin ortodoksi atau ajaran yang benar, yaitu: kanon Alkitab, pengakuan iman dan pewarisan jabatan uskup.
Kanon berarti ukuran atau patokan, sehingga kanon Alkitab adalah daftar buku-buku yang mengandung kebenaran Kristen dan dapat menjadi sumber iman yang benar. Kanon Alkitab dapat dipergunakan untuk membedakan buku-buku Perjanjian Lama dan buku-buku yang benar-benar berasal dari murid-murid Yesus, Perjanjian Baru, dari buku-buku yang ditulis oleh guru-guru gnostik (yang seringkali memakai nama murid yesus sebagai nama samaran).
Selanjutnya pengakuan iman adalah ringkasan pokok-pokok iman Kristen yang menjadi ukuran untuk menilai ajaran-ajaran mana yang benar. Pengakuan iman dikembangkan dari pengakuan yang diucapkan oleh orang yang hendak dibaptis dan hampir bersamaan dengan “pengakuan iman rasuli” sekarang. Di dalam bagian tentang Allah sebagai khalik langit dan bumi diakui, misalnya bahwa materi adalah ciptaan Allah, bukan sebagai sumber dosa sebagaimana yang diajarkan oleh gnostik.
Akhirnya pewarisan uskup yang dalam bahasa Latinnya adalah “succession apostalica” (= penggantian rasul) adalah pandangan bahwa jabatan uskup didirikan oleh para rasul dan diturunkan melalui sejarah, sehingga uskup-uskup adalah pengganti-pengganti para rasul. Dengan demikian dianggap terjamin bahwa ajaran yang diajarkan oleh uskup adalah ajaran yang benar. Ajaran rasuli inilah yang harus dipercaya, bukan ajaran guru-guru gnostik.

Gereja sebelum tahun 313 (waktu gereja diberi kebebasan oleh pemerintah kekaisaran Romawi), selalu diancam oleh penghambat-penghambat yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Hal itu bisa terjadi karena kelakuan orang-orang Kristen berbeda dengan gaya hidup biasa. Mereka juga menolak mempersembahkan kepada dewa-dewi, antara lain kepada dewa pelindung kaisar, sehingga mereka dicurigai sebagai musuh Negara.
Semula, sampai kira-kira tahun 250, penghambatan bersifat incidental dan local. Di tempat-tempat tertentu tiba-tiba rakyat mulai menyiksa dan menganiaya kaum Kristen dengan atau tanpa dukungan pemerintah setempat. Kurang lebih tahun 250 penghambatan orang Kristen dilakukan secara sistematis di seluruh Negara atas perintah kaisar Romawi. Banyak orang Kristen mati syahid karena beberapa penghambatan tersebut. Akan tetapi akibatnya sungguh di luar dugaan: gereja tidak hilang, tetapi bertambah anggotanya, karena keberanian iman yang diperlihatkan oleh para syahid sangat mengesankan.

2) Gereja diakui oleh pemerintah kekaisaran Romawi (313-590).
Titik balik bagi gereja terjadi pada saat kaisar Konstantinus Agung merebut kekuasaan dari kekaisaran Romawi. Mulai saat tersebut gereja mendapat dukungan besar dari pemerintah sampai akhirnya menjadi kuasa yang menentukan seluruh kehidupan di Eropa Barat. Theologia dikembangkan terus sampai semua ajaran pokok atau dogma dirumuskan.
Beberapa peristiwa penting yang terjadi pada masa ini adalah sbb:
a) Pengakuan agama Kristen terjadi melalui dua tahap. Pada tahun 313 kaisar Konstantinus Agung ketika berada di kota Milano, Italia, mengeluarkan edikt (surat perintah), yang biasanya disebut dengan edikt Milano. Berdasarkan edkt tersebut warga negara Romawi diberi kebebasan untuk menganut agama Kristen. Agama Kristen tidak dilarang lagi, tetapi dibolehkan. Oleh karena itu edikt tersebut merupakan edikt toleransi.
Dengan edikt Milano mulailah babak baru bagi gereja. Gereja dapat berkembang dengan bebas dan menikmati hak-hak yang sama seperti agama-agama lain. Bahkan gereja memperoleh bantuan dan hak-hak istimewa dari pemerintah. Beberapa gedung gereja yang dirusak pada waktu penghambatan dibangun kembali dengan biaya Negara. Hak para uskup untuk mengatur gereja diakui dan dihormati oleh Negara. Agama-agama lain lambat-laun mengalami penghambatan, sedangkan agama Kristen justru memperoleh posisi istimewa.
Selanjutnya ke kaisaran dipimpin oleh kaisar Theodosius, ia pada tahun 380 M mengeluarkan edikt yang disebut edikt Theodosius. Di dalam edikt tersebut agama Kristen menjadi agama Negara, dan semua warga Negara Romawi diwajibkan menjadi anggota gereja katolik (= am) dan ortodoks (= benar). Dengan edikt ni berarti tidak hanya agama-agama kafir dilarang, tetapi juga bidat-bidat dan sekte-sekte Kristen diluar gereja am, sebagai gereja yang memelihara persekutuan dengan uskup Roma.
Akibat dari perkembangan ini dapat berdampak positip dan negatip bagi gereja. Dampak positipnya ialah gereja didukung negara, sehingga gereja dapat maju dan mekar. Adapun dampak negatipnya, gereja di samping lembaga rohani juga menjadi kuasa politik. Selanjutnya para uskup, khususnya di kota-kota besar, bukan hanya tokoh rohani, tetapi sekarang juga diberi peran politik. Itulah sebabnya kadang-kadang mereka mulai memakai cara politik dalam penyelesaian soal-soal gereja. Jumlah angota gereja menjadi besar, tetapi yang masuk Kristen tidak hanya didorong oleh keyakinan murni saja. Ada juga yang menjadi anggota gereja Kristen karena wajib atau karena karier.
b) Setelah edikt Milano memberi kebebasan kepada gereja, gereja juga diberi kemungkinan untuk mendiskusikan soal-soal yang berkaitan dengan ajaran secara terbuka. Beberapa pertikaian tentang Kristus yang sudah ada sejak abad kedua mulai dibicarakan dan diputuskan pada konsili-konsili oikumenis, yaitu sidang-sidang yang dihadiri oleh uskup-uskup dari seluruh gereja. Meskipun wakil dari Eropa Barat hadir, tetapi dalam prakteknya wakil dari gereja di Eropa Timur dan Asia Barat yang banyak hadir.
Berkaitan dengan oknum Kristus, ada dua hal yang dibicarakan:
(1) Soal Trinitas (konsili Nicea 325 M dan konsili Konstantinopel 381 M) mengenai pertanyaan apakah Kristus sederajat dengan Allah atau lebih rendah, dan bagaimana status Roh Kudus. Ajaran atau dogma yang dirumuskan adalah: “bahwa dalam Allah ada tiga oknum (Bapa, Anak dan Roh) yang mempunyai hakekat ilahi yang sama (supaya keesaan Allah terjamin) : satu hakekat, tiga oknum.
(2) Soal Kristologi (konsili Chalcedon 451 M) mengenai pertanyaan apakah dan bagaimanakah Kristus betul-betul manusia. Ajaran atau dogma yang dirumuskan adalah: “ bahwa dalam satu oknum kristus ada dua tabiat, tabiat ilahi dan tabiat manusiawi: satu oknum dua tabiat.
Karena tidak semua gereja setuju dengan putusan tersebut, terjadilah perpisahan (skhisma) dalam gereja.

c)Karena gereja tidak lagi merupakan kelompok yang diancam, melainkan lembaga yang dihormati, maka banyak orang masuk Kristen dan suasana menjadi lain. Gereja menjadi gereja rakyat. Bersamaan dengan perkembangan tersebut timbullah kerinduan dalam hati orang-orang dan kelompok-kelompok tertentu untuk mengundurkan diri dari pergaulan hidup sehari-hari untuk merenungkan iman mereka di tempat-tempat yang sunyi. Di sana mereka hidup, secara perorangan atau bersama-sama dalam kelompok-kelompok , sambil berpuasa, bermeditasi dan berdoa. Pada abad ke-4 beberapa kelompok tersebut mulai hidup menurut peraturan-peraturan tetap dalam biara-biara. Pada awal abad ke-6 di Eropa Barat beberapa biara berkumpul menjadi suatu ordo, di mana setiap biara mengikuti peraturan yang sama. Demikianlah kebiaraan menjadi suatu struktur dan organisasi gerejani, yang memainkan peran yang sangat penting dalam periode-periode berikutnya. Hal ini dapat terjadi karena biara-biara tidak hanya berfungsi sebagai lembaga iman saja, tetapi juga sebagai pusat pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan kesenian.
(1) Sejak pertengahan abad ke-5 kuasa kekaisaran Romawi di Eropa Barat hilang. Situasi politik menjadi tidak stabil dan kebudayaan Romawi terancam dimusnahkan. Dalam situasi yang penuh kegoncangan tersebut gereja di Eropa Barat merupakan faktor satu-satunya yang stabil, sehingga tidak salah untuk mengatakan bahwa dalam banyak segi gereja mengambil alih peranan yang dulu dilakukan oleh kekaisaran Romawi, yaitu mengatur masyarakat. Paus sebagai uskup Roma lama kelamaan diakui sebagai pemimpin gereja di Eropa Barat, mampu memimpin seluruh kehidupan masyarakat dan dengan demikian mengambil alih peranan kaisar Romawi dalam bidang politik. Biara-biara sebagai pusat pendidikan dan ilmu pengetahuan mempertahankan dan menyimpan kebudayaan Romawi dan dengan demikian mengambil alih peranan kekaisaran Romawi dalam bidang kebudayaan. Perkembangan ini selesai saat paus Gregorius I (Agung, 590-604 M) mulai memegang jabatan. Oleh karena itu tahun 590 M menandai akhir zaman gereja kuno dan permulaan abad pertengahan.
(2) Perkembangan di Eropa Timur dan Asia barat berbeda dengan di Barat. Kekaisaran di sana tidak hilang, tetapi tetap ada, dengan Konstantinopel sebagai ibu kotanya. Sejak abad ke-7, kekaisaran Romawi Timur dan juga gereja di Timur mengalami penyerangan dari Islam. Wilayah kekaisaran diperkecil karena penyerbuan dan karena kekristenan di Timur Tengah (Siria, Irak, Iran) serta Afrika Utara (kecuali Mesir dan Etiopia) menjadi hilang atau menjadi kurang. Akhirnya kekaisaran Romawi Timur terbatas pada Eropa Tenggara saja (Yunani dan sekitarnya).
Sebagai akibat keadaan politik dan juga oleh karena gereja di Barat dan gereja di Timur mulai menjadi terasing satu sama lain karena perbedaan kebudayaan (Latin dan Yunani) dank arena pertikaian mengenai ajaran, maka kedua gereja ini makin lama makin lebih menjalani sejarahnya sendiri dan hubungan antara kedua bagian gereja mulai berkurang.

2. Gereja Abad Pertengahan (590-1492/1517)
Selama abad pertengahan, gereja di Eropa Barat memainkan peranan yang menentukan di seluruh kehidupan masyarakat. Hal ini dimulai ketika kuasa kekaisaran Romawi hilang sebagai kuasa yang mempersatukan Eropa dan situasi ini dapat berlangsung terus sampai akhir abad pertengahan, waktu kekuatan-kekuatan politik, seperti Negara-negara nasional, mulai menuntut haknya untuk mengatur kehidupan masyarakat. Pada waktu yang sama juga, pada akhir abad pertengahan, orang-orang Eropa mulai melampaui batas daerah mereka dan keluar ke seluruh dunia (1492: Columbus menemukan Amerika). Gereja tidak lagi terbatas pada Eropa dan Timur Tengah seperti dahulu. Sekaligus kesatuan gereja Barat, yang dapat dipertahankan selama abad pertengahan, menjadi hilang karena Reformasi Martin Luther (1517).
Periode abad pertengahan biasanya dibagi tiga. Titik balik yang pertama dialami oleh gereja pada tahun 910 ketika terjadi reformasi kebiaraan di Cluny, yang memberi dorongan dan semangat baru pada seluruh gereja. Sekitar tahun 1300 menjadi jelas bahwa kekuasaan gereja di bidang politik mulai berkurang dan diancam oleh usaha-usaha beberapa negara untuk mengatur bidang politiknya sendiri.


































a. Awal Abad Pertengahan (590-910 M)
Pada awal abad pertengahan agama Kristen mulai tersebar ke batas-batas Utara dan Timur Laut benua Eropa, sedang di Timur Tengah dan Afrika Utara gereja terancam oleh serbuan dari pihak Islam. Mulai priode ini gereja di Barat dan di Timur menjalankan sejarahnya masing-masing secara terpisah.
Beberapa peristiwa penting pada masa ini antara lain sebagai berikut:
1) Di zaman gereja kuno, gereja mulai menyebarkan Injil kepada suku-suku yang ditaklukkan oleh kekaisaran Romawi. Setelah kuasa kekaisaran Romawi lenyap di Eropa Barat, beberapa usaha untuk mengkristenkan suku-suku di Eropa diteruskan. Paus Gregorius Agung sendiri yang melakukan pekabaran Injil ke Inggeris. Dari sana Injil dibawa ke suku-suku Jerman di Eropa Utara. Selanjutnya juga kepada suku-suku Slavia di Eropa Tengah dan Timur Laut dibawa ke Kristen. Pada akhir periode ini kebanyakan suku dan bangsa di Eropa telah dikristenkan. Sekitar tahun 1000 M, proses pengkristenan seluruh Eropa sampai di Rusia selesai.
2) Sebagaimana tersebut di atas, pada abad ke-7 Islam mulai menyerang daerah-daerah di luar Arabia. Ancaman dari pihak Islam sangat terasa oleh gereja, terutama oleh gereja di kekaisaran Romawi Timur. Banyak daerah Kristen di Timur Tengah dan Afrika Utara diserbu oleh tentara Islam. Demikian juga gereja di Eropa Barat terancam, sebab Islam sudah menyerbu semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal). Di Barat batas antara dunia Islam dan dunia Kristen stabil, tetapi di Timur ancaman Islam terus-menerus terasa.
3) Pada awal abad pertengahan perkembangan dogma melalui konsili-konsili oikumenis diselesaikan.Sejak saat itu ajaran di gereja Timur tidak pernah diubah lagi. Sedang gereja Barat apa yang telah diputuskan, khususnya tentang trinitas dan kristologia, merupakan dasar ajaran yang tidak pernah diubah tetapi ditambah dengan beberapa ajaran lain. Sejak saat itu dapat dibedakan kedua gereja tersebut, yang masing-masing mempunyai corak-corak dan sejarah tersendiri.
Di Eropa Barat gereja dinamakan Gereja Katolik-Roma, yang dipimpin oleh uskup kota Roma, pusat gereja, yang sudah lama disebut paus. Paus pada masa itu tidak hanya berfungsi sebagai kepala gereja, tetapi juga sebagai pemimpin masyarakat. Pada umumnya gereja di Eropa Barat tidak hanya memainkan peranan di bidang agama saja, tetapi juga di bidang politik dan kebudayaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa Gereja Katolik-Roma menentukan seluruh kehidupan masyarakat.
Di Timur, di mana kekaisaran Romawi tidak hilang, peranan gereja lebih terbatas pada bidang rohani saja. Ibu kota kekaisaran ,Konstantinopel, menjadi pusat gereja Timur, tetapi uskup Konstantinopel (yang disebut patriakh) tidak dapat memainkan peranan yang menentukan segala sesuatu di gereja, sebagaimana dimainkan oleh paus. Kuasanya dikendalikan pada satu pihak oleh kekaisaran Romawi Timur, pada pihak lain oleh uskup di kota-kota penting lainnya, terutama Alexandria dan Antiokhia. Gereja Timur dinamakan Gereja Ortodoks. Kata ortodoks (=benar) menunjuk kepada dua hal yang sangat ditekankan oleh gereja ini, yaitu kepada ajaran ortodoks dan juga kepada liturgi ortodoks. Kehidupan gereja terpusat pada kebaktian, di mana para anggota gereja melalui perayaan liturgi (terutama sakramen Perjamuan Kudus) mendapat bagian dalam keselamatan abadi. Kehidupan masyarakat, termasuk gereja, sangat ditentukan oleh ancaman Islam yang selalu terasa.

4) Di Eropa Barat perkembangan Gereja Katolik-Roma pada awal abad pertengahan permulaannya sangat ditentukan oleh ketidak-stabilan politik sesudah kuasa kekaisaran Romawi hilang. Paus menjadi pemimpin juga di bidang politik. Biara-biara menjadi pusat kebudayaan, pendidikan dan theologia, tetapi kekacauan masyarakat, belum terlihat usaha untuk menciptakan sesuatu yang baru di bidang-bidang tersebut.Yang dibuat oleh para biarawan adalah mempertahankan dan menyimpan apa yang masih ada dari zaman kekaisaran Romawi (warisan ini tersimpan sampai sekarang). Di bidang theologia dipelihara dan dipertahankan tradisi gereja kuno, sedangkan usaha untuk menciptakan sesuatu yang baru masih kurang sampai akhir abad ke-8 M. Sekitar tahun 800 M. pada zaman kaisar karel Agung, keadaan politik menjadi lebih stabil. Yang menyebabkan perkembangan pada bidang kebudayaan, pendidikan dan juga theologia.

b. Abad Pertengahan yang Jaya (910-1300 M
Pada periode ini banyak perkembangan gereja selama abad pertengahan mencapai puncaknya. Kebiaraan memperkuat posisinya sebagai salah satu struktur pendukung gerejani. Di dalam theologia ditempuh jalan-jalan baru. Kedudukan gereja terutama paus, pada bidang politik, meskipun ditentang oleh beberapa penguasa lain, dapat dipertahankan dengan baik sampai akhir abad ke-13.
Adapun beberapa peristiwa penting pada masa ini adalah sebagai berikut:
1) Awal kejayaan abad pertengahan ditandai dengan reformasi atau pembaharuan kebiaraan, yang diawali di biara Cluny, Perancis. Reformasi ini sebagai reaksi terhadap perkembangan kebiaraan pada awal abad pertengahan. Pada waktu itu biara-biara mendapat kedudukan yang istimewa di masyarakat dan memperoleh kuasa besar d bidang duniawi. Biara-biara diberi tanah dan kekayaan, sehingga menjadi semakin mewah. Sekaligus mutu kehidupan menurun sebab disiplin mulai menurun. Di samping itu pengaruh penguasa-penguasa di sekitar biara menjadi besar, sebab mereka, melalui pengaruniaan tanah dan sebagainya kepada biara, menuntut hak untuk campur tangan dalam kehidupan di dalam biara. Demikianlah biara-biara semakin lama semakin dikuasai duniawi. Perkembangan seperti ini didobrak pada tahun 910 ketika di Cluny didirikan biara baru yang berusaha memulihkan cita-cita asli kebiaraan, yaitu suatu kehidupan yang suci dan sederhana, diserahkan kepada Tuhan dan kepada studi. Reformasi ini tersebar di seluruh gereja dan memberi semangat baru untuk kehidupan kebiaraan.
2) Sebagaimana dijelaskan di atas, theologia pada awal abad pertengahan membatasi diri, pada umumnya, kepada mempertahankan dan menyimpan tradisi gereja. Cara itu diteruskan pada periode ini, dan beberapa buku hasil dari tradisi dikumpulkan secara sistematis dan teratur pada bidang tafsiran, hukum gereja dan dogmatika.
Akan tetapi pada waktu ini juga timbul suatu theologia yang lebih kreatif, yang mula-mula dikembangkan di sekolah-sekolah pendidikan para imam yang ada di rumah uskup-uskup, kemudian juga di sekolah-sekolah untuk para biarawan di biara-biara. Diusahakan untuk memperkatakan tradisi gereja dengan menggunakan kata-kata baru dan dengan memperhatikan peraturan-perturan yang berlaku dalam dialektika (= ilmu mantic). Karena lahir di sekolah, theologia ini disebut dengan theologia skholastik. Istilah ini menunjuk kepada suatu cara bertheologia yang kreatif dan ilmiah dengan memakai jalan berfikir dan istilah-istilah dari filsafat Yunani, pertama-tama filsafat Plato, kemudian juga filsafat Aristoteles. Periode skholastik biasanya dibedakan dalam tiga periode. Periode pertama, awal skholastik (kira-kira 1000 – kira-kira 1200, abad ke-11 dan ke-12). Tokoh pada periode ini adalah Anselmus dari Canterbury. Periode kedua, kejayaan skholastik (abad ke-13). Tokoh paling menonjol pada masa ini adalah Thomas Aquino. Periode ketiga, adalah masa akhir skholastik (kira-kira 1300 – kira-kira 1500 M, yaitu abad ke-14 dan ke-15) yang bersamaan dengan periode berikutnya, yaitu akhir abad pertengahan. Tokoh pada masa ini antara lain William dari Ockham.
3) Bersamaan dengan apa yang terjadi pada bidang theologia, pada abad ke-13 semua ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang besar. Ini menyebabkan bahwa dari lembaga-lembaga pendidikan yang ada, lahir universitas-universitas yang pertama.
Universitas yang tertua adalah universitas Paris (Sorbonne). Demikian juga universitas Oxford dan Cambridge di Inggeris dan Bologna di Italia termasuk yang pertama di Eropa.
4) Pada periode ini juga kepausan mencapai puncak kejayaannya. Pada awal abad pertengahan paus memainkan peranan penting, juga di bidang politik (misalnya Gregorius Agung), tetapi kemudian gereja mulai dikuasai oleh raja-raja di Eropa, yang mau mengatur gereja di negara mereka. Pada abad pertengahan yang jaya kepausan membebaskan diri lagi dari pengaruh ini dan memperoleh lagi kedudukan sebagai pemimpin masyarakat.
Hal ini menjadi nyata dalam beberapa kali perang salib (kira-kira 1100 – kira-kira 1300 M), yang diadakan atas dorongan dan dukungan para paus. Perang-perang salib bertujuan merebut Palestina, khususnya kota Yerusalem,dari tangan Islam. Tujuan rohani ini disertai dengan tujuan politik, yaitu untuk memperluas kuasa paus di Eropa Timur.
Paus berhasil mempertahankan kuasanya di bidang politik terhadap kaisar Jerman dan raja-raja, terutama raja Inggeris dan raja Perancis yang mencoba membebaskan diri dari dominasi paus. Puncak kejayaan kepausan diraih pada saat paus Innocentius III (kira-kira tahun 1200 M) menduduki tahta yang disebut kursi Petrus (sebab Petrus dianggap sebagai paus pertama). Tetapi kemudian kuasa paus mulai berkurang sampai akhirnya paus Bonifatius VIII (kira-kira tahun 1300 M) gagal mempertahankan kuasa kepausan terhadap raja Perancis.
Di dalam suatu bulla (surat atau piagam) yang menurut kata-kata pertama disebut Unam sanctam (ecclesiam catholicam = satu gereja yang kudus dan am) Bonifatius VII menurut, pada tahun 1302, kuasa mutlak di bidang rohani maupun di bidang politik bagi paus sebagai kepala Gereja Katolik-Roma. Pretensi ini luar biasa besar, tetapi ternyata kosong sebab paus dipenjarakan oleh tentara raja Perancis dan diganti oleh seorang paus yang rela mentaatinya. Paus berikutnya memindahkan kepausan dari Roma ke Perancis (kota Avignon) pada tahun 1309.
Peristiwa ini menandai kegagalan politik paus. Sejak saat ini negara-negara nasional memainkan peranan yang semakin menentukan di idang politik. Demikianlah berakhir kejayaan abad pertengahan.


c. Akhir Abad Pertengahan (kira-kira 1300-1492/1517)
Periode ini merupakan masa peralihan dari abad pertengahan menuju ke masa reformasi. Kepausan mengalami krisis, sehingga penguasa-penguasa duniawi semakin lama semakin lebih menentukan kehidupan di wilayah mereka, termasuk kehidupan rohani. Oleh sebab itu kritik terhadap gereja yang tradisional dapat diutarakan dngan lebih bebas, sehingga jalan terbuka bagi pembaharuan gereja.
Beberapa kejadian penting pada periode ini antara lain sebagai berikut:
1) Setelah paus Bonifatius VIII (kira-kira tahun 1300 M), kepausan dikuasai oleh raja Perancis. Kepausan mengalami krisis bsar yang sangat mempengaruhi kehidupan gereja dan masyarakat. Pada tahun 1309 M, paus pindah ke kota Avignon di Perancis, dan dengan demikian mulailah dengan apa yang disebut “pembuangan kepausan ke Babylon,” berlangsung sampai tahun 1377. Pada tahun ini paus kembali ke Roma, tetapi tahun berikutnya raja Perancis tidak menyetujui pemilihan seorang paus dari Italia, sehingga ia menyuruh memilih seorang paus dari Perancis. Yang satu tinggal di Roma, sedang yang lain tinggal di Avignon. Maka mulailah timbul perpecahan di gereja Katolik-Roma yang biasanya disebut dengan Skhisma Barat (1378-1415 M). Disebut skhisma Barat untuk membedakannya dengan skhisma atau perpecahan antara Gereja Katolik-Roma dengan Gereja Ortodoks Timur. Pada saat itu krisis kepausan lebih parah lagi. Sebelumnya hanya ada satu paus di Avignon, tetapi sekarang ada dua paus, yang satu tinggal di Roma, sedang yang lain tinggal di Avignon.
2) Krisis yang dialami oleh kepausan ini tentu saja berdampak kepada seluruh gereja, bahkan seluruh aspek kehidupan. Sebagai akibat dari pembuangan kepausan dan seterusnya skhisma kepausan tersebut kehidupan gereja menjadi merosot sebab tidak ada pimpinan yang kuat. Banyak para rohaniwan dan penguasa Negara memperkuat kedudukannya. Kontrol paus kepada rohaniwan menjadi berkurang sehingga tingkah lakunya merosot. Hal ini juga terjadi karena unsure kuasa dan uang lebih diutamakan. Adapun yang dicari oleh paus untuk memperoleh kembali kedudukan politiknya adalah kuasa dan pengaruh, dan juga untuk membiayai kepausan degan segala usahanya.
3) Situasi gereja yang menyedihkan banyak orang tersebut menimbulkan keinginan beberapa orang yang hendak memperbaikinya, atau dengan istilah yang biasa dipakai pada masa itu “mereformasinya.” Istilah reformasi pada waktu itu berarti semua usuanl dan tindakan yang bertujuan memulihkan keadaan gereja serta meniadakan beberapa penyelewengan yang terjadi di gereja.
Beberapa usaha untuk mengadakan reformasi muncul di kalangan gereja sendiri. Adapun yang diperjuangkan adalah bahwa para rohaniwan berhenti memikirkan status dan uang saja, dan kembali kepada kehidupan yang terarah kepada Allah. Perjuangan ini disertai dengan kritik terhadap hirarki gereja (para pemimpin) dan seringkali dengan menonjolkan peranan kaum awam. Hal ini antara lain dapat dilihat dalam gerakan Devotio Modena (= kesalehan modern) pada abad ke-14. Meskipun usaha - usaha ini seringkali tidak disambut dengan senang hati oleh pemimpin-pemimpin gereja, tetapi dapat juga dilaksanakan sebab mendapat dukungan dan perlindungan dari kuasa-kuasa duniawi. Kuasa-kuasa duniawi ini semakin lama semakin punya peranan penting pada akhir abad pertengahan. Tidak seperti dulu segala sesuatu ditentukan oleh gereja, sekarang raja-raja, kaum bangsawan dan juga pemerintah kota-kota menetapkan apa yang terjadi di wilayah kekuasaan mereka sendiri.
4) Beberapa hasil untuk mereformasi gereja antara lain pada tahun 1415 M skhisma kepausan dapat dipulihkan. Raja-raja memainkan peranan penting dalam mengakhiri pepecahan gereja. Meskipun krisis kepausan dapat diatasi, tetapi peranan gereja tidak seperti dulu lagi. Beberapa bidang yang secara tradisional dikuasai gereja, seperti kebudayaan dan ilmu pengetahuan, pendidikan, bahkan theologia sudah diambil alih oleh penguasa-penguasa duniawi. Di bawah perlindungan pemerintah beberapa bidang ini dapat berkembang lebih bebas dari dahulu.
5) Akibat dari perkembangan ini mulailah suatu pembaharuan kebudayaan yang disebut Renaisance (=kelahiran kembali, maksudnya kelahiran kembali kebudayaan, khususnya kebudayaan Yunani dan Romawi). Pembaharuan ini, yang berlagsung dari abad ke-14 sampai abad ke-16, mulai di Italia, dan dari sana disebarkan ke Perancis, Spanyol, Inggeris dan Jerman. Tujuannya adalah untuk menggali sumber-sumber gereja yang ada di gereja kuno, dan lebih luas untuk kembali kepada sumber kebudayaan Kristen yang ada di kebudayaan Yunani dan Romawi.
Penelitian beberapa sumber tersebut memperkuat lagi kesadaran bahwa banyak hal dalam gereja, baik dari segi kehidupan maupun ajarannya , perlu diperbaiki.
Renaissance juga disebut Humanisme, sebab yang ditekankan adalah tanggung-jawab manusia perseorangan untuk hidup secara etis dan saleh menurut contoh dan ajaran Yesus, sedangkan peranan gereja dianggap tidak begitu penting, dibandingkan dengan dulu sewaktu gereja mengatur seluruh kehidupan. Humanisme sebagai gerakan dalam sejarah pada abad ke-14 sampai ke-16 M, tidak sama dengan aliran humanisme pada zaman modern yang tidak percaya kepada Allah dan Kristus. Persamaannya adalah bahwa manusia perseorangan mendapat tempat yang sentral, tetapi Humanisme pada abad 14-16 M tidak memisahlkan diri dari gereja walaupun ada kritik.
Karena ditekankannya kebebasan untuk meneliti theologia dan digarisbawahinya tanggung-jawab manusia sendiri di depan Allah, Renaissance dan Humanisme menjadi tanah subur bagi Reformasi gereja di kemudian hari.


3. Zaman Baru (1492/ 1517 M – kini)
Setelah abad pertengahan, kesatuan gereja di Eropa Barat pecah, sehingga kemudian terlihat beberapa gereja. Sebelumnya tentu juga ada ketegangan-ketegangan dalam gereja, sampai ada kelompok-kelompok di pinggir gereja yang menjadi terpisah dari Gereja Katolik-Roma, tetapi Gereja Katolik-Roma tetaplah merupakan satu-satunya yang memang berarti. Meskipun demikian reformasi tidak dapat disebut lagi sebagai gejala pinggiran, sebab seluruh gereja digoncangnya, dan sebagai akibatnya timbul gereja-gereja lain di samping Gereja Katolik-Roma yang juga sangat menentukan kehidupan di Eropa dalam berbagai bidang.
Setelah abad pertengahan pula, dapat dilihat bahwa gereja mulai melampaui batas-batas geografis yang tradisional dan mulai disebarkan ke seluruh dunia, pertama-tama Gereja Katolik-Roma, kemudian juga gereja-gereja Protestan. Perkembangan ini adalah akibat beberapa perjalanan yang dilaksanakan untuk menemukan beberapa daerah baru di Asia, Amerika dan Afrika, seperti yang dilaksanakan oleh Columbus pada tahun 1492, dan beberapa usaha orang Eropa untuk memperluas daerah kekuasaan mereka.
Zaman baru biasanya dibagi menjadi tiga berkaitan dengan dua titik balik yang dapat ditunjuk. Yang pertama adalah sekitar tahun 1650, di waktu situasi yang cukup gelisah sebagai akibat Reformasi, mulai teduh lagi. Yang kedua disebabkan oleh Revolusi Perancis (mulai 1789) yang meruntuhkan struktur-struktur sosial yang seringkali masih berasal dari abad pertengahan dan yang menimbulkan pola-pola pemerintahan yang baru.

a. Reformasi dan Kontrareformasi (1492/1517-kira-kira 1650 M)
Kritik terhadap gereja dan beberapa usaha untuk mereformasi yang terlihat pada akhir abad pertengahan, memuncak pada kritik yang diungkapkan oleh Martin Luther. Apa yang dibicarakannya sangat mendasar sehingga tidak dapat diterima oleh pimpinan Gereja Katolik-Roma. Namun banyak orang yang menyetujuinya untuk memperbaiki ajaran dan kehidupan gereja, sehingga terjadi perpecahan. Peristiwa ini tidak hanya menyebabkan gereja-gereja baru dibentuk, tetapi juga sangat mempengaruhi Gereja katolik-Roma sendiri, yang melaksanakan Kontrareformasi.
Beberapa peristiwa penting yang terjadi pada masa ini adalah sebagai berikut:
1) Akar-akar reformasi harus dicari di zaman sebelumnya, sebab apa yang dibicarakan dan dibuat oleh Luther, telah disiapkan pada akhir abad pertengahan. Pada waktu itu telah ada usaha-usaha untuk memulihkan keadaan gereja, yang seringkali didukung oleh kuasa-kuasa duniawi, tetapi juga oleh beberapa kalangan di dalam pimpinan gereja sendiri.
Beberapa usaha ini mendapat dorongan kuat dari renaissance. Rnaissnce mengajak orang-orang berpendidikan baik rohaniwan maupun awam untuk meneliti akar-akar kebudayaan, theologia serta gereja. Mereka menemukan bahwa ajaran dan kehidupan gereja telah sangat berbeda dengan ajaran dan kehidupan di gereja kuno, hal ini dinilai sebagai penyimpangan dari keadaan gereja yang murni. Oleh sebab itu mereka rindu memperbaiki gereja menurut pola gereja yang mula-mula.
2) Martin Luther (1483-1546) di Jerman pada saat itu menkritik gereja dengan jelas dan mendasar. Apa yang diutarakannya disetujui oleh banyak orang baik oleh rekan-rekan imam maupun oleh anggota-anggota gereja biasa.

































Pimpinan gereja terpaksa memperhatikannya, sebab Luther dilindungi oleh kuasa duniawi, yaitu raja di daerahnya di Jerman (Saksen), sehingga paus tidak dapat melaksanankan tindakan yang diperintahkannya terhadap Luther.
Meskipun tepat untuk menyebut Luther sebagai reformator yang terutama, tetapi tidak boleh dilupakan bahwa pekerjaannya disebarkan dan diteruskan oleh reformator-reformator lain. Misalnya Ulrich Zwingli di Swiss (1484-1531) dan Yohanes Calvin (1509-1564), yang berasal dari Perancis dan memimpin Reformasi dari kota Jenewa (Swiss).
Kritik Luther terhadap gereja pada saat itu diarahkan kepada dua hal dan mengandung dua unsur, yaitu:
a) Martin Luther menolak anggapan bahwa seakan-akan manusia dengan pertolongan sakramen-sakramen yang dilayankan oleh gereja, dan dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik (amal) yang diperintahkan oleh gereja, dapat menjadikan manusia dengan sendirinya layak untuk menerima keselamatan. Menurut Luther manusia adalah orang berdosa yang hanya melawan Alla. Oleh karena itu keselamatan manusia adalah semata-mata kasih karunia Allah (sola gratia: hanya oleh kasih-karunia saja manusia diselmtkan), sedangkan manusia tidk dpat berbuat apa-apa selain pecaya (sola fide: hanya oleh iman saja) untuk mendapat bagian dalam keselamatan ini.
b) Martin Luther menolak juga pendapat bahwa gereja berhak menentukan tafsiran Alkitab yang benar, dengan mengukur tafsiran menurut tradisi gereja (yang terdiri dari keputusan-keputusan konsili-konsili dan paus-paus, tulisan-tulisan para theolog dari gereja kuno, yang disebut bapak-bapak gereja). Bukan tradisi yang mengukur Alkitab, tetapi Alkitab yang mengukur tradisi dan segala sesuatu yang dikatakan dan dibuat oleh gereja. Alkitab adalah ukuran iman yang satu-satunya dan mutlak, menurut martin Luther (sola scriptura: hanya Alkitab saja sebagai ukuran iman).
Apa yang dinyatakan oleh Luther tidak diterima oleh paus. Pertama-tama, Luther mengurangi peranan gereja sebagai lembaga yang mengantar mausia ke keselamatan. Menurut ekklesiologia (= ajaran tentang gereja) yang berlaku, “diluar gereja tidak ada keselamatan” (ungkapan Cyprianus, kira-kira 250 M). gereja yang dikepalai oleh paus sebagai wakil kristus, dilihat sebagai syarat mutlak untuk menerima keselamatan, sebab gerejalah yang menyalurkan keselamatan melalui sakramen-sakramen dan yang menetapkan ajaran yang benar. Padahal Luther menekankan bahwa Allah sendiri yang mengaruniakan kepada manusia dan Alkitab mengukur ajaran gereja.
Kedua, dengan ditekankannya oleh Luther inisiatip Allah dalam menyelamatkan manusia, maka seakan-akan etika diruntuhkan. Perbuatan-perbuatan baik (amal) yang ditugaskan oleh gereja kepada orang-orang percaya guna menyiapkan mereka untuk menerima keselamatan , tidak lagi merupakan syarat untuk memperolehnya. Meskipun Luther tidak melarang berbuat baik,malah mendorong orang-orang percaya melakukan perbuatan untuk berterimakasih kepada Allah karena keselamatan yang telah dikaruniakan-Nya, namun ajarannya tentang sola gratia dan sola fide dilihat sebagai bahaya besar untuk tingkah laku manusia.
3) Kritik Martin Luther ditolak, ia sendiri dihukum sebagai seorang penyesat dan dikucilkan dari Gereja Katolik-Roma (1521). Namun tidak langsung didirikan gereja atau gereja-gereja Protentan yang dikenal sekarang ini. Masih selama kurang-lebih 50 tahun keadaan gerejani cukup kabur dan berulah sekitar tahun 1570 M dapat dibedakan dengan jelas Gerja katolik-Roma dan gereja-gereja Protestan. Selama lima puluh tahun ini dapat dilihat:
a) Gereja Katolik-Roma, dipimpin oleh paus yang terdiri dari semua orang yang mengakui paus sebagai kepala gereja dan tidak mau memisahkan diri dari padanya.
b) Kelompok-kelompok orang yang tidak menerima lagi pimpinan paus. Di antara kelompok ini dapat dibedakan menjadi dua macam.
Pertama, para pengikut martin Luther yang hendak mereformasi Gereja Katolik-Roma, yang telah dikucilkan dari gereja ini atau yang memisahkan diri karena tidak menyetujui kebijaksanaan paus, tetapi tetap mengharapkan pemulihan pepecahan yang terjadi. Mereka ini akhirnya membentuk gereja-gereja Protestan.
Di samping itu ada kelompok-kelompok yang biasanya jeuh lebih kecil, yang didorong oleh usaha Luther untuk mengungkapkan keberatan mereka terhadap ajaran dan kehidupan gereja, tetapi yang mau mereformasi gereja secara radikal. Oleh karena itu kelompok-kelompok ini disebut dengan Reformasi Radikal. Mereka tidak hanya menolak Gereja Katolik-Roma, tetapi juga kelompok-kelompok yang mengikuti Martin Luther, sebab mereka menganggapnya kurang konsekwen dalam pembaharuan dan masih terlalu terikat kepada kebiasaan-kebiasaan lama. Secara garis besardalam Reformasi Radikal dapat dibedakan tiga aliran; walaupun seringkali terlihat campuran antara satu aliran dengan aliran yang lain. Ketiga aliran tersebut adalah:
Pertama, anabaptisme, yang mengutamakan baptisan orang dewasa, iman harus menjadi nyata dalam cara hidup yang baru dan kudus.
Kedua, spiritualisme, yang menekankan pimpinan langsung dari Ruh Kudus dalam orang-orang percaya.
Ketiga, anti-trinitarisme, yang menolak dogma-dogma gereja kuno mengenai trinitas dan kristologia sebagai kurang rasional.
4) Karena ajaran Luther diterima banyak orang dan di mana-mana muncul kelompok-kelompok yang hidup sesyuai dengan ajaran Reformasi, maka Gereja Katolik-Roma terpaksa mencari jawaban terhadap tantangan ini. Jawaban tersebut disebut dengan Kontrareformasi atau, khususnya di kalangan ahli-ahli sejarah gereja Katolik-Roma menyebutnya, Reformasi Katolik. Kedua nama ini memang tepat. Di satu pihak, Gereja Katolik-Roma melawan ajaran Protestan, sehingga jawabannya bersifat anti atau kontra Reformasi. Di pihak lain juga diusahakan memperbaiki atau mereformasi kehidupan dan ajaran Gereja Katolik-Roma, sambil meniadakan banyak hal yang telah meimbulkan kritik baik dari para reformator maupun dari kalangan dalam Gereja Katolik-Roma (khususnya yang dipengaruhi oleh Renaissance dan Humanisme).
Jawaban Gereja Katolik-Roma terdiri dari dua tindakan:
a) Didirikannya ordo rohani yang baru, yaitu ordo Yesuit (Societas Jesu, SJ, = Serikat Yesus) pada tahun 1540 M. Anggota-anggotanya merupakan kader atau pelopor Kontrareformasi. Mereka menjadi pemimpin-pemimpin Gereja Katolik-Roma yang memberikan kepadanya semangat baru. Mereka sangat memperhatikan perkembangan ilmu theologia yang dimulai oleh Renaissance, dan dengan demikian mereka mampu melawan ajaran Protestan dalam tulisan-tulisan mereka. Selain itu ordo Yesuit mulai menyebarkan iman Katolik ke daerah-daerah di luar Eropa yang telah diserbu, dan anggota-anggotanya menjadi misionaris (pekabar Injil) di Amerika Selatan dan Asia Timur, antara lain di Indonesia dan Tiongkok (Franciscus Xaverius).
b) Koncili di Trente (1545-1563 M) diadakan untuk dua tujuan, yaitu menetapkan kembali ajaran Gereja Katolik-Roma secara anti-Protestan. Maksudnya sambil menolak ajaran Reformasi dan menetapkan apa yang harus dibuat untuk memperbaiki serta mereformasi Gereja Katolik-Roma.
Mengenai ajaran, pertama-tama diputuskan bahwa membuat amal-amal tetap perlu untuk menerima keselamatan sebagai kasih karunia Allah, sedang ajaran Reformasi mengenai sola gratia dan sola fide ditolak.
Juga diputuskan bahwa tradisi adalah ukuran iman yang setaraf dengan Alkitab dan yang berlaku di samping Alkitab. Ajaran Reformasi tentang sola scriptura ditolak.
Dlam rangka reformasi Gereja Katolik-Roma banyak kebiasaan dan ajaran yang timbul pada abad pertengahan ditiadakan. Juga diberikan petunjuk –petunjuk untuk kehidupan gereja yang teratur, antara lain tentang pendidikan para imam dan para pemimpin.
c) Setelah koncili di Trente mulailah disadari bahw pepecahan gereja tidak dapat dipulihkan lagi. Kelomppk-kelompok Ptotestan mulai mengatur kehidupan gerejani dan menjadi gereja-gereja dengan suatu organisasi yang tetap. Gereja Katolik-Roma di satu pihak dan gereja-gereja Protestan pada pihak lain mulai berkembang secara terpisah.
d) Reformasi tidak hanya menggoncangkan gereja, tetapi seluruh kehidupan masyarakat turut terpengaruh. Karena Reformasi didukung oleh kuasa-kuasa politik seperti rja-raja, kaum bangsawan dan pemerintah kota-kota, timbul ketegangan politik antara yang menyetujui Reformasi dan yang menolaknya. Di berbagai daerah di Eropa Barat pecahlah konflik, bahkan perang, sebagai akibat Reformasi, di mana alasan religius dan alasan politik seringkali agak tercampur. Tujuannya adalah untuk merebut kuasa politik serta kebebasan untuk ajaran yang dianut. Secara berturut-turut pecahlah perang di Swiss, Perncis, Belanda dan Jerman. Pada tahun 1648 M perang di Jerman diakhiri dan kehidupan yang tergoncang oleh Reformasi mulai menjadi sejuk dan seimbang lagi. Dapat dikatakan bahwa sekitar tahun 1650 M Eropa Barat dibagi dalam daerah-daerah Katolik-Roma dan Protestan. Batas-batas antara wilayah gereja-gereja ditentukan, dan Reformasi maupun Kontra reformasi selesai.

b. Pietisme dan Pencerahan (kira-kira 1650-1789)
Setelah Reformasi dan Kontrareformasi gereja-gereja mencoba mengukuhkan dan mengembangkan apa yang telah diperoleh dalam bidang ajaran dan kehidupan gerejani. Di satu pihak melihat kecenderungan untuk mempertahankan hasil Reformasi dan Kontrareformasi dan untuk mengatur kehidupan gereja sedemikian rupa, sehingga tidak menyimpang dari jalan yang telah ditetapkan lebih dahulu. Di pihak lain, orang-orang Eropa mulai menuntut kebebasan untuk percaya dan berfikir menurut perasaanya sendiri. Inilah yang dapat dilihat dalam Pietisme dan Pencerahan.
Beberapa peristiwa penting yang terjadi dalam periode ini antara lain sbb:
1) Pietisme (kira-kira 1650- kira-kira 1750) merupakan aliran yang menekankan kesalehan (bhs. Latin: pietas) dan penghayatan iman. Aliran ini merupakan reaksi terhadap perkembangan gereja-gereja Protetan sesudah Reformasi. Beberapa gereja inimencoba menjaga apa yang diajarkan oleh para reformator supaya jangan terjadi penyimpangan dari ajaran mereka. Sekaligus mendorong angkatan pertama Reformasi mulai berkurang. Akibatnya kehidupan dan ajaran menjadi kaku dan formal. Kehidupan gerejani, khususnya di dalam kebaktian, begitu teratur sehingga tidak ada lagi kebebasan untuk mengungkapkan ungkapan iman secara spontan. Khotbah-khotbah tidak membicarakan pergumulan pribadi, tetapi hanya merupakan ceramah intelektual tentang pokok-pokok ajaran. Juga di dalam theology unsur intelektual diutamakan. Ajaran dirumuskan secara rumit, disusun menurut aturan-aturan filsafat Aristoteles. Theologi yang semacam ini agak menyerupai theologia skholastik abad pertengahan. Oleh sebab itu theologia ini sering disebut dengan istilah theologia skholastik Protestan. Theologia ini disebut juga ortodoksi Protestan karena yang diutamakan adalah ajaran yang benar, sedang penghayatan iman dengan perasaan dan hati diabaikan.
Di dalam perkembangannya, Pietisme melawan perkembangan yang tyelah menjadikan iman mengiakan sejumlah kebenaran dengan akal dan mengikuti peraturan-peraturan gereja. Sebailnya Pietisme menekankan bahwa iman bukan tindakan otak saja, melainkan penyerahan seluruh pribadi kepda Allah dengan hati dan jiwa, sebagai akibat kelahiran kembali oleh Allah.
Oleh sebab itu orang-orang pietis suka berkumpul dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari orang-orang sehati dan sejiwa, untuk bersama-sama menghayati dan memperdalam iman pribadi dalam suasana bebas dan spontan, yang tidak terdapat dalam kebaktian-kebaktian resmi.
Di dalam bidang theologia mereka menganggap kurang relevan penekanan pada ajaran benar yang dijelaskan secara ilmiah. Mereka tidak menolak ajaran ini, tetapi dalam tulisan-tulisan theologia mereka, lebih menekankan kesalehan pribadi sebagai hasil pertobatan dan penghayatan iman dengan seluruh pribadi.
Di samping itu orng-orang pietis menjadi orang Protestan pertama yang memperhatikan pekabnaran Injil. Mereka , yang menekankan pertobatan manusia sebagai hasiol kelahiran kembali yang dikerjakan oleh kasih karunia Allah, merasa diri terdorong untuk menyampaikan Injil kepada mereka yang belum mengenal keselamatan dalam Kristus baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Gerakan Pietisme mulai di Inggeris dan Belanda kemudian disebarkan ke Jerman. Di Belanda aliran ini menimbulkan ketegangan di dalam gereja Protestan tetapi tidak sampai menimbulkan perpecahan. Dfemikianlah tokoh-okoh dan kelompok-kelompok pietis dapat mempengaruhi kehidupan gereja dan memberi semangat baru kepada anggota-anggotanya. Di Inggeris akhirnya terjadi perpecahan karena Pietisme (yang di sana disebut Revival= kehidupan kembali). “Metodisme” (nama ejekan yang diberikan karena “metode” pertobatan yang dipakai) yang diajarkan oleh John Wesley dan teman-temannya tidak doterima oleh pemimpin-pemimpin Gereja Anglikan, sehingga terpaksa didirikan Gereja Metodis.

2) Di dalam Pietisme dapat dilihat kecenderungan individualisme, yaitu mengutamakan apa yang dirasa, dihayati dipercayai dan dipikirkan oleh perorangan. Akibatnya apa yang diajarkan oleh gereja menjadi kurang penting. Meskipun Pietisme menekankan kebebasan manusia untuk percaya menurut keyakinannya sendiri, bukan karena diwajibkan oleh gereja, Pietisme tidak pernah menolak gereja. Akan tetapi juga ada orang yang sangat menekankan kebebasan dan otonomi manusia sehingga mereka meragukan semua pikiran dan ajaran yang dtang dari luar diri manusia sendiri. Dianggap perlu bahwa manusia keluar dari kebodohan dan “dicerahkan,” supaya ia meneliti sendiri segala hal dan memilih yang masuk akal (rasionalisme: aliran yang mengutamakan ratio = akal budi). Meskipun orang-orang pietis sangat melawan pendapat ini (karena otonomi manusia bertentangan dengan kemahakuasaan Allah), tidak dapat disangkal bahwa ada persamaan juga antara Pietisme, yang adalah individualime di dalam gereja, dan individualisme yang makin lama makin lebih menempatkan diri dalam hubungan yang penuh ketegangan terhadap gereja.
3) Individualisme semacam ini terlihat di dalam Pencerahan (kira-kira 1650- kira-kira 1800 M). Pencerahan adalah usaha manusia pada waktu itu untuk membebaskan diri dari segala otoritas dan kekuasaan yang menghambat pendapat dan pikiran yang bebas. Kekuasaan-kekuasaan yang ditentang oleh Pencerahan terdapat di bidang iman, ilmu pengetahuan, dan politik.
Di bidang iman, manusia ingin melepaskan diri dari segala sesuatu yang diwajibkan kepadanya oleh pemimpin-pemimpin gereja sebagai patokan untuk iman pribadi. Dogma dan hukum gereja tidak diterima lagi begitu saja. Juga Alkitab mulai diteliti secara kritis, dan ada yang hanya mau menerima Alkitab kalau tidak bertentangan dengan apa yang dirasa dan dipikirkan oleh manusia sendiri. Hati nurani manusia menjadi ukuran yang satu-satunya.
Di bidang ilmiah sikap kritis terhadap apa yang diwarisi menyebabkan kesimpulan-kesimpulan dan hasil penelitian masa lalu ditinjau kembali melalui penelitian dan eksperimen sendiri.Itulah sebabnya pada masa Pencerahan ilmu-ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang luarbiasa.
Di idang politik manusia ingin melepaskan diri dari kuasa pembesar-pembesar pada saat itu, yakni raja-raja, kaum bangsawan dan seringkali juga pemimpin-pemimpin gereja (klerus). Kuasa mereka berdasarkan struktur masyarakat yang tradisional, sedangkan Pencerahan mencari suatu struktur sosial yang berdasarkan kepada keputusan-keputusan bebas yang diambil oleh orang banyak sesuai dengan hati nurani mereka. Demikianlah timbul ide-ide politik yang bersifat demokratis, yang disertai dengan perlawanan terhadap penguasa-penguasa tradisional. Di Perancis perlawanan ini mengakibatkan pada tahun 1789 terjadi revolusi yang menjatuhkan pemerintahan lama. Revolusi ini menandai periode baru dalam sejarah, juga dalam sjarah gereja.

c.Gereja sesudah Revolusi Perancis (1789 M – kini)
Pencerahan pada umumnya dan Revolusi Perancis khususnya mengakibatkan perubahan dan perkembangan yang lebih pesat dari sebelumnya, baik dalam kehidupan masyarakat maupun dalam gereja. Perkembangan ilmu menghasilkan teknologimodern, yang menjadi dasar bagi industrialisasi.Iman Kristen semakin lama semakin ditantang dari sudut filsafat dan ideology yang sesuai dengan jiwa Pencerahan yang menonjolkan otonomi manusia. Gereja-gereja harus mencari sikap terhadap perkembangan masyarakat yang begitu bebas. Pada abad ke-20 timbul kesadaran bahwa sebaiknya ketegangan dan tantangan ini dihadapi bersama-sama, sehingga lahirlah gerakan oikumenis.
Periode ini dapatlah dibagi menjadi dua, yaitu abad ke-19 dan abad ke-20.

1) Abad ke -19
Beberapa kejadian penting dalam abad ke-19 antara lain:
a) Revolusi Perancis (1789-1815 M) di Perancis menjatuhkan pemerintahan tradisional di bawah pimpinan raja dan kaum bangsawan yang didukung oleh pimpinan gereja. Revolusi Perancis berusaha mengatur negara menurut gagasan-gagasan yang bersifat demokratis dan memutuskan ikatan-ikatan tradisional antara negara dan gereja. Revolusi Perancis mempengaruhi juga negara-negara lain di Eropa, yaitu Italia, Jerman dan Belanda. Oleh karena revolusi, khususnya revolusi Perancis, didiringi dengan banyak kekerasan, maka timbullah reaksi terhadap Revolusi Perancis dan cita-citanya.
b) Reaksi terhadap revolusi ini disebut Restorasi. Restorasi adalah usaha untuk memulihkan kembali keadaan politik dan sosial sebelum Revolusi Perancis dan bercorak sangat konservatip. Cita-cita yang bersifat demokratis sama sekali ditolak, dan yang ditekankan adalah otoritas penguasa-penguasa lama, seperti raja-raja yang diberi kuasa hampir mutlak.
Restorasi juga mempengaruhi gereja-gereja, terutama Gereja Katolik-Roma. Sebagai reaksi terhadap Pencerahan dan Revolusi Perancis (yang menghilangkan banyak hak istimewa yang dinikmati Gereja Katolik-Roma di Perancis) kekuasaan paus di bidang iman dan etika semakin lama semakin lebih diutamakan. Puncak perkembangan ini adalah Konsili Vatikan I (1869-1870 M). Konsili ini memutuskan bahwa paus tidak dapat keliru kalau ia sebagai kepala gereja (ex cathedra = dari mimbar sebagai lambing kepausan) mengumumkan sesuatu tentang iman atau etika. Dengan demikian secara resmi diungkapkan bahwa kekuasaan paus tidak tergantung pada persetujuan gereja (ump.melalui konsili), tetapi hanya dari jabatan paus sendiri.
c) Pada abad ke-19 dapat dilihat juga ekspansi, yaitu usaha orang Eropa keluar ke seluruh dunia untuk memperluas pengaruh dan kuasa mereka di bidang politik, penyiaran iman Kristen di seluruh dunia dan penyebaran kebudayaan Barat. Ekspansi yang sudah dimulai sejak akhir abad ke-15 ini, pada abad ke-19 mengalami perkembangan yang luar biasa, sehingga
Ekspansi di bidang politik disebut kolonialisme ( = penjajahan) yang terjadi di Asia, Amerika Selatan dan Afrika. Perbedaan dengan penjajahan yang dulu ialah bahwa tujuannya bukan lagi semata-mata perdagangan, tetapi juga untuk memperluas kuasa politik. Beberapa daerah jajahan diduduki secara sistematis dan pemerintahan dilaksanakan secara lebih teratur (bandingkan bagi Indonesia zaman VOC pada masa pemerintahan Hindia Belanda). Selanjutnya perluasan dan penyebaran iman Kristen melalui pekabaran Injil seringkali menyertai penjajahan karena alasan praktis, tetapi mempunyai dorongan tersendiri, yaitu untuk memperkenalkan Kristus dan membuat bangsa-bangsa bertaubat kepada Kristus. Pekabaran Injil merupakan kelanjutan dari usaha orang-orang pietis pada abad ke-18 dan seringkali bersifat pietis juga. Perkembangan pekabaran Injil pada abad ke-19 ini begitu besar sehingga abad ini dapat disebut sebagai abad pekabaran Injil. Ke berbagai daerah orang pergi untuk mengabarkan Injil sambil mendirikan sekolah-sekolah. Pekabaran Injil menjadi jalan untuk memperluas pengaruh kebudayaan Barat. Adat-istiadat setempat dianggap kafir dan bertentangan dengan Injil, sedangkan adapt dan kebudayaan Barat, yang disebarkan melalui sekolah-sekolah dianggap bentuk yang paling sesuai dengan hidup secara Kristen. Usaha untuk menyebarkan kebudayaan Barat juga merupakan unsur penting dalam Penjajahan. Masuk Kristen seringkali dianggap sinonim dengan menerima kebudayaan Barat dan penjajahan Barat. Pekabaran Injil tidak selalu dapatl menghilangkan kesan tersebut.
d) Sebagai reaksi terhadap konservatisme dan penekanan pada kekuasaan di masa Restorasi muncullah di sekitar tahun 1850 ide-ide politik yang lebih liberal ( = bebas) dan demokratis, bahkan bersifat revolusioner. Liberalisme menekankan kebebasan pribadi di semua bidang. Di bidang politik diperjuangkan demokratis dan pemerintahan raja-raja diikat dengan undang-undang dasar (konstitusi). Di bidang sosial ditekankan bahwa manusia boleh mengembangkan kepribadiannya secara bebas dan oleh karena itu antara lain diperjuangkan pendidikan. Di bidang ekonomi diperjuangkan ekonomi yang bebas, yaitu bebas dari campur tangan Negara. Dikaitkan dengan perkembangan teknologi, sikap ini memajukan industrialisasi di Eropa yang terjadi begitu pesat sehingga dinamakan “revolusi industri.” Sebagai akibat industrialisasi timbullah ketegangan antara kaum kapitalis, yang mempunyai modal dan alat-alat produksi, dengan kaum buruh yang miskin (proletariat). Hak-hak buruh dan keadilan sosial khususnya diperjuangkan oleh gerakan sosialisme dan komunisme yang dipelopori oleh Karl Marx dan Friedrich Engels. Dampak negatip dari revolusi industri, seperti kemiskinan, lkoholime dan pekerjaan anak-anak kecil, menimbulkan pekerjaan sosial juga dengan gereja.
e) Di bidang theologia dapat dilihat dua gerekan yang berlawanan pada abad ke-19, yang masih terasa sampai pada abad ke-20. Yang pertama, adalah gerakan yang berusaha untuk menghubungkan cita-cita Pencerahan dengan iman Kristen, sambil memberikan tekanan penuh pada subyek iman, yaitu orang yang percaya. Apa yang dirasa dan dipercayai manusia menjadi titik tolak theologia modern atau liberal (dalam hal ini: bebas terhadap ajaran gereja). Yang kedua, adalah aliran theologia yang melawan hasil Pencerahan dan menekankan ketegangan, bahkan perlawanan, antara apa yang dipikirkan manusia yang otonom dengan apa yang diajarkan oleh iman Kristen. Yang termasuk aliran ini antara lain adalah theologia pietis dan theologia ortodoks (yang berpegang kepada ajaran yang diwariskan dari zaman Reformasi). Penolakan theologia modern dan liberal mendapat bentuk yang baru dan dalam pada abad ke-20, yaitu pada theologia Karl Barth (theologia dialektis).

2) Abad ke-20
Beberapa kejadian penting dalam abad ke-20 antara lain:
a) Abad ke-20 memperlihatkan adanya usaha-usaha untuk mengatasi perpisahan antara gereja-gereja yang timbul pada masa lampau karena pertikaian-pertikaian dalam theologia. Beberapa usaha ini merupakan gerakan yang disebut gerakan oikumenis. Kata “oikumene” dalam bahasa Yunani berarti “yang didiami”, pertama-tama dunia yang didiami. Kemudian oikumene diberi arti politik, yaitu dunia yang dikuasai oleh kaisar Romawi (bandingkan Lukas 2: 1). Di bidang gerejani kata oikumene digunakan untuk menunjuk kepada gereja di seluruh kekaisaran Romawi, dibedakan dengan gereja di satu tempat atau propinsi (bandingkan konsili oikumenis = konsili yang dihadiri oleh wakil-wakil dari seluruh gereja). Pada abad ke-20 kata oikumene dipakai untuk menunjuk kepada usaha untuk mewujudkan kesatuan gereja-gereja di seluruh dunia, walaupun ada banyak perbedaan antara gereja-gereja tersebut.
Gerakan oikumene dimulai di tengah-tengah gereja-gereja Protestan. Selanjutnya gereja-gereja Ortodoks di Eropa Timur dan Asia Barat mulai ikut serta.

b) Akar-akar gerakan oikumene terutama terdapat dalam pekabaran Injil pada abad ke-19. Pada “abad pekabaran Injil” tersebut sangat banyak usaha penyebaran iman Kristen sehingga dirasa perlu untuk mengkoordinasi pekerjaan pekabaran Injil. Demikianlah didirikan dewan-dewan pekabaran Injil pada tingkat nasional dan diadakan konperensi-konperensi untuk membicarakan sosl-soal yang berhubungan dengan penyebaran iman.
Beberapa kegiatan tersebut bermuara pada Konperensi Pekabaran Injil Sedunia yang didakan pada tahun 1910 M di Edinburgh. Konperensi tersebut diadakan untuk mendiskusikan soal-soal di bidang pekabaran Injil yang bersifat umum. Adapun soal-soal yang berkaitan dengan ajaran atau tata-gereja yang seringkali menimbulkan masalah antara gereja-gereja tidak dibicarakan. Diputuskan untuk membentuk suatu dewan pekabaran Injil sedunia.
Konperensi Pekabaran Injil Sedunia di Edinburgh pada tahun 1910 M dianggap sebagai permulaan gerakan oikumenis. Pembentukan dewan pekabaran Injil sedunia untuk sementara terhalang oleh karena Perang Dunia I (1914-1918 M), sehingga baru pada tahun 1921 didirikan International Missionary Council (IMC = Dewan Pekabaran Injil Internasional). Pada tahun 1961 IMC bergabung dengan Dewan Gereja-gereja Sedunia.
Di samping IMC ada tiga aliran lain di dalam gerakan oikumenis, yaitu gerakan “iman dan tata-gereja” atau Faith and Order Movemen (1920); gerakan untuk “kehidupan dan kegiatan,” atau Life and Work Movement (1920); dan World Allience for Promoting Internationl Frienship through the Churches (Persekutuan Sedunia untuk Memajukan Persahabatan Internasional melalui Gereja-gereja) disingkat dengan World Allience (1914).
Selanjutnya Faith and Order dengan Life and Work bersama-sama mengadakan konperensi di Utrecht, Belanda, pada tahun 1938. Di dalam konperensi tersebut diputuskannya untuk mendirikan suatu dewan gereja-gereja sedunia (World Council of Churches in proses of formation). Sekretariat dewan ini , di Jeneva, ditugaskan untuk memanggil suatu siding raya di mana gereja-gereja anggota dapat mendirikan Dewan Gereja-gereja Sedunia (DGD) atau Wordl Council of Charches (WCC).
Pada tahun 1948 Dewan Gereja-gereja Sedunia didirikan di Amsterdam secara resmi dalam Sidang Raya pertama di Amsterdam. Yang menjadi anggota adalah gereja-gereja, bukan orang pribadi atau lembaga gerejani. Gereja anggota pada saat pendirian DGD berjumlah 147. Sekarang jumlahnya kurang lebih 300. Gereja-gereja ini pada umumnya adalah gereja Protestan. Kebanyakan gereja Ortodoks beru menjadi anggota DGD pada tahun 1950.
Gereja katolik-Roma pertama kali tidak menerima gerakan oikumene tersebut. Tetapi pada Konsili Vatikan II (1962-1963 M) memutuskan untuk tidak menghalangi kerjasama dengan gereja-gereja lain, sebab sumbangan dari orang-orang Kristen lain sangat menolong Gereja Katolik-Roma dalam menghadapi dunia moder.
Sesuai dengan sikap baru ini, Gereja katolik-Roma, mulai dari Sidang Raya di New Delhi (1961) selalu mengutus peninjau-peninjau dalam sidang- sidang raya DGD juga ambil bagian dalam pekerjaan DGD melalui


































































anggota-anggota Katolik-Roma di komisi-komisi (umpamanya Faith and Order) (de Jonge, 1987: 49-91).

C. Informasi Al Qur’an tentang Gereja
Berdasarkan uraian di atas yang dimaksud dengan gereja adalah umat atau jemaat Kristen di samping gedung ibadat (gereja). Gereja dari Palestina berkembang ke Eropa, Asia, Afrika dan ke seluruh dunia. Gereja di samping mengalami perpecahan juga berusaha menyatukan dirnya dalam gerakan ekumene.
Gereja dalam arti tempat ibadah orang Kristen di dalam Al Qur’an disebut dengan istilah biya’un. Sebagaimana disebutkan dalam Surat Al Hajj: 40 sbb:
. . . وَلَوْلاَ دَفْعُ اللهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاةٌ وَمَسَاجِدُ يُذْكَرُ فِيْهَا اسْمُ اللهِ كَثِيْراً . . .
. . . Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah . . .
Adapun Gereja dalam pengertian umat atau jemaat Kristen tersebut di dalam Al Qur’an diistilahkan dengan istilah Nashara, Ahlul Kitab, Ahlul Injil, dan Al Hawariyyun.
Istilah Nashara di dalam Al Quran disebutkan di beberapa surat, misalnya:
Di dalam Surat Surat Al Baqarah: 111 disebutkan:
وَقَالُوا لَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ اِلاَّ مَنْ كَانَ هُوْداً أَوْ نَصَارَى تِلْكَ أَمَانِيُّهُمْ قُلْ هَاتُوْا بُرْهَانَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ.
Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: “Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani.” Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: “Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar.

Selanjutnya di dalam Surat Al Baqarah: 120 disebutkan:
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُوْدُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ اِنَّ هُدَى اللهِ هُوَالْهُدَى وَلَئِنِ تَّبَعْتَ أَهْوَآءَهُمْ بَعْدَ الَّذِى جَآءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَالَكَ مِنَ اللهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلاَنَصِيْرٍ.
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar).” Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.

Disebutkan di dalam Surat Al Baqarah: 135 sbb:
وَقَالُوا كُوْنُوا هُوْداً أَوْ نَصَارَى تَهْتَدُوا قُلْ بَلْ مِلَّةَ اِبْرَاهِيْمَ حَنِيْفاً وَمَاكَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ.
Dan mereka berkata: “Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk.” Katakanlah: “Tidak, bahkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik.”

Di dalam Surat Al Maidah: 14 disebutkan:
وَمِنَ الَّذِيْنَ قَالُوآ اِنَّانَصَارَى أَخَذْنَا مِيْثَاقَهُمْ فَنَسُوا حَظاًّ مِمَّا ذُكِّرُا بِهِ فَأَغْرَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَآءَ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَسَوْفَ يُنَبِّئُهُمُ الله ُ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُوْنَ.
Dan di antara orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya kami ini orang-orang Nasrani,” ada yang telah Kami ambil perjanjian mereka, tetapi mereka (sengaja) melupakan sebahagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya; maka Kami timbulkan di antara mereka permusuhan dan kebencian sampai hari kiamat. Dan kelak Allah akan memberitakan kepada mereka apa yang selalu mereka kerjakan.

Di dalam Surat At Taubah: 30 disebutkan:
وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ عُزَيْرٌابْنُ اللهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيْحُ ابْنُ اللهِ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُوْنَ قَوْلَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ الله ُ أَنَّى يُؤْفَكُوْنَ.
Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah” dan orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putera Allah.” Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dila’nati Allah-lah mereka; bagaimana mereka berpaling?

Di dalam Surat Al Hajj: 17 disebutkan:
اِنَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَالَّذِيْنَ هَادُوا والصَّابِئِيْنَ وَالنَّصَارَى وَالْمَجُوْسَ وَالَّذِيْنَ أَشْرَكُوآ اِنَّ الله َ يَفْصِلُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ اِنَّ الله َ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ.
Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shaabi-iin, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu.

Akhirnya di dalam Surat Al Maidah: 82 disebutkan:
لَتَجِدَنَّ أَشَدَّالنَّاسِ عَدَاوَةً لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُواالْيَهُوْدَ وَالَّذِيْنَ أَشْرَكُوا وَلَتَجِدَنَّ أَقْرَبَهُمْ مَّوَدَّةً لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوا الَّذِيْنَ قَالُوا اِنَّا نَصَارَى ذَالِكَ بِأَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيْسِيْنَ وَرُهْبَاناً وَاَنَّهُمْ لاَيَسْتَكْبِرُوْنَ.
Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya kami ini orang Nasrani.” Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri.

Menurut Quraish Syihab kata Nashara terkadang digunakan dalam konteks positif dan pujian, misalnya disebutkan di dalam Surat Al Maidah: 82 yang menerangkan bahwa mereka paling akrab persahabatannya dengan orang Islam. Di tempat lain digunakan dalam konteks kecaman, misalnya tersebut dalam Surat Al Baqarah: 120 yang menjelaskan tentang ketidakrelaan mereka pada orang Islam sampai orang Islam mengikuti mereka. Tetapi di tempat lain bersifat netral (bukan kecaman dan bukan pujian), misalnya tersebut dalam Surat Al Hajj: 17 yang membicarakan tentang putusan Allah SWT. yang adil terhadap mereka dan kelompok-kelompok lain nanti di hari kemudian (Syihab, 1996: 348).
Di samping menggunakan istilah Nashara Al Qur’an juga menggunakan istilah Ahlul Kitab untuk menggambarkan umat atau jemaat Kristen.
Term Ahlul Kitab tersebut di dalam Al Qur’an sebanyak 31 kali. Masing-masing dua kali dalam Surat Al Baqarah (ayat 105 dan 109), Surat Al Hasyr (ayat 2 dan 11), Surat Al Bayyinah (ayat 1 dan 6); 12 kali dalam Surat Ali ‘Imran (ayat 64, 65, 69, 70, 71, 72, 75, 98, 99, 110, 113, dan 199); 4 kali dalam Surat An Nisa’ (ayat123, 153, 159, dan 171); 6 kali dalam Surat Al Ma’idah (ayat 15, 19, 59, 65, 68, dan 77); masing-masing sekali dalam Surat Al ‘Ankabut (ayat 46), Surat Al Ahzab (ayat 26), Surat Al Hadid (ayat 29). Dari 31 ayat tersebut, 4 bernada apresiatif (Surat Ali Imran: 64, 110, 113, dan 199), sedang yang 27 ayat bersifat kritis terhadap Ahli Kitab. Dari 31 ayat tersebut, hanya 3 ayat yang diturunkan di Makkah (Surat Al ‘Ankabut: 46, Surat Al Bayyinah: 1, 6) (Majlis Tarjih, 2000: 101).
Term Ahlul Kitab dalam kontek yang berbeda dapat berarti komunitas Yahudi, Yahudi dan Kristen secara bersama-sama, dan Kristen saja (Majlis Tarjih, 2000: 101).
Beberapa contoh istilah Ahlul Kitab misalnya disebutkan di dalam Surat Ali ‘Imran: 113 sbb:
لَيْسُوا سَوَآءً مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ أُمَّةٌ قَائِمَةٌ يَتْلُوْنَ ءَايَاتِ اللهِ ءَانَآءَ الَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُوْنَ.
“Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang).”
Disebutkan di dalam Surat Ali ‘Imran: 199 sbb:
وَاِنَّ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَمَنْ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَ مَآأُنْزِلَ اِلَيْكُمْ وَمَآ أُنْزِلَ اِلَيْهِمْ خَاشِعِيْنَ للهِ لاَيَسْتَرُوْنَ بِئَايَاتِ اللهِ ثَمِناً قَلِيْلاً أُوْلَئِكَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ اِنَّ الله َ سَرِيْعُ الْحِسَابِ.
Dan sesungguhnya di antara ahli kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah hati kepada Allah dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya.

Di dalam Surat Al Ankabut: 46 sbb:
وَلاَ تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ اِلاَّ بِالَّتِى هِيَ أَحْسَنُ اِلاَّالَّذِيْنَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ وَقُوْلُوا ءَامَنَّا بِالَّذِى أُنْزِلَ اِلَيْنَا وَأُنْزِلَ اِلَيْكُمْ وَاِلَهُنَا وَاِلَهُكُمْ وَاحِدٌ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُوْنَ.
Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan katakanlah: “Kami telah beriman kepada kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri.”


Di dalam Surat An Nisa’: 171 disebutkan:
يَآأَهْلَ الْكِتَابِ لاَتَغْلُوا فِى دِيْنِكُمْ وَلاَتَقُوْلُوا عَلَى اللهِ اِلاَّالْحَقَّ اِنَّمَاالْمَسِيْحُ عِيْسَ ابْنُ مَرْيَمَ رَسُوْلُ اللهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَآ اِلَى مَرْيَمَ وَرُوْحٌ مِنْهُ فَئَامِنُوا بِاللهِ وَ رُسُلِهِ وَلاَتَقُوْلُا ثَلاَثٌَ انْتَهُوا خَيْراً لَّكُمْ اِنَّمَاالله ُ اِلَهٌ وَاحِدٌ سُبْحَانَهُ أَنْ يَكُوْنَ لَهُ وَلَدٌ لَهُ مَافِى السَّمَوَاتِ وَمَافِى اْلاَرْضِ وَكَفَى بِاللهِ وَكِيْلاً.
Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, ‘Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga,” berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukup-lah Allah sebagai Pemelihara.

Di samping itu ada istilah lain untuk menggambarkan jemaat Kristen di dalam Al Qur’an yaitu Ahlul Injil. Misalnya disebutkan di dalam Surat Al Maidah: 47 sbb:
وَلْيَحْكُمْ أَهْلُ اْلاِنْزِيْلِ بِمَآ أَنْزَلَ الله ُ فِيْهِ وَمَنْ لَّمْ يَحْكُمْ بِمَاأَنْزَلَ الله ُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُوْنَ.
“Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah di dalamnya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.”
Disebut juga jemaat Kristen di dalam Al Qur’an dengan istilah Al Hawariyyun.
Kata Al Hawariyyun (الحواريون ) menurut Quraish Syihab diambil dari kata yang berarti sangat putih atau cahaya murni. Para sahabat Nabi ‘Isa as. dinamakan demikian karena hati mereka sangat tulus, putih, bersih, tidak ternoda oleh kotoran, dan cahaya keimanan yang amat murni tampak pada wajah mereka. Pertanyaan Nabi ‘Isa as. tentang siapa penolong-penolongnya memberi kesan bahwa beliau mencari mereka, karena jumlahnya tidak banyak di tengah-tengah masyarakat luas yang mengingkarinya (Syihab, II, 2000: 94). Istilah Al Hawariyyun misalnya disebutkan di dalam Surat Al Maidah: 111-113 sbb:
وَاِذْ أَوْحَيْتُ اِلَى الْحَوَارِيِّيْنَ أَنْ ءَامِنُوا بِى وَبِرَسُوْلِى قَالُوا ءَامَنَّا وَاشْهَدْ بِأَنَّنَامُسْلِمُوْنَ. اِذْ قَالَ الْحَوَارِيُّوْنَ بِعِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ هَلْ يَسْتَطِيْعُ رَبُّكَ أَنْ يُنَزِّلَ عَلَيْنَا مَآئِدَةً مِّنَ السَّمَآءِ قَالَ اتَّقُوا الله َ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ. قَالُوا نُرِيْدُ أَنْ نَّأْكُلَ مِنْهَاوَتَطْمَئِنَّ قُلُوْبُنَاوَنَعْلَمَ أَنْ قَدْ صَدَقْتَنَاوَنَكُوْنَ عَلَيْهَا مِنَ الشَّاهِدِيْنَ.
Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut ‘Isa yang setia: “Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasu-Ku.” Mereka menjawab: “Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu).”
(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut ‘Isa berkata: “Hai ‘Isa putera Maryam, bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?” . ‘Isa menjawab: “Bertakwalah kepada Allah jika betul-betul kamu orang yang beriman.”
Mereka berkata: “Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.”

Di dalam Surat Ali Imran: 52 disebutkan:
فَلَمَّا أَحَسَّ عِيْسَى مِنْهُمُ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ أَنْصَارِى اِلَى اللهِ قَالَ الْحَوَارِيُّوْنَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللهِ ءَامَنَّابِاللهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّامُسْلِمُوْنَ.
Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israil) berkatalah dia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?” Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri.

Disebutkan juga di dalam Surat Ash Shaff: 14 sbb:
يَأَيُّهَاالَّذِيْنَ ءَامَنُوْا كُوْنُوْا أَنْصَارَاللهِ كَمَا قَالَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ لِلْحَوَرِيِّيْنَ مَنْ أَنْصَارِى اِلَى اللهِ قَالَ الْحَوَارِيُّوْنَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللهِ فَئاَمَنَتْ طاَّئِفَةٌ مِّنْ بَنِى اِسرَآءِيْلَ
وَكَفَرَتْ طاَئِفَةٌ فَأَيَّدْنَاالَّذِيْنَ ءَامَنُوعَلَىعَدُوِّهِمْ فَأََصْبَحُوْا ظَاهِرِيْنَ.
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama ) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong agama Allah,” lalu segolongan dari Bni Israil beriman dan segolongan (yang lain) kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.











SOAL-SOAL
1. Tunjukkanlah hubungan antara Gereja dengan Simbolum (Pengakuan Iman Kristen) !
2. Tunjukkanlah hubungan antara Gereja dengan Alkitab !
3. Tunjukkanlah hubungan antara Gereja dengan Kristenisasi !
4. Tunjukkanlah hubungan antara Gereja dengan Ekumene !
5. Bandingkanlah ciri-ciri periode Gereja kuno dengan Gereja abad pertengahan !
6. Bedakanlah antara ajaran Gereja Katolik dengan Gereja Protestan !
7. Bandingkanlah kecenderungan kegiatan Gereja abad ke-19 dengan Gereja abad ke-20!
8. Buatlah diagram tentang perkembangan Gereja sejak periode kuno sampai dengan periode modern !
9. Bandingkanlah perkembangan Gereja di Barat dengan gereja di Timur !
10. Uraikanlah pendapatmu tentang Gereja!










TUGAS
1. Bacalah buku Ragi Cerita Sejarah Gereja di Indonesia I, karangan Dr. Th. Van den End, kemudian simpulkanlah tentang asal-usul dan perkembangan secara ringkas Gereja Katolik, Gereja Protestan, dan Gereja Injili di Indonesia.
2. Telitilah gereja yang ada di sekitar saudara, kemudian tulislah dalam laporan tentang asal-usul dan perkembangannya, ajaran-ajarannya, struktur organisasinya, peranannya di masyarakat, dan keuangannya!


DAFTAR KEPUSTAKAAN

De Jonge, C. Pembimbing ke dalam Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987.

Hadiwijono, Harun. Iman Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1979.

Majlis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam PP Muhammadiyah. Tafsir Tematik Al-Qur’an tentang Hubungan Sosial antar Umat Beragama. Yogyakarta: Pustaka SM, 2000.

Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Quran Tafsir Maudhu’I I atas Pelbagai Persoalan Umat. Banding: Penerbit Mizan, 1996.

_______________. Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. II. Cilandak Timur: Penerbit Lentera Hati, 2000.

Yayasan Cipta Loka Caraka. Ensiklopedi Populer tentang Gereja. Jakarta: Penerbit Yayasan Kanisius, 1975.




















BAB III
PENGAKUAN IMAN
(SYMBOLUM)

A. Pengertian Symbolum.
Symbolum atau Pengakuan Iman adalah ringkasan pokok-pokok iman Kristen yang menjadi ukuran untuk menilai ajaran-ajaran mana yang benar (de Jonge, 1987: 55). Symbolum ini biasanya dibaca pada saat pembaptisan, hampir sama dengan pembacaan syahadat ketika seorang masuk Islam. Oleh karena itu ada yang menganalogikan symbolum ini dengan syahadat dalam Islam. Sehingga tidak mengherankan bila seorang pendeta Kristen menulis buku yang membahas symbolum dengan judul Inilah Sahadatku.
Bab symbolum ini berkaitan erat dengan bab sebelumnya yaitu gereja sebab symbolum ini diciptakan oleh gereja dalam rangka menjaga ortodoksi ajarannya dari ajaran-ajaran sesat yang ada pada waktu itu. Perlu diingat bahwa pada bab sebelumnya telah dibahas bahwa dalam rangka menjaga keortodoksinya ajaran gereja dari ajaran-ajaran sesat pada saat itu, gereja menyusun symbolum, kanon Alkitab dan pewarisan jabatan uskup. Pada bab ini akan dibahas asal-usul symbolum, isi, dan penjelasannya.

B. Terjadinya Symbolum.
Pada abad ke-2 berbagai jemaat Kristen telah mempunyai beberapa rumusan pengakuan yang singkat, misalnya dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan dalam upacara pembaptisan. Salah satu di antaranya ialah “Symbolum Romanum” (Pengakuan Jemaat Roma). Di sekitar tahun 150 rumusan tersebut agaknya memuat 3x3 unsur: Aku percaya kepada Allah -Bapa -yang mahakuasa; dan kepada Kristus Yesus – Anak-Nya yang tunggal – Tuhan kita; dan kepada Roh Kudus – Gereja Kudus – kebangkitan daging.
Tampaknya dalam melawan Gnostik dan Doketisme, pasal mengenai Yesus Kristus diperluas pada akhir abad ke-2. “Symbolum Romanum yang lebih luas ditemukan dalam bahasa Yunani di dalam suatu surat uskup Mercellius dari Ankyra (tahun 341). Sedang dalam bahasa Latinnya berasal dari buku karangan Bufinus (meninggal tahun 410), yang menamakannya “Symbolum Apostolikum” (Pengakuan Rasul). Naskah-naskah lain pada zaman itu masih menunjukkan berbagai perbedaan. Misalnya: bunyinya sebagaimana disampaikan Priscillianus (wafat tahun 385), memuat juga suatu pasal mengenai baptisan . “Symbolum Romanum” tersebut di daerah Roma tetap lazim sampai kurang-lebih abad ke-10. Bentuknya dalam bahasa Yunani diambil dari suatu buku tata-cara kebaktian yang berasal dari abad ke-9 (“Psalterium Aetheistani”).
Pada abad-abad pertama, bagian-bagian lain dari Gereja Barat masih mempunyai berbagai rumusan sendiri, misalnya di Spanyol, Perancis dan Jerman. Sejak abad ke-5, di luar daerah Roma “Symbolum Romane” diperluas lagi dengan kata – kata dari pengakuan yang lain. Bentuk pengakuan yang hampir sama dengan Pengakuan Iman Rasul sebagaimana yang diketahui sekarang telah ada sekitar tahun 540 dalam suatu karangan Caesarius dari Aries. Kemudian secara berangsur-angsur terjadi bentuknya dalam bahasa Latin seperti yang dikenal sekarang. Bentuk tersebut pertama kali ditemukan dalam suatu karangan Pirminias dari Reichenau pada tahun 720. setelah abad ke-10 bentuk terakhir itu diambil alih oleh gereja di Roma sebagai bagian dari tata-cara pembaptisan. Lalu dari sanalah bentuk itu dilazimkan di seluruh Gereja bagian Barat.
Adapun Luther telah memasukkannya ke dalam “Katekismus Kecil,” meskipun di dalam kebaktian dipertahankan Pengakuan Nicea-Konstantinopel. Zwingli, Bucer dan Calvin, memberinya kedudukan sentral di dalam kebaktian. Pada abad ke-19 Pengakuan Iman Rasuli memperoleh kedudukan yang lebih penting di Jerman, begitu juga dalam Gereja Anglikan, lalu mulai memegang peranan besar dalam gerakan oikumene. Dapatlah dikatakan bahwa Pengakuan Iman Rasuli itu sekarang menjadi milik seluruh Gereja di dunia.
Sebagai gambaran beberapa symbolum yang ada di Gereja adalah sbb:
1. Symbolum Romanum.
Aku percaya kepada Allah – Bapa – yang mahakuasa;
dan kepada Kistus Yesus – Anak-Nya yang tunggal _ Tuhan kita;
dan kepada Roh Kudus – Gereja Kudus – kebangkitan daging.

2. Symbolum Apostolikum
(forma occidentalis recentior)
1a Credo in Deum Patrem omnipotentem
b. creatocem coeli et terrae
2. et in Iesum Christum, Fillium eius unicum, Dominum nostrum
3. qui conceptus est de Spiritu Sancto, natus ex Maria Virgine
4a. passus sub Pontio Pilato, crucifixus, mortuus et sepultus
b. descendit ad inferna (inferos)
5. tertia die resurrexit a mortuis
6a. ascendit ad coelos
b. sedet ad dexteram Dei Patris omnipotentis
7. inde venturus est indicare vivus et mortuos
8. credo in Spiritum Sanctum
9a. sanctam Ecclesiam catholicam
b. sanctorum communionem
10. remissionem peccatorum
11. carnis resurrectionem
12. et vitam aeternam

3. Pengakuan Iman Rasuli
I. 1. Aku percaya kepada Allah Bapa yang mahakuasa,
Khalik langit dan bumi.
II. 2. Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita,
3. yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria,
4.yang menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan,
mati dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut,
5. pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara oang mati,
6. naik ke surga,
duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang mahakuasa,
7. dan akan daging dari sana untuk menghakimi orang yang hidup dan mati,






































III.8. Aku percaya kepada Roh Kudus;
9. gereja yang kudus dan am;
persekutuan orang kudus;
10. pengampunan dosa;
11. kebangkitan daging;
12. dan hidup yang kekal.

4. Pengakuan Nicea-Konstantinopel
Aku percaya kepada satu Allah, Bapa yang mahakuasa,
Pencipta langit dan bumi,
Segala yang kelihatan dan yang tidak kelihatan.
Dan kepada satu Tuhan, Yesus Kristus,
Anak Allah yang tunggal,
Yang lahir dari Sang Bapa sebelum ada segala zaman,
Allah dari Allah, terang dari terang,
Alah yang sejati dari Allah yang sejati,
Diperanakkan, bukan dibuat,
Sehakekt dengan Sang Bapa,
Yang dengan perantaraan-Nya segala sesuatu dibuat;
Yang telah turun dari sorga untuk kita manusia,
Dan untuk keselamatan kita,
Dan menjadi daging oleh Roh Kudus, dari anak dara Maria,
Dan menjadi manusia;
Yang disalibkan bagi kita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus,
Menderita, dan dikuburkan;
Yang bangkit pada hari ketig, sesuai dengan isi Kitab-kitab,
Dan naik ke sorga;
Dan duduk di sebelah kanan Sang Bapa,
Dan akan dating kembali dngan kemuliaan,
Untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati;
Yang kerajaan-Nya takkan berakhir.
Aku percaya kepada Roh Kudus,
Yang jadi Tuhan dan yang menghidupkan,
Yang keluar dari Sang Bapa dan Sang Anak,
Yang bersama-sama dengan Sang Bapa dan Sang Anak disembah dan dimuliakan,
Yang telah berfirman dengan perantaraan para nabi,
Aku percaya satu gereja yang kudus dan am dan rasuli,
Aku mengku atu baptisan untuk pengampunan dosa,
Aku menantikan kebangkitan orang mati,
Dan kehidupan di zaman yang akan datang. Amin (van Niftrik, 1978: 464-468).

4. Penjelasan Pengkuan Iman Rasuli dalam Katekismus Heidelberg.

Di dalam Katekismus Heidelberg ada penjelasan lebih terperinci mengenai isi dari Pengakuan Iman Rasuli atau Symbolum Apostolikum. Di sini tidak semua isi dari Katekismus ditulis, hanya beberapa saja yang berkaitan dengan Pengakuan iman Rasuli ditulis, yaitu:

a. “Aku percaya kepada Allah Bapa yang mahakuasa, Khalik langit dan bumi.”
Maksudnya:
“Bahwa Bapa yang kekal dari Tuhan kita Yesus Kristus, yang sudah menciptakan langit dan bumi serta segala isinya, dengan tidak memerlukan bahan suatu apapun 1), yang memelihara dan memerintah atas nya menurut keputusan musyawarat-Nya yang kekal dan pemeliharaan-Nya 2), karena Anak-Nya, yaitu Kristus, menjadi Allah dan Bapa saya 3), dan saya percaya kepada-Nya, sehingga saya tidak bimbang lagi, bahwa Ia akan memelihara saya dalam keperluan bagi badan dan jiwa saya 4), dan segala bencana yang ditimpakan-Nya atas saya di dunia yang penuh sengsara ini, akan diubah-Nya menjadi kebaikan untuk saya 5), karena Ia sanggup berbuat demikian sebagai Allah yang Mahakuasa 6), dan ia berkehendak pula melakukan itu sbagai Bapa yang setiawan 7).

Dalil:
1) Kej 1: 1. Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.
2) Mzm 145: 15,16. Mata sekalian orang menantikan Engkau, dan Engkaupun memberi mereka makanan pada waktunya; Engkau yang membuka tangan-Mu dan berkenan mengenyangkan segala yang hidup.
3) 2 Kor 6: 18. Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku perempuan, demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa.
4) Mzm 55: 23. Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah.
5) Rm 8: 28. Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana-Nya.
6) Mat 7: 11. Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga? Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.
b. “Kristus.”
Maksudnya:
“Sebab ia sudah ditetapkan oleh Allah Bapa dan diurapi dengan Roh Kudus 1) menjadi Nabi dan Guru kita yang termulia 2), yang dengan sempurna menyatakan kepada kita segala keputusan musyawarat dan kehendak Allah yang tersembunyia, untuk keselamatan kita 3), dan juga sebagai Imam Besar kita satu-satunya 4), yang sudah menebus kita dengan kurban satu-satunya, yaitu badan-Nya sendiri 5), dan yang senantiasa menjadi Pengantara kita di hadapan Allah dengan syafaat-Nya 6), dan menjadi Raja kita yang kekal, yang memerintah kita dengan Firman dan Roh-Nya serta melindungi dan memelihara kita dalam keselamatan yang diperoleh-Nya 7).

Dalil:
1) Luk 4: 18. Roh Kudus ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin.
2) Ul 18: 15. Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu: dialah yang harus kamu dengarkan.
3) Yoh 1: 18. Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dial ah yang menyatakan-Nya.
4) Mzm 110: 4. Tuhan telah bersumpah, dan Ia tidaknyesal: “Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut Melkisedek.”
5) Ibr 10: 14. Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan.
6) Rm 8: 34. Kristus Yesus yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?
7) Yoh 10: 28. Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.

c. “Anak Allah yang tunggal.”
Maksudnya:
“Sebab hanya Kristus sajalah yang sungguh-sungguh Anak Allah dan yang kekal 1), tetapi kita dianugerahi menjadi anak angkat Allah karena Dia 2).

Dalil:
1) Yoh 1: 14. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitukemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
2) Yoh 1: 12. Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dlam nama-Nya.

d. “Tuhan kita.”
Sebab ia sudah menebus badan dan jiwa kita dari segala dosa, bukan dengan emas atau perak, melainkan dengan darah-Nya yang tak ternilai harganya itu, dan melepaskan kita dari segala kuasa iblis, dan dengan demikian Maksudnya:
kita dijadikan hak milik-Nya 1).

Dalil:
1) 1 Ptr 1: 18-19. Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak ternoda dan tak tercacat.

e. “yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria.”
Maksudnya:
“Bahwa Anak Allah yang kekal itu, yang tetap 1) tinggal Allah sejati dan kekal 2), sudah memakai tabiat manusia sejati dari pada daging dan darah Maria 3) oleh karena pekerjaan Roh Kudus 4), supaya Ia juga menjadi keturunan Daud sejati 5), dalam segala hal serupa dengan saudara-saudara-Nya 6), terkecuali dari dosa 7).










































Dalil:
1) Kor 1: 15. ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan.
2) 1 Yoh 5: 20b. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal.
3) Gal 4: 4. tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hokum Taurat.
4) Luk 1: 25. Jawab malaikat itu kepadanya: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Alah Yang Mahatinggi akan menaunghi engkau; sebab itu anak yang akan kau lahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.”
5) Rm 1: 2. Tentang Anak-Nya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud.
6) Ibr 2: 17. Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.
7) Ibr. 4: 15. Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besaryang tidak dapat turut mersakankelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa/

f. “menderita.”
Maksusnya:
“Bahwa badan dan jiwa-Nya, selama Ia ada di dunia, tetapi terutama pada akhir hidup-Nya, sudah menanggung murka Allah atas dosa-dosa sekalian umat manusia 1), supaya dengan sengsara-Nya, sebagai kurban perdamaian yang satu-satunya 2), Ia melepaskan badan dan jiwa kita dari hukuman laknat yang kekal 3), dan dengan demikian memperoleh bagi kita anugerah Allah, keadilan dan hidup yang kekal 4).

Dalil:
1) Yoh 53: 4. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.
2) 1 Kor 5: 7. Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus.
3) Gal 3: 13. Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: “terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib !”
4) 2 Kor 5: 21. Dia yang tidak mengenal dosa teah dibuatnya menjadi dosa karena kita, supayadalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.
g. “menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus.”
Maksudnya:
“Supaya ia, walaupun tidak ada salah-Nya. Dihukum di hadapan pengadilan dunia 1), dan dengan demikian melepaskan kita dari hukuman Allah yang keras,yang akan berlaku atas kita 2).”

h. “dikuburkan.”
Maksudnya:
“Supaya dengan itu dinyatakan,bahwa Ia sudah mati dengan sesungguhnya 1).”

i. “turun ke dalam kerajaan maut.”
Makudnya:
“Supaya dalam godaan-godaan yang paling sengit, saya mendapat keyakinan dan hiburan yang sungguh-sungguh, bahwa Tuhan kita Yesus Kristus telah melepaskan saya dari pada ketakutan dan kesakitan neraka 1), oleh karena ketakutan yang tidak tepermanai, nestapa, kegentaran dan siksa neraka yang diderita-Nya pada seluruh masa sengsara-Nya, tetapi teristimewa di kayu salib 2).”

j. “naik ke sorga.”
Makudnya:
“Bahwa di hadapan murid-murid-Nya Kristus terangkat dari bumi ke sorga 1), dan bahwa Ia berada di sana guna kebaikan kita 2), sampai Ia kembali lagi akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati 3).”
k. “Gereja yang kudus dan am.”
Maksusnya:
“Bahwa dari segenap umat manusia 1), dengan Roh dan Firman-Nya 2), dalam kesatuan iman yang benar 3), sejak awal dunia sampai akhir zaman 4), Anak Allah 5), mengumpulkan, melindungi dan memelihara bagi-Nya 6), satu jemaat yang terpilih untuk beroleh hidup yang kekal 7); dan bahwa saya adalah anggota yang hidup dari pada jemaat itu 8) dan akan tetap jadi anggotanya untuk selama-lamanya 9).”









































l. “dengan persekutuan orang kudus.”
Maksudnya:
“Pertama, bahwa segala orang beriman, baik seanteronya maupun secara oknum, sebagai anggota tergolong dalam persekutuan Kristus dan mendapat bagian dari kekayaan dan karunia-Nya 1). Kedua, bahwa tiap-tiap orang harus mwerasa dirinya wajib mempergunakan segala karubia yang didapatnya guna kebaikan dan kebahagiaan anggota yang lain-lain, dengan sukarela dan sukacita 2).”

m. “pengampunan dosa.”
Maksudnya:
“Bahwa Allah, karena penggantian dan pelunasan oleh Kristus, sama sekali tiap lagi hendak mengingat akan dosa-dosa serta watak saya yang berdosa, yang selama hidup saya harus saya lawan 1), tetapi dengan anugerah hendak memberikan keadilan Kristus kepada saya 2), supaya saya sama sekali tidak lagi kena hokum Allah 3).”

n. “kebangkitan daging.”
Maksudnya:
Bahwa sesudah hidup ini bukan hanya jiwa saya yang segera akan diangkat kepada Kristus, yang menjadi Kepalanya itu 1), melainkan juga daging saya ini akan dibangkitkan lagi dengan jiwa saya, akan jadi serupa dengan tubuh Kristus yang mula itu 2).

o. “hidup yang kekal.”
Maksudnya:
Bahwa, karena sekarang ini juga saya sudah mulai merasakan sedikit dari pada kesukaan yang kekal itu 1), maka sesudah hidup ini saya akan beroleh selamat yang sempurna, yang belum pernah dilihat oleh mata dan didengar oleh telinga, dan belum pernah timbul dalam hati manusia, dan kesemuanya itu, supaya saya memuji Allah untuk selama-lamanya 2) (BPK, 1982: 19-38).


C. Informasi Al Qur’an tentang isi Symbolum
Simbolum sebagai rumusan iman Kristen intinya adalah mengenai Trinitas, yaitu adanya Tuhan Bapa, Tuhan Anak dan Tuhan Roh Kudus. Mengenai Tuhan Anak di sini adalah Yesus atau Isa anak Maryam.
Meskipun demikian sejak awal ketuhanan Yesus sudah dipertentangkan oleh para pemimpin gereja. Misalnya Arius, seorang presbiter dari Alexandria, pada abad ke-4 M berpendapat bahwa Allah Bapa lebih besar dari Anak Allah dan Roh Kudus. Ia juga tidak percaya pada hierarki pribadi-pribadi ilahi. Menurutnya hanya Allah Bapa saja yang betul-betul Allah. Melalui Putra-Nya Allah menciptakan alam semesta, tetapi Putra itu hanyalah ciptaan dari yang tidak ada, bukan Allah. Sebagai makhluk ia tidak kekal, tetapi mempunyai awal. Ajaran Arius kini diteruskan oleh Saksi-saksi Yehova (Lane, 1990: 24). Kristus tidak seoknum dengan Allah Bapa. Permulaan segala makhluk pencipta menduduki tempat yang agung serta mulia. Dalam agama Yahudi disebut Hikmat dan dalam filsafat Yunani sebagai Logos (Wongso, 1987: 28).
Selanjutnya kelompok Makedonea menyatakan bahwa Yesus Kristus dan Roh Kudus adalah yang diciptakan (Pneumatomachianisme) bahwa Roh Kudus tidak selayaknya sebagai Allah Putra atau sebagai Allah, melainkan seakan-akan melayani Allah Bapa dan Alah Putra. Roh Kudus diciptakan (Wongso, 1987: 19).
Pada zaman modern ada juga beberapa teolog Kristen yang berpendapat bahwa Yesus bukan Tuhan yang kekal adanya. Misalnya Friedrich Schleiermacher (1768-1834) menyatakan bahwa Yesus adalah seorang guru yang mengajarkan ajaran yang bagus. Selanjutnya di Inggris dan di Amerika juga ada beberapa aliran dalam Kristen yang berpendapt bahwa Tuhan itu Satu (Unitarian) dan menolak seluruh ajaran Trinitas (Steenbrink, 1987: 22-23). Demikian juga teolog Kristen yang bernama Adolf von Harnack (1851-1930) berpendapat bahwa berdasarkan doa Bapa kami yang dibaca Yesus sebelum penyaliban, yaitu: “Bapa, katanya, kalau boleh, jauhkanlah dari saya penderitaan yang harus saya alami ini. Tetapi jangan menurut kemauan saya, melainkan menurut kemauan Bapa saja “ (Lukas 22, 42), menunjukkan bahwa Bapanya sebagai lebih besar dari Yesus sendiri. Selanjutnya dia menyatakan bahwa gelar Anak Allah bagi Yesus hanya untuk menunjukkan hubungan dia dan manusia lainnya dengan Allah Bapanya (Steenbrink, 1987: 31).
Adapun Al Qur’an memberikan informasi tentang isi dari symbolum (Trinitas) sebagai berikut: Al Qur’an menyatakan keesaan Tuhan. Sebagaimana disebutkan dalam Al Ikhlash:
قُلْ هُوَ الله ُ اَحَدٌ اَلله ُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُواً اَحَدٌ
“Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”
Di dalam Surat An Nisa’: 171 disebutkan:
يَآأَهْلَ الْكِتاَبِ لاَتَغْلُوا فِىدِيْنِكُمْ وَلاَتَقُولُوا فِى دِيْنِكُمْ وَلاَتَقُوْلُوْا عَلَى اللهِ اِلاَّ الْحَقَّ اِنَّمَاالْمَسِيْحُ عِيْسَ ابْنُ مَرْيَمَ رَسُوْلُ اللهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَآ اِلَىالْمَرْيَمَ وَرُوْحٌ مِّنْهُ فَئَامِنُوْا بِاللهِ وَرُسُلِهِ وَلاَتَقُوْلُوْا ثَلاَثَةٌ انْتَهُوْا خَيْراًلَّكُمْ اِنَّمَا الله ُ اِلَهٌ وَاحِدٌ سُبْحَانَهُ أَنْ يَكُوْنَ لَهُ وَلَدٌ لَّهُ مَافِى السَّمَاوَاتِ وَمَافِى اْلاَرْضِ وَكَفَى بِاللهِ وَكِيْلاً.
Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesunguhnya Al Masih, ‘Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga,” berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara.

Di dalam Surat Al Maidah ayat 72-73 disebutkan:
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوْا اِنَّ االله َ هُوَ الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيْحُ يَابَنِي اِسْرَاءِيْلَ اعْبُدُوا الله َ رَبِّى وَ رَبَّكُمْ اِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِالله ِ فَقَدْ حَرَّمَ الله ُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَالِلظَّالِمِيْنَ مِنْ اَنْصَارِ
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوْا اِنَّ الله َ ثَالِثُ ثَلاَثَةٍ وَمَامِنْ اِلهٍ اِلاَّ اِلهٌ وَاحِدٌ وَاِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُوْلُوْنَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ (المائده: 72-73).
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: ‘Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putra Maryam,’ padahal Al Masih (sendiri) berkata: ‘Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu’ Sesungguhnya orang yang menyekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: ‘Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga,’ padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakana itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.

Selanjutnya di dalam Surat Al Maidah: 116-117 disebutkan sbb:
وَاِذْ قَالَ الله ُ يَاعِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ ءَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُوْنِى وَأُمِّىَ اِلَهَيْنِ مِنْ دُوْنِ اللهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَايَكُوْنُ لِى أَنْ أَقُوْلَ مَالَيْسَ لِى بِحَقٍّ أِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَافِى نَفْسِى وَلاَ أَعْلَمُ مَافِى نَفْسِكَ اِنَّكَ أَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوْبِ. مَاقُلْتُ لَهُمْ اِلاَّ مَآأَمَرْتَنِى بِهِ أَنِ اعْبُدُوْاالله َ رَبِّى وَرَبَّكُمْ وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيْداً مَّادُمْتُ فِيْهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِى كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيْبَ عَلَيْهِمْ وَ أَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ.
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai ‘Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?”. ‘Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib.”
Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan) nya yaitu: “Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu,” dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.

Ayat di atas dikuatkan dengan Hadis yang disebutka di dalam Shahih Muslim sbb:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله ُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ الله ُ صلعم رَأَ ى عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَجُلاً يَسْرِقُ, فَقَالَ لَهُ عِيْسَى: سَرَقْتَ؟ قَالَ: كَلاَّ, وَالََّذِيْ لاَ اِلهَ اِلاَّ هُوَ. فَقَالَ عِيْسَى: آمَنْتُ بِاللهِ, وَكَذَّبْتُ نَفْسِي.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dia berkata: Rasulullah Saw. bersabda, “Nabi Isa bin Maryam pernah melihat seorang laki-laki mencuri lalu dia ditanyai, ‘Kau telah mencuri?’ Orang itu menjawab, ‘Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, sungguh aku tidak mencuri.’ Maka Nabi Isa mengatakan, ‘Aku beriman kepada Allah dan aku dustakan diriku.’”(Al Mundziri, 2003: 941).

Hadis di atas menjelaskan bahwa Nabi Isa sendiri mengatakan bahwa dia beriman kepada Allah. Berarti dia bukan Tuhan.

Adapun mengenai Isa, Al Qur’an menjelaskan bahwa “Isa bukanlah Tuhan.” Isa oleh Al Qur’an dideskripsikan sebagai berikut:
1. Isa as. sebagai ibn Maryam.
Maryam ( مريم ) adalah nama orang yang berasal dari kata Ibrani. Meskipun kata ini merupakan nama orang, tetapi ada juga pakar bahasa Arab yang menyatakan bahwa Maryam berarti “wanita yang menjauhkan pandangannya dari wanita.” Hal ini berkaitan dengan Maryam yang merupakan wanita pertama yang berkhidmat di Bait al-Muqaddas (Shihab, I, 2000: 246).
Di dalam Surat Al Baqarah: 87 disebutkan:
وَ لَقَدْ ءَاتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَقَفَّيْنَا مِنْ بَعْدِهِ بِالرُّسُلِ وَ ءَاتَيْنَا عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوْحِ الْقُدُسِ . . .
Dan sesungguhnya Kami tlah mndatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulnya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mu’jizat) kepada Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul-Qudus . . .

Disebutkan juga di dalam Surat Al Baqarah: 253 sbb:
. . . وَءَاتَيْنَاعِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوْحِ الْقُدُسِ . . .
“ . . . Dan Kami berikan kepada ‘Isa putera Maryam beberapa mu’jizat serta Kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus.”

2. Isa as sebagai Al Masih.
Di dalam Al Qur’an kata al-masih (المسيح) terdapat sebelas kali yang semuanya menunjuk kepada Isa as. Beberapa penafsir Al Qur’an menyatakan bahwa kata al-masih mempunyai dua pengertian. Pertama berarti diusap. Ini berkaitan dengan penjelasan di dalam Injil Lukas 7: 36 yang menceritakan seorang perempuan berdosa yang berdiri di dekat kaki Nabi Isa as. sambil menangis dan membasahi kaki beliau dengan air matanya, menyekanya dengan rambutnya lalu mencium kaki beliau dan mengusapinya dengan minyak wangi. Kedua berarti berwisata, terambil dari kata saaha yasiihu ( ساح يسيح ) karena Isa as. dikenal banyak berpindah-pindah tempat dalam mengajak manusia ke jalan yang benar (Shihab, II, 2000: 86).
Kata Al Masih antara lain disebutkan di dalam Surat Ali ‘Imran: 45 sbb:
اِذْ قَالَتِ الْمَلئِكَةُ يَامَرْيَمُ اِنَّ الله َ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِّنْهُ اسْمُهُ الْمَسِيْحُ عِيْسَ ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيْحاً فِى الدُّنْيَا وَاْلاَخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِيْنَ
(Ingatlah ) ketika Malaikat berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah mengeembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) dari pada-Nya, namanya Al Masih ‘Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).
Disebutkan juga di dalam Surat An Nisa’: 171 sbb:
. . . اِنَّمَا الْمَسِيْحُ عِيْسَ ابْنُ مَرْيَمَ رَسُوْلُ اللهِ وَكَلِمتُهُ أَلْقَاهَآاِلَى مَرْيَمَ وَرُوْحٌ مِنْهُ . . .
“ . . . Sesungguhnya Al Masih, ‘Isa putera Maryam itu, adalah utusan Alah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. . . .”

3. Isa as. adalah hamba Allah. Kata Hamba عبد) ) mempunyai banyak arti, diantaranya berarti kekokohan, kelemah lembutan, hamba sahaya, anak panah yang pendek dan lebar, tumbuhan yang memiliki aroma yang harum. Makna-makna ini menggambarkan makna kekokohan sekaligus kelemah lembutan.
Seorang hamba tidak memiliki sesuatu. Apa yang dimilikinya merupakan milik tuannya. Ia bagaikan anak panah yang dapat digunakan tuannya untuk tujuan yang dikehendaki dan ia juga harus mampu memberi aroma yang harum bagi lingkungannya. Pengabdiannya bukan sekedar ketaatan, tetapi sebagaimana dinyatakan oleh Syaikh Muhammad Abduh, pengabdian adalah:
“Suatu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya akibat adanya rasa keagungan dalam jiwa seseorang terhadap apa (siapa) yang kepadanya ia tunduk, (rasa) yang tidak diketahui sumbernya, serta (akibat) adanya keyakinan bahwa Dia (yang kepada-Nya seseorang itu tunduk) memiliki kekuasaan yang tidak terjangkau oleh arti dan hakikatnya. Maksimal yang dapat diketahui adalah bahwa Dia menguasai seluruh jiwa raganya, namun Dia berada di luar jangkauannya.” (Shihab, 1997: 32-33).
Adapun kata Hamba Allah ( عبد الله ) menunjukkan bahwa Nabi Isa as. tidak berbeda dengan hamba-hamba Allah yang lain , dari segi kehambaan, kewajiban taat serta tunduk kepada Allah SWT. (Shihab, II, 2000: 649).
Hal ini disebutkan di dalam Surat An Nisa’ : 172 sbb:
لَنْ يَسْتَنْكِفَ الْمَسِيْحُ أَنْ يَكُوْنَ عَبْداً ِللهِ وَلاَ الْمَلَئِكَةُ الْمُقَرَّبُوْنَ . . .
“Al Masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak (pula enggan) malaikat-malaikat yang terdekat (kepada Allah).”
Disebutkan juga di dalam Surat Az Zuhruf: 59 sbb:
اِنْ هُوَ اِلاَّ عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَاهُ مَثَلاً لِّبَنِى اِسْرآءِيْلَ
“Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya ni’mat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil.”
4. Isa as sebagai seorang nabi. Sebagaimana disebutkan di dalam Surat Maryam ayat 30:
قَالَ اِنِّي عَبْدُ اللهِ اَتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيّاً
“Berkata Isa, ‘Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku al-Kitab dan Dia menjadikan aku seorang nabi.”
5. Isa as adalah seorang Rasul:
Di dalam Surat Al Maidah: 75 disebutkan:
مَاالْمَسِييْحُ ابْن مَرْيَمَ اِلاَّ رَسُوْلٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ . . .
“Al Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul, yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul . . . .”
Di dalam Surat An Nisa’: 171 disebutkan :
اِنَّمَا الْمَسِيْحُ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُوْلُ اللهِ وَ كَلِمَتُهُ اَلْقَاهَآ اِلَى مَرْيَمَ وَرُوْحٌ مِّنْهُ
“Sesungguhnya al-masih, Isa putera Maryam itu adalah utusan Allah dan Kalimat-Nya, yang disampaikan kepada Maryam dan Ruh dari-Nya.”
Disebutkan juga di dalam Surat ‘Ali ‘Imran: 49 sbb:
وَرَسُوْلاً اِلَى بَنِي اِسْرَائِيْلَ وَاِنِّي قَدْجِئْتُكُمْ بِءََايَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ
“dan sebagai rasul bagi Bani ‘Israil (yang berkata kepada mereka): ‘Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu.”
Di dalam Surat Ash Shaf: 6 disebutkan:
وَاِذْقَالَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَآبَنِى اِسْرَائِيْلَ اِنِّى رَسُوْلُ الله ِ اِلَيْكُمْ مُصَدِّقاً لِمَ بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّراً بِرَسُوْلٍ يَأْتِى مِنْ بَعْدِى اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَآءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوْا هَاذَا سِحْرٌ مُّبِيْنٌ
Dan (ingatlah) ketika Isa Putra maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya akui adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad). Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka bekata: “Ini adalah sihir yang nyata.”

Selanjutnya Al Qur’anpun mengoreksi ajaran Kristen tentang penyaliban Isa. Menurut Al Qur’an nabi ‘Isa tidak mati disalib, ia diselamatkan oleh Allah SWT. dan mati secara wajar. Koreksi ini misalnya disebutkan di dalam Surat An Nisa’ : 157-158 sbb:
وَقَوْلِهِمْ اِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيْحَ عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُوْلَ اللهِ مَاقَتَلُوْهُ وَمَا صَلَبُوْهُ وَلكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اخْتَلَفُوا فِيْهِ لَفِى شَكٍّ مِّنْهُ مَالَهُمْ بِه مِنِْ عِلْمٍ اِلاَّ اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوْهُ يَقِيْنًا بَلْ رَفَعَهُ الله ُ اِلَيْهِ وَكَانَ الله ُ عَزِيْزاً حَكِيْماً
Dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, ‘Isa putra Maryam, Rasul Allah,” padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan “Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) ‘Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang di bunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah ‘Isa.
Tetapi (yang sebenarnya), Alah telah mengangkat ‘Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Selanjutnya di dalam Surat Ali ‘Imran: 52-55 disebutkan sbb:
فَلَمَّآأَحَسَّ عِيْسَى مِنْهُمُ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ أَنْصَارِى اِلَى اللهِ قَالَ الْحَوَارِيُّوْنَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللهِ ءَامَنَّابِاللهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُوْنَ. رَبَّنَآ ءَامَنَّا بِمَآ أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَاالرَّسُوْلَ فَاكْتُبْنَامَعَ الشَّاهِدِيْنَ. وَمَكَرُوْا وَمَكَرَ الله ُوَالله ُ خَيْرُ الْمَاكِرِيْنَ. اِذْ قَالَ الله ُ يَاعِيْسَى اِنِّى مُتَوَفِّيْكَ وَرَافِعُكَ اِلَىَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَجَاعِلُ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْكَ فَوْقَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْآ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ثُمَّ اِلَىَّ مَرْجِعُكُمْ فَأَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيْمَاكُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَ.
Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israil) berkatalah dia: “Siapakah yang akan menjadi penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?” Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri. Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah).” Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.
(Ingatlah), ketika Allah berfirman: “Hai ‘Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kepada akhir ajalmu dn mengangkt kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya.

Kata inni mutawaffiika pada Suarat Ali ‘Imran di atas menurut Al Alusi mempunyai beberapa pengertian, diantaranya, Kami akan mencukupkan ajalmu, dan kami akan mematikan kamu secara wajar, tidak membiarkan kamu terhadap usaha mereka yang hendak membunuhmu. Hal ini merupakan kiasan tentang penjagaan Allah SWT. terhadap Nabi ‘Isa as dari musuh-musuhnya sehingga mereka tidak dapat membunuhnya. Dengan menghindarkan ‘Isa dari pembunuhan berarti Allah SWT. akan mencukupkan ajal Nabi ‘Isa as dan akan mematikannya secara wajar (tidak terbunuh).
Selanjutnya kata rafa’ahu (mengangkatnya) yang disebut setelah kata mutawaffiika berarti mengangkat dalam hal pangkat dan kedudukan, bukan mengangkat jasmaninya. Apalagi setelah itu ada kalimat muthahhiruka minalladziina kafaruu yang berarti kami akan membersihkan kamu dari orang-orng kafir, yang dapat menguatkan bahwa pengertian dari kedua kaimat tersebut adalah penghormatan dan pemuliaan, bukan pengangktan jasad (Syaltout, 1977: 104-105)
Selanjutnya khusus dalam Surat Ali ‘Imran: 55 di atas memberitakan bahwa Allah SWT. telah memberi khabar gembira kepada Nabi ‘Isa as. bahwa Ia akan menyelamatkannya dari usaha jahat para musuhnya, dan Ia akan mencukupkan ajalnya sehingga ia mati dengan wajar, tidak disalib dan dibunuh, selanjutnya mengangkatnya kepadanya (Syaltout, 1972: 107).

Selajutnya di dalam Surat Al Maidah: 116-117 disebutkan sbb:
وَاِذْ قَالَ الله ُ يَاعِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ ءَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخَذُوْانِى وَأُمِّىَ اِلَهَيْنِ مِنْ دُوْنِ اللهِ قَلَ سُبْحَانَكَ مَايَكُوْنُ لِى أَنْ أَقُوْلَ مَالَيْسَ لِى بِحَقٍّ اِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَافِى نَفْسِى وَلاَ أَعْلَمُ مَافِى نَفْسِكَ اِنَّكَ أَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوْبِ. مَاقُلْتُ لَهُمْ اِلاَّ مَآ أَمَرْتَنِى بِهِ أَنِ اعْدُوْاالله َ رَبِّى وَ رَبَّكُمْ وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيْداً مَّادُمْتُ فِيْهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِى كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيْبَ عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ.
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai ‘Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?”. ‘Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahunya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesunguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib.”
Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan) nya yaitu: “Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu,” dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.

Berdasarkan beberapa ayat di atas Syaikh Mahmoud Syaltout menyatakan bahwa tidak ada satu dalilpun yang pasti yang menyatakan bahwa Nabi ‘Isa as. diangkat ke langit dengan jasadnya. Nabi ‘Isa as. telah meninggal karena memang ajalnya telah sampai. Allah SWT. telah mengangkat derajatnya ketika Ia menyelamatkannya dari usaha jahat kaumnya dan menjaganya dari tipu daya mereka. (Syaltout, 1977: 112).
Berkaitan dengan penolakan Al Qur’an terhadap kematian Nabi Isa mati disalib, Hasyim Muhammad, dalam bukunya Kristologi Qur’ani menyimpulkan:
Al-Qur’an dengan tegas membantah klaim orang-orang Yahudi dan Nasrani bahwa Yesus wafat di tiang salib, yang menurut iman kristiani sebagai pengorbanan Yesus untuk menebus dosa umat manusia. Al-Qur’an secara tegas menyatakan bahwa manusia akan menanggung dosa masing-masing, dan tidak ada yang bisa menanggung dosa orang lain, atau melimpahkan dosa pada orang lain (Muhammad, 2005: 216).

Adapun mengenai Roh Kudus menurut Al Quran bukanlah Tuhan yang ketiga dari Trinitas. Roh Kudus adalah Malaikat Jibril.
Hal ini disebutkan di dalam Surat Al Baqarah: 87 sbb:
وَلَقَدْ ءَاتَيْنَامُوْسَى الْكِتَابَ وَقَفَّيْنَا مِنْ بَعْدِهِ بِالرُّسُلِ وَءَاتَيْنَاعِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوْحِ الْقُدُسِ أَفَكُلَّمَا جَآءَكُمْ رَسُوْلٌ بِمَالاَ تَهْوَى أَنْفُسُكُمْ اسْتَكْبَرْتُمْ فَفَرِيْقاًكَذَّبْتُمْ وَفَريْقاً تَقْتُلُوْنَ.
Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menusulnya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mu’jizat) kepada ‘Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul-Qudus. Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran)) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu angkuh; maka beberapa orang (di antara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh?

Menurut Quraish Syihab kata Ruhul-Qudus ( روح القدس ) dapat diartikan “Malaikat Jibril,” maupun “satu kekuatan yang dahsyat dan dapat melakukan, atas izin Allah, hal-hal yang luar biasa.” Sesungguhnya dukungan Malaikat Jibril tidak hanya terjadi sebagaimana di atas, tetapi sudah ada sejak sebelum dikandung oleh ibunya, ketika lahir, dan bahkan sepanjang hidupnya sampai kematiannya. Sebenarnya semua nabi mendapat dukungan Ruh al-Qudus. Tetapi karena dukungan kepada Nabi ‘Isa as. sangat menonjol, maka agaknya dukungan tersebut disebut dalam ayat di atas secara khusus (Syihab, I, 2000: 246).
Dukungan Ruh al-Qudus kepada Nabi ‘Isa as. juga disebutkan di dalam Surat Al Baqarah: 253 sbb:
تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَابَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ مِّنْهُمْ مَّنْ كَلَّمَ الله ُ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ وَءَاتَيْنَاعِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوْحِ الْقُدُسِ . . .
Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagaian mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan Kami berikan kepada ‘Isa putera Maryam beberapa mu’jizat serta Kami perkuat dengan dia dengan Ruhul Qudus. . . .

Berkaitan dengan konsep Roh Kudus menurut Al Qur’an M. Arsyad Thalib Lubis, dalam bukunya Perbandingan Agama Kristen dan Islam, menyatakan:
Seperti telah diterangkan, dalam Al Qur’an surah Al Baqarah ayat 7 dan 253, Tuhan telah menerangkan bahwa Ia telah menguatkan Nabi Isa dengan Roh Kudus, Roh Kudus artinya Roh Suci. Dan telah diterangkan juga dalam bagian yang lalu bahwa menurut Islam yang dimaksudkan dengan Roh Kudus di sini ialah malaekat Jibrail. Kitab-kitab tafsir Al Quran telah menafsirkan Roh Kudus di sini dengan malaekat Jibrai juga. Lihat Tafsir At-Thabari, Tafsir Al Manar dan lain-lain.
………………………………………………………………………………..
Dari keterangan di atas ini diketahui bahwa agama Islam mengenal sebutan Roh Kudus dan dicantumkan di dalam Al Quran. Demikian pula agama Kristen mengenal sebutan Roh Kudus yang dicantumkan di dalam Injil. Dalam pada itu antara kedua agama tersebut telah terjadi perbedaan mengenai penentuan apakah yang dimaksudkan dengan Roh Kudus yang itu adalah merupakan seorang malaekat yang bertugas menyampaikan wahyu kepada Nabi-nabi dan menjadi penghubung antara Tuhan dengan Nabi-nabinya. Sedang menurut agama Kristen Roh Kudus itu adalah menjadi oknum Tuhan yang ketiga dan dianggap pula sebagai Tuhan. Penetapan Roh Kudus sebagai oknum Tuhan yang ketiga dilakukan dalam permusyawaratan pemuka-pemuka Kristen di Konstantinopel tahun 381.
Maka nampaklah di sini kedatangan Nabi Muhammad s.a.w. sebagai Nabi yang terakhir telah melakukan koreksi terhadap kesalahan dalam penafsiran yang dilakukan oleh pemuka-pemuka agama di zaman yang lalu. Sebagaimana dalam bagian-bagian yang lain Nabi Muhammad s.a.w. telah melakukan pengoreksiannya, maka di sini pengoreksian itu telah dilakukan lagi menurut penafsiran Roh Kudus. Roh Kudus itu adalah merupakan oknum Tuhan yang ketiga (Lubis, 1982: 212-213).

























SOAL-SOAL
1.Jelaskanlah pengertian symbolum dari segi bahasa dan istilah!
2. Jelaskan asal-usul dan fungsi dari symbolum !
3. Uraikanlah makna pasal ke-1 dari Pengakuan Iman Rasuli !
4. Bandingkanlah pasal ke-2 dari Pengakuan Iman Rasuli dengan pasal ke-2 dari Pengakuan Nicea-Konstantinopel !
5. Bedakanlah cakupan isi pasal ke-3 Pengakuan Iman Rasuli dengan pasal ke-3 Pengakuan Nicea-Konstantinopel !
6. Simpulkanlah isi dari Pengakuan Nicea-Konstantinopel !
7. Ungkapkanlah pendapat saudara tentang Pengakuan Iman Rasuli !















TUGAS
1. Carilah informasi tentang symbolum di internet, kemudian buatlah makalah yang berisi tentang pengertian, asal-usul, perkembangan, dan isi dari symbolum !
2. Bacalah buku Inilah Sahadatku karangan Dr. Harun Hadiwijono, kemudian ringkaslah isinya dalam makalah !



DAFTAR KEPUSTAKAAN

BPK Gunung Mulia. Pengajaran Agama Kristen (Katekismus Heidelberg). Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982.

De Jonge, C. Pembimbing ke dalam Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987.

Lane, Tony. Conny Item-Corputy (trans.). Runtut Pijar Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990.

Lubis, M. Arsyad Thalib. Perbandingan Agama Kristen dan Islam. Kuala Lumpur: Pustaka Melayu Baru, 1982.

Muhammad, Hasyim. Kristologi Qur’an Telaah Kontekstual Doktrin Kekristenan dalam Al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

Al Mundziri, Imam. Ahmad Zaidun (terj.). Ringkasan Shahih Muslim. Jakarta: Pustaka Amani, 2003.

Niftrik, G.C. van dan B.J. Boland. Dogmatika Masa Kini. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1978.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Tafsir atas Surat-surat Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu. Bandung: Pustaka Hidayah, 1997.

_______________. Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. I. Cilandak Timur: Penerbit Lentera Hati, 2000.

_______________. Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. II. Cilandak Timur: Penerbit Lentera Hati, 2000.

Steenbrink, Karel A. Perkembangan Teologi dalam Dunia Kristen Modern. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1987.

Syaltout, Syaikh Mahmoud. Bustami A. dan Zaini Dahlan (terj.). Fatwa-fatwa. Jakarta: Bulan Bintang, 1977.








BAB IV
AL KITAB
( BIBLE )


Sebagian orang Islam mengira bahwa penulisan Alkitab sama dengan penulisan Al Quran. Mereka juga mengira bahwa Alkitab berupa wahyu Tuhan yang ditulis secara harfiyah oleh penulis-penulis Alkitab. Padahal jarang sekali atau hampir-hampir tidak ada penulisan Alkitab secara harfiyah. Hampir semua isi Alkitab ditulis oleh penulisnya secara maknawiyah. Bandingkanlah dengan penulisan Hadis secara harfiyah dan maknawiyah. Misalnya penulisan dari bagian Alkitab yang berupa Perjanjian Baru, para penulisnya (Matius, Markus, Lukas, Yohanes Yahya dan Paulus) menulis kata-kata dan perbuatan Yesus menurut fersi pemahaman dan sudut pandang mereka sendiri. Oleh karena itu para penulisnya tidak menulis secara harfiyah kata-kata Yesus, tetapi menulis pemahaman atau penafsiran mereka terhadap kata-kata Yesus dalam maknanya. Selanjutnya tulisan-tulisan asli dari para penulis Perjanjian Baru sudah tidak ada. Yang ada tinggal salinan-salinan atau penulisan ulang dari naskah aslinya, itupun bukan salinan pertama tetapi salinan-salinan berikutnya. Salinan-salinan naskah berikutnya tadi kadang-kadang tidak sama persis dengan salinan-salinan pertama, demikian juga salinan-salinan pertama kadang-kadang tidak sama persis dengan naskah aslinya. Apalagi Perjanjian Lama yang lebih tua dari Perjanjian Baru, naskah aslinya tentu sudah tidak ada dan salinan-salinan dari naskah aslinya tentu rangkaiannya lebih panjang.
Selanjutnya yang menentukan keabsahan isi dari salinan-salinan naskah Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, adalah gereja. Para pemimpin gereja bersidang untuk menentukan mana salinan-salinan naskah yang absah dan tidak. Kemudian salinan-salinan naskah yang tidak absah disisihkan, sedang yang abash dibukukan sebagai Alkitab dan dijadikan pedoman bagi jamaah gereja atau umat Kristen. Jadi antara gereja dengan Alkitab ada hubungan yang erat. Gereja bukan sekedar tempat ibadat, kegiatan sosial, pendidikan, pusat kristenisasi, tetapi juga yang menentukan keabsahan Alkitab.
Oleh karena itu pada bab ini akan dibahas Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru dari aspek sejarah penulisannya, penerjemahannya ke bahasa lain, penulis, latar belakang dan tujuan tulisan, dan isinya.
Alkitab yang akan dibahas di dalam bab ini terdiri dari Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB). Perjanjian Lama terdiri dari 39 Kitab, sedang Perjanjian Baru terdiri dari 27 Kitab. Jadi secara keseluruhan Alkitab terdiri dari 66 Kitab. Bahasa asli Perjanjian lama sebagian besar berbahasa Ibrani dan sebagian kecil berbahasa Aram, sedangkan bahasa asli Perjanjian Baru adalah bahasa Yunani.

A. Perjanjian Lama
Mengenai Perjanjian Lama, di sini diringkaskan hal-hal yang pokok dari buku Pengantar kepada Perjanjian Lama, karangan Dr. J. Blommendaal sbb:
1. Pembagian Perjanjian Lama.
Perjanjian Lama terdiri dari tiga bagian besar, yaitu:
a. Taurat/ Thora/ Pentateuch
Bagian Taurat ini terdiri dari Kitab Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan.
Bagian Taurat ini ditetapkan keabsahannya sebagai ukuran ajaran yang benar bagi umat Nasrani (kanonik) pada tahun 458 SM. Pada saat itu Ezra (ahli Kitab Suci dari Babel) telah membacakan Kitab-kitab Musa (Taurat/ Thora/ Pentateuch) pada bangsa Yahudi di pembuangan.
b. Nabi-Nabi / Nebiim Bagian Nebiim ditetapkan sebagai kitab kanonik pada tahun 200 SM. Kitab-kitab ini sudah ada pada masa pembuangan dan nbaru dubukukan sesudah masa pembuangan. Pada saat itu Yesus Sirach (190 SM) dan 12 Nabi Kecil telah mengenal 3 Nabi Besar. Bagian ini terdiri dri:
1) Nabi-nabi yang terdahulu (Nebiim Risyonim), yaitu:
Yosua (Yusak)
Hakim-hakim (syofetim).
I, II Samuel (I, II Syemuel).
I, II Raja-raja (I, II Melakim).



































2) Nabi-nabi yang terkemudian (Nebiim Akharonim).
a) Nabi-nabi Besar
Yesaya (Yesyayahu):
- Yesaya (1-39).
- Deutero- Yesaya (40-55).
- Trio- Yesaya (56-66).
Yeremia (Yirmeyahu).
Yehezkiel (Yechezqel).

b) Nabi-nabi Kecil:
Hosea (Hosyea).
Yoel (Yoel/ Joel).
Amos
Obaja (Obadyah).
Yunus (Yonah).
Mikha (Mikah).
Nahum
Habakuk (Khabaqquq).
Zefanya (Sefanyah).
Hagai (Khaggai).
Zakharia (Zekaryah):
-Zakaria (1-8).
-Deutero- Zakharia (9-11).
-Trio- Zakharia (12-14).
Maleakhi (Malaki).

c. Kitab-kitab (Ketubim)
Bagian ini disahkan sebagai kitab yang bersifat kanonik pada tahun 100 M pada Synode Jamnia. Kitab-kitab ini dihimpun pada masa sesudah pembuangan, walaupun ada bahan-bahan dari sebelum masa pembuangan, yaitu Mazmur dan Amsal.
Kitab-kitab (Ketubim) ini terdiri dari:
Mazmur (Tehillim).
Ayub (Iyob).
Amsal (Misyele).
Rut (Ruth).
Kidung Agung (Syir’ul- Asyar/ Syir hasysyirim).
Pengkhotbah (Alkhatib/ Qohelet).
Ratapan (Nudub-Yeremia/ Ekah).
Ester (Esther).
Daniel.
Ezra.
Nehemia (Nehemiyah).
I, II Tawarikh (I, II Dibre Hayyamim).

2. Kitab-kitab dalam Perjanjian Lama.
Kitab-kitab dalam Perjanjian Lama secara keseluruhan adalah sebagai berikut:
Kejadian (Kej).
Keluaran (Kel).
Imamat (Im).
Bilangan (Bil).
Ulangan (Ul).
Yosua (Yos).
Hakim-hakim (Hak).
Rut (Rut).
1 Samuel (1 Sam).
2 Samuel (2 Sam).
1 Raja-raja (1 Raj).
2 Raja-raja (2 Raj).
1 tawarikh (1 Taw).
2 Tawarikh (2 Taw).
Ezra (Ezr).
Nehemia (Neh).
Ester (Est).
Ayub (Ayb).
Mazmur (Mzm).
Amsal (Ams).
Pengkhotbah (Pkh).
Kidung Agung (Kid).
Yesaya (Yes).
Yeremia (Yer).
Ratapan (Rat).
Yehezkiel (Yeh).
Daniel (Dan).
Hosea (Hos).
Yoel (Yl).
Amos (Am).
Obaja (Ob).
Yunus (Yun).
Mikha (Mi).
Nahum (Nah).
Habakuk (Hab).
Zefanya (Zef).
Hagai (Hag).
Zakharia (Za).
Maleakhi (Mal).

3. Sumber Perjanjian Lama.
Menurut A Kuenen dan J. Wellhausen Kitab Tora / Taurat berasal dari 4 sumber, yaitu:
a. Sumber yang menggunakan nama “Yahwe” (Y).
b. Sumber yang menggunakan nama “Elohim” (E).
c. Sumber yang khususnya terdapat dalam Kitab Ulangan atau Deuteronomium (D).
d. Sumber yang terutama dipelopori oleh imam-imam yang disebut “Priester Codex” (P).

Sumber Yahwist menulis sejarah Israel dari penciptaan sampai kepada Kelepasan (Keluaran) bangsa Israel dari Mesir, dan perkembangan mereka setelah berada di Kanaan. Ciri-ciri sumber Yahwist antara lain:
1) Allah selalu disebut dengan nama Yahwe; juga nenek moyang Israel sudah mengenal nama ini.
2) Pada umumnya Allah di dalam wahyu-Nya (penyataan-Nya) dilukiskan dan digambarkan dalam bentuk seorang manusia (antropomorf).
3) Sumber ini bersifat universalis; Allah adalah Khalik langit dan bumi (Kejadian 2: 4b dst.), dan Allah seluruh dunia dan semua manusia.

Di dalam sumber Elohist (E), Allah disebut dengan nama Elohim. Sumber E menggunakan nama Elohim sampai cerita pemanggilan Musa (Keluaran 3), dimana Allah menyatakan nama-Nya kepada Musa. Jadi Musalah orang pertama yang mengenal nama Yahwe.
Sumber E lahir di Kerajaan Utara (Israel) kurang lebih tahun 800 dan 700 SM, ketika sinkretisme Baalistis melanda kehidupan agama Israel. Situasi ini diprotes oleh para nabi, terutama dibawahi oleh Nabi Elia dan Elisa. Gerakan para nabi ini mempengaruhi sumber E dan menjadi dasar kemunculan sumber tersebut. Sumber ini menitikberatkan bangsa Israel sebagai bangsa yang dipilih Allah, atau menekankan hubungan yang khusus antara Allah dengan bangsa Israel. Maka sumber ini bersifat partikularistik.
Sumber Deuteronomist (D) muncul pada tahun 622 SM di Yerusalem ketika Bait Allah sedang diperbaiki atas perintah Rja Yosia. Pada saat itu para tukang menemukan suatu naskah gulungan yang disebut sebagai Taurat (II Raja 22: 8) yang ternyata adalah sebagian dari Kitab Ulangan, yaitu fasal 12-26.
Secara teologis sumber ini menentang sinkretisme. Hal ini terlihat di dalam pembaharuan Deutoronomis, dimana kuil-kuil di luar kota Yerusalem diprotes dan ditutup, sebab kuil-kuil tersebut disebut sebagai pusat sinkretisme. Di samping itu sumber ini juga menekankan pemanggilan Allah kepada bangsa Israel menjadi bangsa pilihan-Nya. Konsekuensinya bangsa Israel harus mematuhi segala perintah dan hukumhukum Allah. Apabila mereka tidak mematuhinya, maka Allah akan menghukum dan menolak mereka.
Sumber Imamat atau Priester codex (P) lahir kira-kira pada tahun 550 sampai 500 SM. Penulisan ini terjadi di masa bangsa Israel ditawan di Babilon dan Bait Allah di Yerusalem hancur. Pada masa ini para imam menulis segala tradisi yang ada dan mengumpulkannya supaya tidak hilang. Maksud P menulis ialah untuk mengingatkan bangsa Israel bahwa merekalah bangsa-kudus Allah. Dalam kerangka ini P sangat menekankan peranan kultus. Dengan demikian tulisan-tulisan P banyak menyangkut aturan-aturan kebaktian dan semua hal yang berhubungan dengan imamat. Aturan-aturan kebaktian dan semua hal yang berhubungan dengan imamat. Aturan-aturan kultus P teristimewa terdapat dalam Kitab Imamat.
Sementara itu beberapa ahli lain menaruh perhatian pada bagian yang paling kecil dari Pentateukh, kepada bentuk sasteranya dan peranannya dalam kebudayaan bangsa Israel. Ada ahli yang menguraikan ke-empat sumber yang besar di atas menjadi anak-anak sumber yang lebih kecil. Misalnya sumber “Y” diuraikan menjadi Y, Y1, Y2, Y3. Sumber “E” juga diurai menjadi E, E1, E2, E3.
Selanjutnya Engnell menggantikan teori sumber ini dengan memperhatikan tradisi-tradisi lisan dan tradisi tulisan. Menurut dia setelah dalam perkembangan yang lama, tradisi-tradisi lisan ini dikumpulkan oleh seorang redaktur menjadi Kitab Kejadian sampai Bilangan. Sementara itu seorang redaktur lain mengumpulkannya menjadi Kitab Ulangan sampai Raja-raja.

4 Kanon.
Kanon berarti :
a. Teberau, gelagah, bulu, tongkat pengukur.
b. Daftar (barang-barang, angka-angka).
c. Daftar kitab-kitab tertentu yang dihormati, Kitab-kitab yang diakui sebagai firman Allah).
Kanonisasi Perjanjian Lama selesai pada Sidang Raya (Synode) Jamnia kira-kira pada tahun 100 M. Pada saat itu diputuskan oleh Robbi Yahudi bahwa Kidung Agung, Ester dan Pengkhotbah haruslah dimuat dalam Kanon.

5. Kitab-kitab Apokrif.
Kitab-kitab apokrif ialah kitab-kitab yang tidak diakui oleh Protestan sebagai kanonik. Oleh Protestan kitab-kitab tersebut hanya dianggap sebagai devotioned (bersifat membangun). Di kalangan Katolik kitab-kitab apokrif disebut dengan istilah deutoro kanonik. Kitab-kitab apokrif ini terdapat di dalam Septuaginta (terjemahan Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani).
Kitab-kitab apokrif terdiri dari:
III Ezra (dalam Vulgata letaknya di belakang Perjanjian Baru).
Toit (Tobias).
Yudit.
Tambahan-tambahan pada Kitab Ester.
Kebijaksanaan Salomo.
Kebijaksanaan Yesus bin Sirakh.
Barukh.
Surat dari Nabi Yeremia.
Tambahan-tambahanpada Kitab Daniel:
a. nyanyian dari tiga teman Daniel dalam perapian.
b. Susanna.
c. Bel dan Naga.
Doa Manase (dalam Vulgata letaknya di belakang Perjanjian Baru).
I, II, III Makkabe.

6.Kitab-kitab Pseudoepigraf.
Kitab-kitab Pseudopigraf adalah kitab-kitab yang ditulis penulis-penulis yang memakai nama palsu, misalnya Kitab Henokh; penulis kitab ini memakai nama seorang saleh yang hidup sebelum Nuh, padahal penulis sendiri hidup pada abad ke-2 SM.Pada umumnya kitab-kitab ini ditulis dalam bahasa Yunani dan bahasa Aram, tetapi sekarang yang kita miliki dari kitab-kitab ini hanyalah berupa terjemahan-terjemahan, terutama terjemahan-terjemahan dalam bahasa Yunani dan Etiopia.
Kitab-kitab Pseudopigraf terdiri dari:
Surat Aristeas.
Kitab Jobel-Jobel.
Kenaikan Yesaya ke Surga.
Mazmur Salomo.
IV Makkabe.
Kitab-kitab Sebyllim/ Sibil.
Buku Henokh.
Kitab tentang kenaikan Musa ke Surga.
IV Ezra.
Apokalipse Barukh (Yunani).
Apokalipse Barukh (Syria).
Ode-Ode Salomo.
Testamentum 12 patriarkh (bapa leluhur).
Surat Damsyik (Damaskus).
Riwayat Adam dan hawa.

7.Terjemahan Perjanjian Lama.
Hampir seluruh Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa Ibrani dan sebagian kecil dalam bahasa Aram, misalnya sebagian besar dari Kitab Daniel dan Kitab Ezra. Karena lama-kelamaan bahasa Ibrani menjadi bahasa yang mati dan untuk kepentingan misi maka perlulah diterjemahlan ke dalam beberapa bahasa yang masih hidup. Beberapa terjemahan Perjanjian Lama adalah sebagai berikut:
a. Targum-Targum
Targum adalah terjemahan bebas Perjanjian Lama yang dibuat di dalam bahasa Aram, ketika bahasa Aram menjadi bahasa pergaulan pada abad ke- 4 dan ke-3 SM.
b. Septuaginta (LXX)
Septuaginta adalah terjemahan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Yunani yang dibuat oleh orang-orang Yahudi yang berada dalam diaspora (perserakan) di Alexandria. Di dalam Septuaginta ini terdapat kitab-kitab yang Kanonik dan kitab-kitab Apokrip. Kitab-kitab kanonik terebut diterjemahkan kira-kira antara tahun 250 sampai 150 SM.
c. Aquila, Symmachus dan Theodotion
Sejak orang Kristen mulai menggunakan Septuaginta, orang-orang Yahudi mulai membuat terjemahan-terjemahan baru, sebab mereka tidak mau menggunakan Septuaginta lagi. Terjmahan-terjemahan yang baru itu ialah : Aquila (kira-kira tahun 130 M), Symmachus (kira-kira tahun 200 M) dan Theodotion (kira-kira tahun 150 M).
d. Hexapla
Hexapla dibuat oleh Origines (tahun 185-254). Terjemahan ini terdiri dari 6 kolom. Kolom pertama dengan teks Ibrani dalam tulisan kwadrat. Kolom ke dua dengan teks Ibrani dalam huruf Yunani. Kolom ke tiga dengan Aquila. Kolom ke empat dengan Symmachus. Kolom ke lima dengan Septuaginta dengan beberapa perbaikan yang dilakukan oleh Origenes sendiri. Kolom ke enam dengan Theodotion.
e. Vetus Latina atau Italia
Vetus Latina adalah terjemahan ke dalam bahasa Latin berdasarkan Septuaginta.
f. Vulgata
Vulgata adalah terjemahan ke dalam bahasa Latin berdasarkan Perjanjian Lama Ibrani oleh Hieronimus (tahun 390-405).
g. Pesjitta
Pesjitta adalah terjemahan ke dalam bahasa Syria Kuno dan dipakai pada akhir abad ke-3 oleh gereja-gereja di Syria.
h. Terjemahan-terjemahan ke dalam bahasa Indonesia:
1) Dr. Melchior Leydecker, terjemahan nya terbit tahun pada tahun 1773.
2) Dr. H. C. Klinkert; terjemahannya terbit tahun 1872.
3) Terjemahan baru Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) diterbitkan tahun, diterbitkan pada tahun 1974.

8.Isi Perjanjian Lama.
a.Thora / Taurat/ Pentateukh.
Thora merupakan bagian yang pertama dari Perjanjian Lama. “Thora” berarti pengajaran, yaitu wahyu/ penyataan Allah yang diberikan kepada imam-imam. Disebut juga “Pentateukh” yaitu lima (“penta”) kitab Musa. Thora/ Taurat terdiri dari lima kitab, yaitu: Kejadian (Genesis), Keluaran (Exodus), Imamat (Leviticus), Bilangan (Numeri), dan Ulangan (Deuteronomium).
1) Kitab Kejadian (Genesis) terdiri dari dua bagian besar. Bagian yang pertama (fasal 1 sampai fasal 11) berisi tentang “sejarah purbakala” (Urgeschichte), yaitu sejarah yang terjadi sebelum pemanggilan Abraham. Bagian yang kedua (fasal 12 sampai fasal 50) berisi tentang sejarah nenek moyang Israel.
2) Kitab Keluaran (Exodus) terdiri dari dua bagian. Bagian yang pertama (fasal 1 sampai 15) berisi tentang Kelepasan dari Mesir. Bagian kedua (fasal 16 sampai 40) berisi tentang Wahyu (Penyataan) Allah di Sinai.
3) Kitab Imamat (Leviticus) terdiri dari enam bagian.
Bagian yang pertama (fasal 1 – 7) berisi tentang korban-korban.
Bagian yang ke dua (fasal 8 – 10) berisi tentang imam-imam dan tugas-tugasnya.
Bagian yang ke tiga (fasal 11 – 15) berisi tentang hukum-hukum untuk menjaga kekudusan bangsa Israel.
Bagian yang ke empat (fasal 16) berisi tentang hari raya Grafirat (Pendamaian).
Bagian yang ke lima (fasal 17 – 26) berisi tentang kesucian.
Bagian yang ke enam (fasal 27) berisi tentang nazar.

4) Kitab Bilangan (Numeri) terdiri dari lima bagian.
Bagian yang pertama (fasal 1: 1- 10: 10 “(P)” ) merupakan lanjutan dari Kitab Imamat.
Bagian ke dua (fasal 10: 11 – 21) berisi tentang bangsa Israel di padang gurun.
Bagian ke tiga (fasal 22 – 24) berisi tentang Bileam.
Bagian ke empat (fasal 25 – 32) berisi tentang peristiwa dan peraturan.
Bagian ke lima (fasal 33 – 36) berisi tentang tambahan.

5) Kitab Ulangan (Deuteronomium) terdiri dari enam bagian.
Bagian pertama (fasal 1 – 4: 43) berisi tentang Pendahuluan pertama.
Bagian ke dua (fasal 4: 44 – 11) berisi tentang Pendahuluan ke dua).
Bagian ke tiga (fasal 12 – 26) berisi tentang Kitab Ulangan.
Bagian ke empat (fasal 27 – 28) berisi tentang Upacara di Sikhem (bandingkan dengan Yosua 24).
Bagian ke lima (fasal 29 – 30) berisi tentang kata-kata perpisahan Musa.
Bagian ke enam (fasal 31 – 34) berisi tambahan.

b. Nabi-nabi (Nebiim).
1) Nabi-nabi yang Terdahulu.
Nabi-nabi yang terdahulu terdiri dari Kitab-kitab Yosua, Hakim-Hakim, Samuel, dan Raja-Raja.

a) Kitab Yosua, terdiri dari tiga bagian.
Bagian pertama (fasal 1 – 12) berisi tentang direbutnya Negeri Kanaan.
Bagian ke dua (fasal 13 – 21) berisi tentang pembagian tanah Kanaan kepada suku-uku Israel.
Bagian ke tiga (fasal 27 – 24) berisi tentang suku Ruben, Gat, dan Manasye yang setengah itu kembali ke seberang Sungai Yordan. Upacara di Sikhem (bandingkan Ulangan 27 – 28).

b) Kitab Hakim-Hakim terdiri dari tiga bagian.
Bagian pertama (fasal 1 – 3: 6) berisi tentang Pendahuluan.
Bagian ke dua (fasal 3: 7 – 16) berisi tentang pokok Kitab Hakim.
Bagian ke tiga (fasal 17 – 21) berisi tambahan.

c) Kitab I, II Samuel.
(1) Kitab I Samuel terdiri dari tiga bagian.
Bagian pertama (fasal 1 – 8) berisi mengenai Hakim Samuel.
Bagian ke dua (fasal 9 – 15) berisi tentang Saul menjadi raja.
Bagian ke tiga (fasal 16 – 31) berisi tentang Saul kontra Daud

(2) Adapun Kitab II Samuel terdiri dari empat bagian besar.
Bagian pertama (fasal 1: 1 – 5: 5) berisi mengenai Daud menjadi raja di Hebron.
Bagian ke dua (fasal 5: 6 – 10) berisi tentang kemuliaan raja Daud.
Bagian ke tiga (fasal 11 – 20) berisi tentang dosa Daud dan akibat-akibatnya.
Bagian ke empat (fasal 21 – 24) berisi tambahan.
Kitab I, II Raja-Raja terdiri dari tiga bagian besar.
Bagian pertama (I Raja 1 – 11) berisi tentang Raja Salomo.
Bagian ke dua (I Raja 12 – II Raja 17) berisi tentang Yehuda dan Israel sampai kepada pembuangan ke Asyur (jatuhnya Esrael).
Bagian ke tiga (II Raja 18 – 25) berisi tentang Yehuda sampai kepada jatuhnya Yerusalem (pembuangan ke Babylon).

2) Nabi-nabi yang Terkemudian.
a) Nabi-nabi Besar.
(1) Yesaya.
Kitab Nabi Yesaya terdiri dari tiga bagian besar.
Bagian pertama (fasal 1 – 39) berisi tentang Yesaya (pertama). Bagian ini berisi tentang nubuat-nubuat Yesaya yang berasal dari tahun 746-724 SM (fasal 1 – 12); nubuat-nubuat terhadap bangsa-bangsa asing (fasal 13 – 23); Apokalipse Yesaya (yang brasal dari kira-kira tahun 400 SM); nubuat-nubuat yang berasal dari tahun 722 – 700 SM (fasal 28 – 35); fasal-fasal histories yang juga terdapat dalam II Raja 18: 13 – 20: 19), yaitu cerita tentang Sanherib dan kota Yerusalem.
Bagian ke dua (fasal 40 – 55) berisi tentang Deutero Yesaya. Bagian ini berisi berita kelepasan (fasal 40); Tuhan membangkitkan seorang pembebas (fasal 41); Hamba Tuhan (fasal 42); Allah adalah satu-satunya Penebus (fasal 43); Tuhan satu-satunya Aallah (fasal 44); Tuhan memakai Koresy sebagai alat-Nya, Tuhan adalah Pencipta, seruan kepada bangsa-bangsa supaya kembali kepada Tuhan (fasal 45); Dewa-dewa babel tidak berdaya (fasal 46); Keruntuhan Babel (fasal 47); Tuhan menciptakan masa depan yang baru (fasal 48); Hamba Tuhan sebagai Terang di tengah-tengah bangsa-bangsa (fasal 49); Ketaatan Hamba Tuhan (fasal 50); kata-kata penghiburan untuk Sion (fasal 51); Tuhan menyelamatkan Sion (fasal 52); Hamba Tuhan yang menderita (fasal 53); Perjanjian damai dengan Sion (fasal 54); dan seruan untuk turut serta dalam keselamatn yang dari Tuhan (fasal 55).
Bagian ke tiga (fasal 56 – 66) berisi tentang Trito-Yesaya. Bagian ini berisi tentang keselamatan adalah bagi semua orang, pemimpin-pemimpin yang fasik (fasal 56); penyembahan berhala merupakan perzinahan, kata-kata penghiburan (fasal 57); kesalehan yang palsu dan yang sejati (fasal 58); dosa merupakan penghambat keselamatan (fasal 59); kemuliaan Sion yang akan datang (fasal 60); kabar selamat kepada Sion (fasal 61); Keselamatan Sion akan datang dengan segera (fasal 62); hukuman pembalasan atas Edom (fasal 63: 1-6); doa pengakuan dan permohonan Israel (fasal 63: 7- 64: 12); Jawab Allah: Hukuman bagi orang berdosa dan keselamatan bagi orang saleh, janji mengenai langit yang baru dan bumi yang baru (fasal 65); dan Keselamatan sesudah hukuman (fasal 66).

(2) Yeremia
Yeremia adalah anak Hilkia yang tinggal di Anatot. Hilkia berasal dari keturunan imam-imam (dari) keturunan Abyatar yang tidak berfungsi lagi)’ Yeremia dipanggil kira-kira pada tahun 626 SM. Tepat pada tahun ke-13 masa pemerintahan raja Yosia.
Kitab Yeremia terdiri dari empat bagian.
Bagian pertama (fasal 1 – 25: 13) berisi nubuat-nubuat tentang Yehuda dan Yerusalem.
Bagian ke dua (fasal 25: 14 – 45) berisi ceritera-ceritera mengenai Yeremia.
Bagian ke tiga (fasal 46-51) berisi nubuat-nubuat mengenai bangsa-bangsa lain (bangsa-bangsa di luar Israel).
Bagian ke empat (fasal 52) berisi tambahan mengenai jatuhnya kota Yerusalem dan pembuangan bangsa Yehuda (terdapat juga dalam II Raja-Raja 24: 8-25).

(3) Yehezkiel
Nabi Yehezkiel diangkut ke pembuangan di Babylon pada tahun 507 SM. Dia adalah seorang imam. Pada tahun 500 SM dia dipanggil sebagai seorang nabi. Sampai 587 SM dia menubuatkan jatuhnya kota Yerusalem. Sesudah tahun ini dia menubuatkan kelepasan Israel. Dalam fasal 40-48 dia membuat beberapa rencana tentang pembaharuan bangsa Israel di Palestina. Dalam penempilannya sebagai nabi terdapat unsure-unsur ekstatis dan beberapa pengalaman psychis-physis lain. Dia menitikberatkan arti hari Sabat dan Bait Allah. Di dalam kitab Yehezkiel terdapat nubuat-nubuat dan pengalaman-pengalaman pribadi. Terdapat empat unsure, yaitu: a.Konfessiones, b. Nubuat-nubuat melawan Israel, c. Nubuat-nubuat melawan bangsa-bangsa, dan d. Unsur-unsur muda.
Kitab Yehezkiel terdiri dari tiga bagian besar.
Bagian pertama (fasal 1-24) berisi nubuat tentang hukuman yang akan datang oleh Allah ke atas Yerusalem dan Yehuda; beberapa nubuat tersebut ditujukan kepada orang-orang Yehuda yang sudah ada di Babylon sejak tahun 597 SM.
Bagian ke dua (fasal 25-32) berisi nubuat-nubuat tentang bangsa-bangsa asing.
Bagian ke tiga (fasal 33-43) berisi nubuat-nubuat tentang pembuangan dan keselamatan bagi Israel.

b) Nabi-Nabi Kecil
Nabi-nabi kecil terdapat di dalam “Dodekaprophetan” yang berarti kitab-kitab kedua belas nabi. Mereka disebut nabi-nabi kecil, sebab kitab mereka tidak begitu besar sebagaimana kitab-kitab nabi besar.Urutan nabi-nabi kecil di dalam Septuaginta berbeda dengan urutan dalam Alkitab Ibrani dan Alkitab Indonesia. Ada dua prinsip dalam urutan nabi-nabi.
a. Kitab-kitab diatur secara kronologis, yaitu dimulai dari nabi-nabi pra-exilis kemudian dilanjutkan nabi-nabi post-exilis.
b. Kitab-kitab diatur menurut besar atau tebalnya (banyak fasalnya), misalnya Hosea mendahului Amos, meskipun ia lebih muda dari pada Amos, karena kitab Hosea lebih tebal dari pada kitab Amos.

(1) Hosea
Nabi Hosea hidup kira-kira tahun 750 SM di Israel Utara. Dia hidup pada masa yang sama dengan Amos dan Yesaya. Dia mengalami perang Siro-Efraim dan mungkin juga jatuhnya Samaria pada tahun 722 SM. Pemberitaannya berisi “Kasih Allah yang dalam kepada umat-Nya” yang juga mempengaruhi Yeremia. Dia berdasarkan perintah Allah mengawini perempuan sundal yang bernama Gomer. Dia mempunyai tiga orang anak yang diberi nama-nama simbolos. Setelah dia menolak isterinya, dia harus kawin lagi dengan seorang perempuan lain yang bersifat kurang baik. Kedua perkawinan ini mempunyai arti simbolis. Sebagaimana isteri-isteri ini kurang setia kepada Hosea, begitu juga bangsa Israel kurang setia kepada Yahwe.
Secara garis besar kitab Hosea terdiri dari dua bagian.
Bagian pertama (fasal 1-3) berisi tentang perkawinan Hosea.
Bagian ke dua (fasal 4-14) berisi nubuat-nubuat sesudah kematian Yerobeam II.

(2) Yoel
Yoel berarti “Yahwe adalah El” (Allah). Ada beberapa pendapat tentang masa hidup Yoel, karena Yoel sendiri tidak menulis sesuatu sewaktu dia hidup dan tampil sebagai nabi, sebagaimana nabi-nabi lain. Beberapa ahli Perjanjian Lama berpendapat bahwa Yoel hidup sebelum masa pembuangan di Babylonia. Sebagian yang lain berpendapat bahwa Yoel hidup sesudah masa pembuangan di Babylonia.
Nabi Yoel berdiri di batas antara nubuatan dan apokaliptik. Dia memberitakan bahwa hari TUHAN sudah dekat berdasarkan penglihatannya di dalam tulah belalang yang dahsyat, yang menghancurkan segala tumbuh-tumbuhan, terutama yang ada di kebun-kebun. Hal ini mengakibatkan kelaparan yang besar. Yoel melihat tulah belalang itu sebagai tanda eskhatologis tentang kedatangan “Yom Yahwe” (hari TUHAN).
Dia menyerukan kepada bangsanya untuk mengadakan suatu hari puasa. Klimaks kitab ini terdapat di dalam fasal 2: 28 dst. berisi tentang nubuat Roh Kudus yang dicurahkan kepada semua manusia yang hidup. Kitab Yoel bersifat partikularistis; keselamatan bagi Israel saja, tetapi hukuman bagi bangsa-bangsa.
Kitab Yoel terdiri dari dua bagian:
Bagian pertama (fasal 1-2) berisi tentang tulah belalang.
Bagian ke dua (fasal 3-4) berisi tentang Hari TUHAN.

(3) Amos
Nabi Amos berasal dari Tekoa, kurang lebih dua kilo meter di Selatan Yerusalem. Dia seorang petani yang dipanggil oleh Allah untuk menjadi nabi di Kerajaan Utara pada masa pemerintahan raja Yerobeam II. Pada saat itu Kerajaan Utara sedang menikmati masa-masa kejayaannya, terutama di bidang ekonomi. Juga di bidang politik dan militer, Israel mencapai kemajuan yang pesat. Namun ada satu hal yang dilupakan, yaitu keadilan sosial. Oleh karena itu Amos muncul dengan protes keras terhadap buruknya keadilan sosial di Israe. Di babel dia bernubuat terhadap bait di sana, sehingga dia ditolak oleh imam besar dan dibuang ke luar Israel.
Amos datang dengan memberitakan sesuatu yang baru bagi Israel, yaitu Allah akan menghukum bangsa-Nya; hari TUHAN bukanlah suatu hari keselamatan bagi Israel, tetapi hari pengadilan dan penghukuman. Di dalam Kitab Amos terdapat nubuat-nubuat, konfessiones, dan ceritera histories.
Kitab Amos terdiri dari tiga bagian besar:
Bagian pertama (fasal 1-2) berisi tentang nubuat-nubuat terhadap bangsa-bangsa lain, Yehuda, dan Israel.
Bagian kedua (fasal 3-6) Amos menceritakan tentang penampilan-penampilannya sebagai nabi. Dia dipaksa oleh Allah untuk bernubuat kepada Israel.
Bagian ketiga (fasal 7-9) berisi tentang lima penglihatan yang dilihat oleh Amos dan yang mengandung hukuman masa yang akan datang dari Allah.

(4) Obaja
Obaja berarti “hamba Tuhan” (Ebed Yahwe). Kitab Obaja merupakan kitab yang paling kecil dalam Perjanjian Lama, sebab terdiri dari satu fasal saja.
Nabi Obaja hidup kira-kira pada tahun 587 SM, yaitu pada saat Yerusalem sudah jatuh dan dihancurkan.
Berbeda dengan nabi-nabi yang lain, nabi Obaja memprotes dosa Israel dan tidak memberitakan kepada orang Israel murka Allah, sebab pada saat itu Yerusalem sudah jatuh. Jadi hukuman Allah sudah dilaksanakan.
Dia bernubuat melawan dan memprotes bangsa-bangsa lain, terutama bangsa Edom (keturunan Esau). Oleh karena itu bangsa ini selalu dipandang sebagai saudara-saudara bangsa Israel. Hal yang membuat Obaja marah ialah ketika Yehuda diserbu oleh tentara Babylon, Edom memakai kesempatan tersebut untuk merampas beberapa daerah Yehuda. Leh karena itu Obaja bernubuat tentang Edom bahwa Allah akan menghukum bangsa tersebut. Israel sudah dihukum karena dosanya, dan akan diselamatkan.
Kitab Obaja berisi tentang:
Ayat 1a : Pendahuluan.
Ayat 1b : Obaja berbicara sebagai seorang panglima perang dan mengajak seluruh bangsa itu untuk beperng melawan Edom.
Ayat 2-9: Edom akan dihancurkan.
Ayat 10-15: Obaja mengatakan sebab-sebab Edom harus dihukum, yaitu kerena Edom bergembira terhadap kejatuhan yerusalem dan Yehuda dan memnggunakan kesempatan tersebut untuk merebut beberapa daerah Yehuda.
Ayat 16-21 : Nubuat tentang datangnya Hari TUHAN yang merupakan keslamatan dan kelepasan bagi Israel. Yahwe akan bertahta sebagai Raja di Sion.

(5) Yunus
Kitab Yunus tidaklah ditulis oleh nabi Yunus, tetapi kitab ini menceritakan mengenai seorang nabi yang bernama Yunus. Nama Yunus dalam bahasa Ibrani berbunyi “YONA” yang berarti “merpati”. Nama lengkapnya adalah Yona bin Amittai.
Kitab Yunus ini tidak histories, sebab di dalamnya terdapat peristiwa yang tidak pernah terjadi. Tetapi tokoh Yunus sendiri adalah seorang yang pernah hidup, sebab namanya terdapat dalam II Raja 14: 25. ia adalah seorang nabi yang hidup pada masa Yerobean II (kurang lebih tahun 750 SM), dan bekerja di kerajaan Utara. Ia seorang nabi nasionalis yang mengabarkan kemenangan bangsa Israel dalam peperangan melawan Aram.
Meskipun Yunus hidup kira-kira pada tahun 750 SM, tetapi Kitab Yunus tidak ditulis pada masa hidupnya. Kitab ini ditulis kira-kira pada tahun 350 SM. Hal ini dapat dilihat dari: a. pengaruh bahasa Aram, b. bahasa Ibrani yang dipakainya adalah bahasa Ibrani yang muda, dan c. kitab ini tampaknya ingin memprotes partikularisme di Yehuda pada masa sesudah pembuangan di Babylon.
Kitab Yunus ditulis dengan maksud untuk memprotes partikularisme yang berlebih-lebihan dengan menekankan universalisme, yaitu Allah Israel adalah sekaligus Allah seluruh dunia dan semua bangsa.
Kitab Yunus terdiri dari empat fasal, yang isinya adalah sebagai berikut:
Fasal 1 : Yunus dipanggil oleh Allah untuk pergi ke Niniwe memberitakan murka Allah di sana. Tetapi Yunus tidak mau pergi dan mencoba melarikan diri ke Tarsis di Spanyol. Di tengah jalan kapalnya dirimpa oleh angina rebut yang dahsyat, sehingga dia terpaksa dibuang ke laut dan ditelan oleh seekor ikan yang besar.
Fasal 2 : Fasal ini ternyata merupakan fasal tambahan; dalam fasal ini terdapat mazmur yang dinyanyikan oleh Yunus ketika berada dalamperut ikan tersebut. Selanjutnya Yunus dimuntahkan oleh ikan itu ke pantai.
Fasal 3: Yunus berkhotbah di Niniwe dan berhasil menobatkan seluruh Niniwe.
Fasal 4: Yunus belajar menginsafi bahwa Allah juga mengasihi bangsa-bangsa lain.

(6) Mikha
Nabi Mika berasal dari kampong Moresyet-Gat. Ia hidup kurang lebih tahun 725 SM., pada masa yang sama dengan Amos, Hosea, dan Yesaya. Khususnya Mika dan Yesaya ada hubungan ruhani yang dekat, tetapi dia juga dipengaruhi oleh Amos, ia memprotes “kekurang adilan sosial” pada umumnya di Yehuda dan khususnya di Yerusalem. Sebagaimana Amos dan Hosea, Mikha memprotes kepercayaan palsu pada kultus. Mikha merupakan nabi pertama yang memberitakan bahwa Yerusalem dan Bait Allah akan dihancurkan.
Kitab Mikha mempunyai empat bagian.
Bagian pertama (fasal 1-2) berisi nubuat-nubuat mengenai murka yang akan datang dari Allah.
Bagian kedua (fasal 4-5: 8) berisi nubuat-nubuat tentang keselamatan.
Bagian ketiga (fasal 5: 9-7: 6) berisi tentang dosa bangsa tersebut.
Bagian keempat (7: 7-20) berisi tentang nubuat keselamatan dan suatu mazmur.

(7) Habakuk
Kitab nabi Habakuk adalah kitab yang sulit dipahami. Tidak ada persetujuan para ahli mengenai kitab ini. Sebagian ahli berpendapat bahwa nabi Habakuk hidup pada masa Alexander Agung. Ahli lain misalnya P. Hambert berpendapat bahwa nabi Habakuk hidup pada akhir abad ke-7 SM (kurang lebih tahun 625 SM). Ia tampil sebagai nabi sewaktu Kerajaan Asyur menjadi lemah dan Kerajaan Babylon menjadi kuat. Ada persoalan yang penting bagi Habakuk:
“Bagaimana Allah bisa melihat kejahatan orang fasik di dunia ini? Kenyataannya orang fasik selalu berkuasa dan orang benar menjadi korban. Meskipun demikian Habakuk percaya bahwa orang fasik akan musnah dan orang benar akan hidup. Dia percaya akan hidup dan percaya pada keadilan Allah, meskipun dalam pada masa yang sulit.
Kitab Habakuk berisi sbb:
Fasal 1: 1 : Alamat.
2-4 : Keluhan nabi karena kejahatan orang fasik.
5-11: Nabi menubuatkan bahwa Allah akanmendatangkan orang Kasdim (Babylon).
12-17: Lanjutan dari ayat 2-4.
Fasal 2: 1-3: Nabi Habakuk setelah selesai mengeluarkan keluhannya, menantikan jawabandari Allah. Jawaban tersebut didapatkannya melalui penglihatan, karena itu dia menyimpulkan bahwa: “Orang fasik akan dihancurkan, tetapi orang benar akan hidup dan diselamatkan (ayat 4-5).
6-19: terdapat lima kali kata “wai” (celakalah), sebab orang fasik akan dihancurkan.
20 : Nabi menubuatkan bahwa Yahwe akan datang.
Fasal 3: Suatu mazmur yang dengannya nabi melihat datangnya Tuhan dari Sinai.

(8) Zefanya
Nama lengkap nabi Zefanya adalah Zefanya bin Kusyi bin Gedalya bin Amarya bin Hizkia (raja). Nabi Zefanya hidup dan tampil sebagai nabi pada masa Raja Yosia, sebelum reformasi Deuteronomis (tahun 622 SM). Pada saat itu Asyur masih kuat. Ia bernubuat kira-kira pada tahun 615 SM, semasa dengan Habakuk. Nabi Zefanya dipengaruhi oleh nabi Amos, sebab sama seperti nabi Amos, dia memberitakan datangnya hari TUHAN yang merupakan hari yang gelap bagi bangsa Yehuda. Karena itu ia memanggil bangsanya untuk bertobat, barangkali masih dapat diselamatkan. Meskipun bangsanya menyembah berhala-berhala, tetapi mereka akan dibersihkan dan beribadah kepada Allah Israel. Sisa orang Israel akan diselamatkan.
Kitab Zefanya berisi:
Fasal 1: 1 : Alamat.
2-18: Kabar tentang datangnya hari TUHAN sebagai hari yang gelap.
Fasal 2: 1-3: Nabi memanggil Yehuda untuk bertobat dan mencari Tuhan.
4-15: Nubuat tentang hukuman yang akan datang dari Allah kepada bangsa-bangsa: orang Filistin, Moab, Kusy, Etiopia, dan Asyur.
Fasal 3: 1-4 : Nubuat tentang hukuman yang akan datang dari Allah kepada pemimpin-pemimpin Yerusalem dan Sisa Israel.


3) Nabi-nabi sesudah Masa Pembuangan di Babylon.
Nabi-nabi sesudah pembuangan di Babylon ada tiga, yaitu: Hagai, Zakharia, dan Maleakhi. Hagai dan Zakharia hidup dan tampil sebagai nabi sebelum Bait Allah dibangun kembali(sekitar tahun 510 SM. Sedang Maleakhi hidup kira-kira pada tahun 500 SM, sesudah Bait Allah dibangun kembali.

a) Hagai
Nabi Hagai bernubuat pada masa pemerintahan Darius, raja Persia (tahun 521-485) yang mengantikan raja Cyrus. Hagai menjadi nabi pada tahun kedua dari masa pemerintahan raja Darius, yaitu pada tahun 519 SM.
Yang menjadi persoalan nabi Hagai ialah:
Mengapa sampai sekarang orang Yehuda berada dalam keadaan yang kurang baik. Kerajaan Allah dan Almasih yang sudah lama dinantikan belum juga datang, Bait Allah belum dibangun kembali dan banyak orang Yehuda yang tidak pulang dari pembuangan di Babylon.
Persoalan ini dapat dijawab sebagai berikut: semuanya ini disbabkan karena dosa bangsa Yehuda sendiri yang tidak membangun Bait Allah. Oleh karena itu nabi Hagai menganjurkan pada bangsanya untuk memperbaiki dan membangun kembali Bait Suci yang baru dan harus menggantikan Bait Suci Salomo yang dirusak oleh Nebukadnezar pada tahun 587 SM. Bait Allah tersebut kemudian dibangun kembali pada tahun 518 SM.
Kitab Hagai hanya terdiri dari dua fasal saja.
Fasal 1: 1-11 : Alamat.
Nabi mengecam bangsanya, sebab mereka hanya tahu membangun rumahnya masing-masing dan ekonominya, tetapi tidak memikirkan membangun sebuah rumah Allah sebagai tempat berbakti kepada Allah.
Fasal 1: 12-14: Zerubabel, gubernur Yehudadan Yosua, imam besar di Yerusalem, mendengar kecaman tersebut, sehingga mereka mulai memerintahkan untuk membangun Bait Allah.
Fasal 1: 15, 2: 15-19: Firman Allah datang kepada nabi: Yahwe mengatakan bahwa Ia akan memberkati bangsa-Nya.
Fasal 2: 1-9: Ada beberapa orang tua yang masih ingat pada Bait Allah yang telah dihancurkan oleh Nebukadnezer; mereka membanding-bandingkan lalu merasa kurang senang, sebab Bait Allah yang baru, yang dibangun pada masa Zerubabel ini lebih kecil. Akan tetapi Hagai menghibur mereka bahwa Allah sendiri akan berkenan dan memnuhi Bait Allah tersebut dengan kemuliaannya.
Fasal 2: 10-14 : Orang najis dilarang ikut-serta dalam pembangunan bait Allah. Persoalannya adalah: Siapakah yang dimaksudkan dengan orang najis itu?
Di waktu jatuhnya Samaria dan pembuangan ke Asyur (722 SM) ada sebagian orang Samaria yang tidak turut tertawan ke Asyur. Mereka kemudian bercampur dengan orang-orang kafir (orang-orang Asyur dan Kanaan). Keturunan campuran inilah yang merupakan orang-orang Samaria yang ada ketika bangsa Yehuda pulang dari pembuangan di Babylon.
Orang-orang Samaria ini ingin turut serta dengan orang-orang Yehuda untuk membangun Bait Allah. Akan tetapi mereka dipandang oleh orang-orang Yehuda sebagai orang kafir atau najis, sehingga mereka ditolak dan tidak diizinkan untuk bersama-sama membangun Bait Allah.
Akibat dari penolakan ini orang-orang Samaria membangun sebuah Bait Suci sendiri di atas gunung Gerizim, dan membentuk suatu aliran (sekte) baru dengan hirarki keimaman dan kultus tersendiri, dan dengan kitab Suci tersendiri, yaitu Torah (Pentateukh Samaria).
Fasal 2: 20-23: Nubuat terhadap Zerubabel: Allah akan memecahkan dan menghancurkan kerajaan dunia ini dan Zerubabel kan menjadi “cincin meterai Yahwe.” Maksudnya Allah akan memakai Zerubabel untuk melaksanakan semua keputusan-Nya.

b) Zakharia
Kitab Zakharia terdiri dari dua bagian, yaitu: bagian pertama (fasal 1-8), dan bagian kedua (fasal 9-14) yang disebut “Deutero-Zakharia.”
Bagian pertama (fasal 1-8) ditulis dalam bentuk prosa, dan berasal dari waktu yang sama seperti kitab Hagai. Fasal-fasal permulaan kitab ini ditulis pada tahun 500 SM, sedan fasal 7 ditulis pada tahun 518 SM (tahun keempat dari pemerintahan raja Darius). Zakharia adalah anak dari Berekhya bin Ido. Nama Zakharia bin Ido disebut juga di dalam kitab Ezra 5: 1dan 6: 14. Dia adalah seorang nabi kultus.
Kitab Zakharia sebagian besar ditulis dalam bentuk “aku”; bagian ini berisi delapan penglihatan, dan dua orakel (ucapan Ilahi).
Nabi Zakharia memandang kedatangan kembali dari pembuangan di Babylon sebagai peristiwa eskhatologis dan messianis. Bangsa yang kembali ke Yerusalem itu merupakan “Sisa Israel”, yang diselamatkan oleh Yahwe dan Zerubabel dipandang sebagai “almasih/messias,” di samping dia imam besar Yosua juga dipandang sebagai “almasih.” Nabi Zakharia memberi dorongan untuk membangun kembali Bait Allah.

Bagian kedua disebut Deutero-Zakharia (fasal 9-14). Sebagian besar dari bagian kedua ini ditulis dalam bentuk “puisi” (fasal 9: 1-11: 3; 11: 7; dan 13: 7-9). Pada bagian ini terdapat beberapa nubuat mengenai “zaman mesianis” yang akan datang. Pada tiga fasal terakhir (fasal 12-14) Yerusalem berada dalam pusat perhatian. Di dalam kitab ini dibicarakan mengenai Kerajaan Utara (Israel), Asyur, Mesir dan beberapa negara lain yang penting sebelum pemuangan ke Babylon. Oleh karena itu ada beberapa ahli Perjanjian Lama yang berpendapat bahwa Deutero-Zakharia berasal dari masa sebelum pembuangan di Babylon. Ada juga kemungkinan lain, bahwa mungkin Deutero-Zakharia memakai nama Asyur, Mesir, Israel, dan seterusnya sebagai symbol-simbol untuk sesuatu yang dimaksudkannya. Seperti halnya penulis-penulis apokaliptis yang juga memakai nama-nama Negara yang sudah tidak ada lagi.
Pada masa sesudah pemerintahan Alexander Agung, ada dua kerajaan besar yang kuat, sebanding dengan Mesir dan Asyur pada zaman sebelum pembuanganke Babylon, yaitu kerajaan Ptolomeus di Selatan dan Kerajaan Saleukia di Utara. Mungkin kedua kerajaan inilah yang dimaksudkan oleh Deutero_Zakharia. Oleh karena itu Deutero-Zakharia boleh jadi hidup kira-kira tahun 250 SM.
Fasal 9-11 dan fasal 12-14 merupakan dua kumpulan yang berdiri sendiri. Setiap kumpulan mulai dengan judulnya sendiri: “Ucapan ilahi”(fasal 9: 1; 12: 1). Fasal 9-11 pada umumnya bersifat “profetis-messianis.” Fasal 12-14 pada umumnya bersifat apokaliptis. Boleh jadi fasal-fasal terakhir ini berasal dari zaman Makkabi. Menurut bebrapa ahli, bagian ini adalah bagian tersendiri yang disebut “Trito-Zakharia.”
Isi dari kitab ini adalah sebagai berikut:
Fasal 1: Alamat (ayat 1).
Bangsa Iarael (Yehuda) dipanggil untuk bertobat.
Pasal 1: 7-6: 8: Delapan penglihatan.
Pasal 6; Zakharia diperintah oleh Allah untuk memahkotai Yosua dengan suatu mahkota yang terbuat dari emas dan perak.
Pasal 7-8: Ceritera tentang orang-orang yang datang kepada Zakharia dan menanyakan apakah masih perlu untuk diadakan hari puasa untuk peringaran jatuhnya Yerusalem. Zakharia mengatakan kepada mereka bahwa puasa sudah tidak perlu lagi.
Fasal 9-11: Deutero Zakharia.
Fasal 12-14: Trito-Zakharia.

c) Maleakhi
Kitab ini ditulis oleh nabi yang menyebut dirinya Maleakhi. Maleakhi dalam Septuaginta diterjemahkan dengan kata “Utusan-Ku.” Nabi ini tampil pada masa bait Allah selesai dibangun sesudah masa pembuangan di Babylon (sesudah tahun 513 SM. Akan tetapi dia bertindak sebagai nabi sebelum Ezra dan Nehemia (sebelum tahun 450 SM), sebab Maleakhi memprotes perkawinan campur yang ada pada masanya (persoalan besar).Perkawinan campur dilarang olehEzra dan Nehemia. Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa Maleakhi bertindak sebagai nabi Ezra dan Nehemia datang ke Yerusalem.
Nabi Maleakhi menitik-beratkan ajaran “kasih Yahwe terhadap Israel” yang dinyatakan dengan jatuhnya Edom. Meskipun demikian Israel masih kurang setia kepada Yahwe. Hal ini dinyatakan dengan sifat para imam yang kurang layak dan kurang setianya bangsa tersebut dalam hal perempuan dalam kehidupan perkawinan. Nabi Maleakhi juga memberitakan tentang “datangnya hari TUHAN” sebagai hari yang gelap bagi Israel.Di samping itu ia juga menubuatkan datangnya seorang utusan yang memberitakan kedatangan Tuhan sendiri. Utusan tersebut dipersan\makan dengan nabi Elia.
Kitab Maleakhi berisi:
Fasal 1: Alamat (ayat 1).
Tuhan membenci Esau, tetapi mengasihi Yakub. Para imam dipersalahkan arenamereka mempersembahkan binatang yang kurang baik kepada Yahwe.
Fasal 2: Protes melawan orang-orang yang menceraikan isteri-isterinya dan kawin dengan anak perempuan kafir (allah asing). Yahwe akan datang untuk mengadili semua orang yang jahat.
Fasal 3: bangsa itu dipanggil untuk bertobat. Allah akan menghukum orang fasik dan menyelamatkan orang benar.
Fasal 4: Hari TUHAN. Sebelum datangnya hari TUHAN, TUHAN akan mengutus nabi Elia.

c. Kitab-kitab (Ketubim).
Pada bagian ketiga dari Perjanjian Lama Ibrani terdapat beberapa kitab yang puitis dan histories, yang pada umumnya berasal dari masa sesudah pembuangan di Babylon.
Kecuali di dalam kitab Mazmur dan kitab Amsal Salomo saja dapat ditemukan beberapa bagian yang lebih kuno.
Bagian ketiga atau terakhir dari Perjanjian lama Ibrani ini disebut “Ketubim” (Kitab-kitab).

1) Mazmur
Kitab Mazmur merupakan bagian yang paling terkenal dari Perjanjian Lama. Kitab ini mempunyai arti yang besar bagi Gereja Kristen, baik di bidang liturginya maupun di bidang pembangunan rohani dan kehidupan pribadi Kristen. Di dalam mazmur-mazmur ini dapat ditemukan kesaksian pemberitaan tentang Yahwe dan Kerajaan-Nya di dalam kehidupan kepercayaan. Ada dua unsur yang sangat penting dalam kitab Mazmur, yaitu: Pujian kepada dan Kemuliaan Yahwe, dan perasaan persekutuan dengan Dia.
Orang Israel memakai mazmur ini sebagai nyanyian-nyanyian kultis di Bait Allah. Setelah masa pembuangan di Babylon beberapa paduan suara muncul dalam kultus yang biasanya menyanyikan mazmur-mazmur.
Beberapa mazmur yang terkumpul dalam kitab Mazmur dikarang dalam waktu yang berbeda-beda. Menurut Wellhausen sastera mazmur merupakan sastera yang muda. Meskipun demikian ada yang berpendapat bahwa di beberapa bagian mazmur ada astera-sastera yang kuno.
Dari segi waktu, mazmur-mazmur yang terhimpun dalam kitab Mazmur dapat dibagi sebagai berikut:
a) Mazmur-mazmur “praexilis”, misalnya mazmur 29.
b) Mazmur-mazmur “exilis”, misalnya mazmur 137.
c) Mazmur-mazmur “postexilis”, misalnya mazmur 150.
Kitab Mazmur secara keseluruhan selesai ditulis pada sebelum tahun 100 SM. Karena kitab Mazmur ini telah dikenal dalam kitab Yesus Sirakh dan kitab I Makkabe yang telah selesai ditulis pada tahun 100 SM.
Penulis mazmur-mazmur seringkali dialamatkan pada Daud., sebab Daud dikenal sebagai seorang penyair. Dalam mazmur-mazmur ini nama Daud disebut 73 kali.
Kalau Daud atau orng lain disebut sebagai penulis mazmur-mazmur, hal ini tidak berarti merekalah penulisnya. Sebab bisa terjadi orang lain yang menulis kitab Mazmur tetapi memakai nama Daud atau orang-orang tertentu , supaya namanya dapat diterima dan diakui oleh pembaca.
Mazmur berjenis-jenis, yaitu:
a) Mazmur Pujian
Contohnya: Mazmur 33, 65, 67, 68, 96, 98, 100, 102, 104, 105, 117 dan 145-150.
b) Mazmur Ucapan syukur.
Mazmur ini ada dua macam, yaitu:
(1)Yang bersifat umum (dinyanyikan oleh jemaat). Misalnya Mazmur 67, 124, 135.
(2) Yang bersifat pribadi (dipakai oleh seorang saja). Misalnya Mazmur 9, 18, 32, 107, 116.
c) Mazmur yang memuji Yahwe sebagai Raja. Misalnya Mazmur 47, 93, 96-99.
d) Mazmur Raja Israel. Misalnya: Mazmur 2, 18, 20, 21, 45, 72, 110, 132.
e) Mazmur Ratapan:
Yang bersifat pribadi, misalnya Mazmur 3, 6, 13, 22, 25, 36, 39, 42, 43, 51, 61, 63, 86, 102, 130, 140-143.
Yang bersifat umum, misalnya Mazmur 44, 74, 79, 80, 83.
f) Mazmur Ziarah. Misalnya Mazmur 120-134.
g) Mazmur mengenai sejarah Israel (di sini dinyanyikan peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Israel. Misalnya Mazmur 78, 95, 105, 108, 114.
h) Mazmur taurat (mazmur yang memuji Taurat). Misalnya Mazmur 19: 8 dst., 119.
i) Mazmur kemenangan. Contohnya Mazmur 18, 46, 66, 76.
j) Mazmur Berkat dan Kutuk. Misalnya mazmur: 1, 28, 134, 137.

2) Ayub
Kitab Ayub berisi 42 fasal. Tetapi bagian aslinya hanya dua setengah fasal, yaitu fasal 1, 2 dan fasal 42: 7-17; sedang selebihnya merupakan tambahan, yaitu fasal 3-42: 6 yang ditulis dalam bentuk puisi dan berisikan pembicaraan antara Ayub dengan kawan-kawannya (Elifas, Bildad, Zofar dan Elihu. Tampaknya cerita mengenai Ayub merupakan cerita yang sangat kuno, kemudian seorang penulis memakai cerita ini untuk menjelaskan atau menyampaikan pikiran-pikirannya.
Berdasarkan bahasa yang dipakai di dalam kitab Ayub, para ahli pada umumnya berkesimpulan bahwa kitab ini berasal dari zaman yang muda, meskipun pelukisan situasi masyarakat di mana Ayub hidup menggambarkan tata-cara hidup yang kuno. Pada umumnya para ahli berpendapat bahwa kitab Ayub ditulis antara tahun 400-300 SM.
Kitab Ayub merupakan Sastera Hikmah (Hikmat), oleh karena itu kitab tersebut tidak mempunyai hubungan dengan sejarah Israel.
Thema kitab Ayub adalah “Persoalan penderitaan manusia yang saleh,” yaitu mengapa orang yang baik atau saleh itu harus menderita? Pada umumnya dalam kepercayaan orang Yehuda dan di dalam sastera hokmah (hikmah) Yehuda terdapat konsepsi dasar bahwa Allah menghukum orang yang bersalah dan fasik, sehingga mereka menderita, sedangkan Allah menyayangi orang yang benar dan saleh.
Dengan menonjolkan tokoh Ayub ini penulis ingin menyatakan bahwa kepercayaan oang Yehuda tersebut tidak selamanya benar, sebab dalam kenyataan sehari-hari banyak orang yang benar yang selalu menurut kehendak Allah, tetapi mereka menderita. Dalam diskusi antara Ayub dengan kawan-kawannya penulis ingin mencari jawaban terhadap persoalan tersebut, tetapi penulis sendiri tidak dapat menemukan jawabannya. Akhirnya dia berkesimpulan bahwa semuanya tergantung kehendak Allah yang terlalu tingi bagi jangkauan pengertian manusia.
Kitab Ayub berisi:
Fasal 1-2 : Sidang ilahi.
Setan mencoba Ayub, meskipun demikian Ayub tetap setia pada Allah.
Fasal 3-27 : Perdebatan antara Ayub dengan kawan-kawannya (Elifas, Zofar dan Bildad). Menurut kawan-kawannya Ayub menderita karena dosa-dosanya.
Fasal 28-31: Hikmaht (hokmah) dipuji.
Ayub membela diri bahwa dia tidak bersalah.
Fasal 32-37: Elihu, kawan yang keempat, muncul dengan mengatakan bahwa selain Allah dapat memberi penderitaan, agar orang yang berdosa itu bertobat, maka Allah juga dapat memberi penderitaan kepada orang saleh untuk memberi cobaan bagi mereka.
Fasal 38-42: 6: Allah sendiri yang datang dan menjawab: Aku adalah pencipta segala sesuatu, maka Aku terlalu besar untuk dimengerti oleh manusia. Kemudian Ayub mengaku bahwa dia adalah orang kecil saja yang memang tidak dapat mengerti kebesaran Allah.
Fasal 42: 7-14: Allah mengatakan bahwa kawan-kawannya tidak benar, dan Ayub mendapatkan kembali kesehatan, kekayaan dan kebahagiannya.

3) Amsal
Kitab Amsal merupakan kitab yang termasuk dalam kumpulan “sastera hokmah” (hikmat) di dalam Perjanjian Lama, bersama-sama dengan kitab Ayub dan Alkhatib (Pengkhotbah). Kitab Ayub dan Pengkhotbah merupakan hasil karya seorang penulis tertentu, tetapi kitab Amsal merupakan kumpulan sastera yang mewakili hikmat tradisional.
Di dalam kitab Amsal kita dapati kebijaksanaan ruhani Israel dan pengaruh kebijaksanaan Mesir. Sastera ini juga bersifat pedagogis (penulis sering menyebut pembacanya “anakku” atau “hai anak.”
Kitab Amsal berlatar-belakang sifat internasional dan religius-etis. Allah selalu berada di pusat pemikiran. Kitab ini juga bersifat “eudemonistis” yaitu “semua yang berguna adalah baik.”
Pada umumnya sastera hokmah, termasuk kitab Amsal, tidak berkaitan dengan sejarah Israel. Di sini tidak dibicarakan mengenai perbuatn-perbuatan besar Allah dalam sejarah Israel. Yang dipentingkan dalam kitab ini adalah bagaimana orang dapat hidup sebagai orang yang baik dan saleh menurut kehendak Allah.
Berdasarkan I Raja 4: 29 dst, Salomo adalah seorang raja yang bijaksana, dari dia berasal 3000 amsal. Salomo kawin dengan seorang puteri dari istana Mesir. Mungkin dia dipengaruhi oleh kebijaksanaan Mesir. Ada kemungkinan beberapa amsal (mulai dari fasal 10 dst.) memang berasal dari Salomo sendiri atau dari masa Salomo.
Pada umumnya para ahli berpendapat bahwa Amsal berasal dari masa sesudah pembuangan di Babylon. Tetapi ada beberapa fasal (misalnya fasal 10-29) yang berasal dari zaman sebelum pembuangan di Babylon.
Pendahuluan kitab Amsal (fasal 1-9) berasal dari masa yang muda, sebab dipengaruhi oleh nabi-nabi besar seperti Yeremia, Deutero-Yesaya, dan khususnya Deuteronomium. Fasal-fasal tersebut tampaknya berasal dari masa sesudah pembuangan di Babylon.
Kesimpulannya kumpulan seluruh kitab Amsal pastilah ada sesudah masa pembuangan di Babylon, yaitu sekitar abad ke-5 dan ke-4 SM.

Kitab Amsal terdiri dari tujuh bagian.
Bagian pertama (fasal 1-9) berisi: Pendahuluan.
Panggilan kepada anak-anak muda supaya mencari kebijaksanaan. Fasal 5-7: Pemuda harus menghindarkan diri dari pelacuran. Fasal 8-9: Kebijaksanaan digambarkan sebagai suatu yang preexisten. Kebijaksanaan ini dipersonifikasikan sebagai seorang manusia yang duduk di pangkuan Allah.
Bagian kedua (fasal 10-22: 16).
Di sini terdapat 375 amsal yang pendek dan tidak mempunyai hubungan satu sama lain. Yang penting di sini adalah pengalaman orang yang bijaksana, soleh, ataupun yang fasik.
Bagian ketiga (fasal 22: 17-24: 34).
Dua kumpulan amsal yang berasal dari perkataan orang-orang yang berhikmat.
Bagian keempat (fasal 25-29).
Amsal-amsal Salomo yang dikumpulkan oleh Hizkia.
Bagian kelima (fasal 30).
Beberapa perkataan Agur bin Yake, seorang yang bijaksana.
Bagian keenam (fasal 31: 1-9).
Beberapa amsal untuk Lemuel, raja Masa (suatu suku Arab). Beberapa amsal ini diajarkan oleh ibunya kepadanya.
Bagian ketujuh (fasal 31: 10-31).
Sebuah nyanyian pujian alfabetis untuk seorang isteri yang cakap.

Lima Megillot (Gulungan-gulungan).
Dalam Alkitab Ibrani setelah kitab Amsal terdapat lima kitab kecil, yaitu: Rut, Kidung Agung (Syir’ulAsyar), Pengkhotbah (Alkhatib), Ratapan (Nudub Yeremia) dan Ester. Beberapa kitab ini disebut “Lima Megillot” dan dibaca pada hari-hari pesta tertentu di dalam Synagoge. Kitab Kidung Agung dibaca pada saat pesta Paskah (pesta memperingati kelepasan dari mesir); kitab Rut dibaca pada saat pesta Pentakosta (peringatan diberikannya hukum Allah di Sinai); kitab Pengkhotbah dibaca pada saat pesta Pondok Daun (pesta memperingati perjalanan di padang gurun); kitab Nudub Yeremia (Ratapan) dibaca pada saat hari peringatan jatuhnya kota Yerusalem serta runtuhnya Bait Allah (hari yang kesembilan di bulan Ab); dan kitab Ester dibaca pada saat pesta Purim (pesta memperingati keselamatan orang yehuda dari rencana jahat Haman).
Kitab-kitab ini (berbentuk gulungan-gulungan ) dan kitab Taurat sampai sekarang masih dibaca di dalam Synagoge. Kumpulan kitab-kitab ini (Lima Megillot”) tergantung dari pemakaian synagogal-liturgis (pemakaiannya dalam liturgy synagogue). Kitab-kitab ini terdapat pada sebelum bagian akhir “Ketubim”. Ini berarti bahwa kitab-kitab tersebut berasal dari masa yang muda. Di dalam Septuaginta dan terjemahan-terjemahan lain, kitab-kitab ini terletak di tempat lain. Misalnya kitab Rut terletak di belakang kitab Hakin-hakim, sehingga hubungan histories dan liturgis antara kitab –kitab ini menjadi hilang.

4) Rut
Kitab Rut termasuk salah satu dari Lima Megillot dan dibaca pada saat pesta Pentakosta (pesta memperingati pemberian Taurat di Sinai). Pesta Pentakosta semula merupakan pesta pertanian, dan dalam kiatab Rut pertanian memang merupakan salah satu unsure yang penting.
Maksud kitab Rut ditulis adalah untuk memberi keterangan tentang keturunan Daud yang berasal dari seorang perempuan Moab. Hubungan antara orang Israel dan orang Moab kurang baik, hanya pada masa dulu ada hubungan persaudaraan antara kedua bangsa ini. Penulis kitab ini yang hidup pada masa sesudah pembuangan di Babylon, dengan sadar menghubungkan raja Daud dengan Rut (orang Moab) dengan maksud memprotes politik terhadap orang Moab yang menurut Ulangan dan Nehemia tidak boleh masuk ke dalam jemaat Yehuda.
Kitab ini mempunyai tendensi yang sama dengan kitab Yunus, yaitu protes terhadap partikularisme di Yehuda pada abad ke-5 SM. Dengan demikian kitab ini ditulis pada saat sesudah pembuangan di Babylon (kurang lebih pada akhir abad ke-6 atau abad ke-5 SM. Demikian juga aramisme (gaya bahasa Aram) dalam kitab tersebut menunjukkan kea rah itu, meskipun pada umumnya penulis memakai bahasa Ibrani yang baik.
Kitab Rut berisi:
Fasal 1 : Elimelekh, Naomi dan kedua anak laki-lakinya (Mahlon dan Kilyon) berangkat dari Betlehem ke Moab, karena ada musim kelaparan di Israel. Di Moab kedua anaknya kawin dengan wanita-wanita Moab, yaitu Orpa dan Rut. Elimelekh dan kedua anaknya meninggal dunia di Moab, sedangkan Rut dan Naomi kembali ke Betlehem.
Fasal 2 : Rut mencari gandum di kebun Boas (penebus Naomi).
Fasal 3 : Rut dan Boas di tempat pengirikan.
Fasal 4 : Boas menebus semua harta milik Elimelekh dan kawin dengan Rut. Boas menepati janjinya dan Rut memperoleh seorang anak laki-laki yang diberi nama Obed. Obed ini adalah bapa Isai, dan Isai adalah bapak Daud. Ayat 18-22 merupakan surat tambahan berupa silsilah Daud.

5) Kidung Agung (Syirul ‘Asyar).
Kitab Kidung Agung (Syirul ‘Asyar, Song of Songs) merupakan salah satu dari kumpulan Lima Megillot. Kitab ini biasa dibaca pada hari raya Paskah (pesta untuk memperingati kelepasan dari Mesir).
Di dalam kitab Kidung Agung terdapat beberapa nyanyian pesta perkawinan dalam nyanyian tersebut pengantin laki-laki memuji pengantin perempuan dan sebaliknya. Mereka bersama-sama memuji cinta-kasih. Pengantin laki-laki dan perempuan dihormati sebagai raja dan ratu, sebagaimana biasanya pada pesta perkawinan.
Beberapa nyanyian ini berasal dari waktu yang berbeda-beda. Ada beberapa nyanyian yang berasal dari zaman raja-raja, sedangkan yang lainnya berasal dari waktu yang lebih muda.
Kumpulan ini berasal dari zaman yang muda, dari aramisme dan beberapa kata yang diambil dari bahasa Persia dan Yunani (kira-kira pada tahun 300 SM).
Kitab Kidung Agung berisi:
Fasal 1 : Alamat (ayat 1).
Mempelai perempuan dan puteri-puteri Yerusalem . Mempelai perempuan dan mempelai laki-laki saling memuji.
Fasal 2 : Di pintu mempelai perempuan.
Fasal 3 : Impian mempelai perempuan. Iring-iringan mempelai.
Fasal 4 : Mempelai laki-laki memuji mempelai perempuan. Kedua mempelai saling menjaga.
Fasal 5 : Kerinduan mempelai perempuan. Mempelai perempuan memuji mempelai laki-laki dihadapan puteri-puteri.
Fasal 6 : Mempelai laki-laki memuji mempelai perempuan.
Fasal 7 : Kenikmatan cinta.
Fasal 8 : Cinta kuat seperti maut. Mempelai perempuan dan adiknya. Lebih bahagia dari pada Salomo. Kedua mempelai bersahut-sahutan.

6) Pengkhotbah (Alkhatib).
Di dalam Vulgata (terjemahan Alkitab dalam bahasa Latin) kitab ini dikenal dengan nama “Ecclesiastes” (ecclesia berarti gereja, ecclesiastes berarti pengkhotbah di dalam jemaat).
Di dalam bahasa Ibrani kitab ni disebut “Qohelet.” Kitab ini termasuk dalam sastera hokmah dan termasuk salah satu dari Lima Megillot. Kitab ini dibaca pada saat pesta Pondok Daun (pesta memperingati perjalanan di padang gurun).
Penulis kitab ini menyebut dirinya anak Daud (Salomo), meskipun penulis tidak menyebut nama Salomo. Tetapi berdasarkan penelitian kitab ini ditulis oleh Salomo, tetapi dari seseorang yang hidup beberapa abad setelah zaman raja ini. Karena bahasa yang dipakai dipengaruhi oleh bahasa Aram dan Yunani. Tampaknya kitab ini ditulis pada masa setelah masa pembuangan di Babylon (kira-kira tahun 250 SM). Penulis menamakan dirinya dengan raja Salomo, sebab raja ini menurut I Raja-raja 3,4,10 adalah seorang raja yang bijaksana dan penyair beberapa amsal.
Di dalam kitab ini terdapat unsur-unsur yang berasal dari hokmah Mesir dan dari filsafat Yunani (misalnya Heraclitus). Tampaknya penulis hidup di dalam suasana hellenis. Hal itu tampak di dalam beberapa graecisme (corak dan gaya Bahasa Yunani) dalam kitab ini. Barangkali dia adalah seorang Yahudi yang tinggal di Mesir. Oleh karena itu penulis terpengaruh Mesir dan hellenis di dalam kitab ini. Tetapi mungkin juga dia hidup di Palestina, sebab sejak tahun 330 SM. Palestina diperintah oleh orang Yunani dan sesudah tahun 300 SM oleh orang Yunani dan Mesir.
Kitab Pengkhotbah berisi:
Fasal 1 : Alamat (ayat 1).
Penulis menerangkan thema kitabnya: “Semuanya di dunia ini sia-sia saja.” Penulis berbicara mengenai penyelidikan tentang tujuan segala sesuatu, tetapi hasilnya: semuanya sia-sia.
Fasal 2 : Menurut penyelidikan tersebut, segala kesenangan hidup adalah sia-sia saja. Oleh karena itu segala harta-benda harus diwariskan kepada orang lain. Segala sesuatu terjadi pada waktunya, dan manusia tidak berkuasa sedikitpun untuk menentukan nasibnya.
Fasal 3 : Ada banyak ketidak-adilan yang terjadi di atas bumi ini.
Fasal 4 : Orang yang berusaha secara sendirian adalah sia-sia juga. Begitu pula usaha pemimpin-pemimpin yang mencari dukungan rakyatnya adalah sia-sia. Perkataan-perkataan yang muluk-muluk, semuanya sia-sia belaka.
Fasal 5 : Segala kekayaanpun sia-sia juga.
Fasal 7 : Hikmat memang berguna, tetapi sukar dicapai.
Fasal 8 : Nasehat: “manusia sebaiknya mematuhi perintah raja.” Pimpinan Allah tidak dapat dimengerti, sebab orang saleh sering menderita, sedangkan orang fasik sering hidup bahagia.
Fasal 9 : Akhirnya orang benar dan orang fasik adalajh sama saja nasibnya, yaitu semuanya akan mati. Ada beberapa amsal yang tidak berkaitan dengan tema ini, misalnya ayat 13 -10: 20.
Fasal 11 : Kesimpulan yang pertama: “Walaupun nasib manusia tidak dapat diubah, namun ia terpanggil untuk tetap bekerja dengan rajin.” Kesimpulan kedua: “Justru karena hidup manusia adalah sia-sia maka sebaiknya manusia mengingat Allah pada masa mudanya.”
Fsal 12 : Kata-kata Penutup. Tema diulangi sekali lagi dan ditambah dengan suatu tambahan yang berasal dari orang lain.

7) Ratapan (Nudub Yeremia)
Kitab Ratapan termasuk salah satu dari Lima Megillot dan dibaca pada hari peringatan jatuhnya kota Yerusalem pada tahun 587 SM. Selanjutnya dalam perkembangannya kitab ini juga dibaca dalam peringatan jatuhnya Yerusalem pada tahun 70. Jatuhnya Yerusalem dan runtuhnya Bait Allah diterima dan diakui oleh bangsa Yehuda sebagai hukuman Allah terhadap dosa mereka.
Kitab ini berisi nyanyian-nyanyian ratapan yang dimulai dengan kata “echo” yang berarti “wahai” (ah). Di dalam kitab ini terdapat lima buah nyanyian ratapan tentang jatuhnya Yerusalem pada tahun 587 SM. Berarti kitab ini ditulis setelah jatuhnya Yerusalem. Tetapi kitab ini tidak menyinggung kelepasan dari Babylon, berarti ditulis sebelum tahun 538 SM. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nyanyian-nyanyian ini ditulis antara tahun 587-538 SM atau pada masa pembuangan di Babylon. Tampaknya kitab ini tidak ditulis oleh orang Yehuda yang ditawan di Babylon, tetapi oleh orang Yehuda yang tetap tinggal di tanah airnya sendiri, yaitu di Yehuda.
Tampaknya nyanyian ini ditulis sesudah jatuhnya Yerusalem. Beberapa ayat berisi kenang-kenangan penyaksi mata peristiwa jatuhnya Yerusalem tersebut. Nyanyian-nyanyian ini berasal dari beberapa penyair kemudian dikumpulkan dalam sebuah kitab.
Kitab Ratapan berisi:
Fasal 1 : Nyanyian ratapan tentang Yerusalem yang sudah jatuh. Nyanyian-nyanyian tersebut ditulis dalambentuk alphabetis.
Fasal 2 : Nyanyian ratapan mengenai Yerusalem yang sudah jatuh. Nyanyian-nyanyian ini juga ditulis dalam bentuk alphabetis.
Fasal 3 : Nyanyian ratapan yang bersifat perorangan (individual), di sini penyair memikirkan nasibnya yang malang dalam bentuk alphabetis.
Fasal 4 :Isinya hamper sama dengan fasal 2. Ada kemungkinan fasal iniditulis oleh penyair yang sama.
Fasal 5 : Nyanyian ratapan entang keadaan orang-orang yang masih tinggal di Yerusaleme sudah jatuhnya kota tersebut.

8) Ester
Kitab Ester juga termasuk salah satu dari Lima Megillot. Kitab ini biasa dibaca pada saat pesta Purim yang diselenggarakan pada tanggal 14-15 Adar, yaitu bulan terakhir dari tahun Yahudi (pada bulan Februari).
Kitab Ester berisi cerita tentang asal-usul hari pesta Purim. Cerita ini mengisahkan kehidupan orang Yahudi pada masa raja Ahasyweros (Xerxes, 485-465 SM) di Persia. Raja tersebut dipengaruhi oleh seorang pegawai tinggi yang bernama Haman. Dia berencana ingin menghancurkan semua orang Yahudi yang berada di Persia pada suatu hari yang telah ditetapkan(hari “Pur”, tanggal 13 Adar.
Haman diganggu oleh seorang Yahudi yang bernama Mordekhai dan anak asuhannya Ester yang menjadi ratu sesudah ratu Wasti ditolak. Oleh karena itu rencana Haman tidak terlaksana dan dia sendiri dihukum mati dan disulakan pada tiang yang didirikannya bagi Mordekhai.
Orang Yahudi yang telah terlindung dari bahaya pembantaian lalu merayakan pesta kelepasan mereka, yaitu “Pesta Purim” pada tanggal 14-15.
Kitab ini tidak disebut di dalam kitab Apokrif, Yesus Sirach dan I Makkabe. Ini berarti bahwa kitab Ester baru dikenal pada masa yang muda di dalam dunia Yahudi barat.
Pesta Purim barulah disebut di dalam kitab II Makkabe 15: 36. Berarti barulah pada abad ke-1 SM pesta ini dirayakan di Palestina. Bagian terakhir kitab ini (fasal 9: 20-32) adalah fasal tambahan pada masa yang muda. Meskipun kitab ini sangat popular tetapi ada keberatan dari pihak pemimpin rohani Yahudi untuk menerimanya di dalam kanon, terutama karena nama Allah tidak terdapat di dalamnya. Kitab ini baru diterima sebagai kanon pada Sinode Yamnia (tahun 100 M).
Kitab Ester berisi:
Fasal 1 : Raja Ahasyweros menceraikan isterinya (ratu Wasti).
Fasal 2 : Ester, seorang gadis Yahudi, menggantikan Wasti sebagai ratu. Kemudian Mardekhai, saudara sepupu Ester, menyelamatkan raja dari suatu makar.
Fasal 3 : Haman berniat membunuh semua orang Yahudi yang ada di kerajaan Persia.
Fasal 4-5 : Karena desakan Mordekhai, Ester bersedia menolong bangsanya dan menyelamatkan mereka dari rencana Haman. Haman menyediakan tiang sula untuk Mordekhai.
Fasal 6 : rencana Haman gagal, sebab raja menghormati Mordekhai karena jasa-jasanya dalam menyelamatkan raja.
Fasal 7 : Ester menuduh Haman di depan raja karena niatnya untuk membunuh semua orang Yahudi. Atas perintah raja, Haman dihukum sula dan semua orang Yahudi diberi izin untuk membela diri dari musuh-musuhnya.
Fasal 9 : Kata penutup dan keterangan tentang pesta Purim

9) Daniel
Kitab Daniel di dalam Alkitab Ibrani termasuk dalam Ketubim, sedang menurut terjemahan Yunan (Septuaginta) dan terjemahan Indonesia kitab ini termasuk kitab Nabi-nabi. Berdasarkan isi kitab ini Daniel hidup pada masa pembuangan di Babylon.
Dia tertawan dan diangkut ke pembuangan pada tahun 587 SM. Dia mendapat kepercayaan dari raja Nebukadnezar, sehingga diadiangkat menjadi pejabat penting dalam kerajaannya. Tetapi kitab ini ditulis pada masa perang Makkabe (168-161 SM) dengan maksud untuk membuat berani dan menghibur hati orang Yahudi yang ikut perang Makkabe tersebut. Yang kedua, kitab ini mempunyai tendensi apokaliptis, khususnya dalam penglihatan-penglihatan Daniel. Di dalam penglihatan-penglihatan tersebut dititik-beratkan kepemimpinan Allah dalam sejarah dunia dan kedatangan Kerajaan Almasih.
Kitab ini mempunyai dua bagian besar. Bagian yang pertama adalah bagian histories (fasal 1-6), sedang bagian yang kedua adalah bagian visioner (fasal 7-12).
Dalam kitab Daniel dipakai dua bahasa, yaitu bahasa Ibrani (fasal 1: 1-2; 4a dan fasal 8-12), dan bahasa Aram (fasal 2: 4b-7). Tampaknya semula dua bagian (bagian yang berhasa Ibrani dan Aram) merupakan dua kitab yang berdiri sendiri. Berdasarkan fasal 8: 14; 9: 2; 12: 11 dst., maka dapatlah disimpulkan bahwa kitab ini ditulis kira-kira tahun 166 SM. Daniel yang menulis kitab ini tidak dapat disamakan dengan Daniel yang terdapat dalam kitab Yehezkiel (fasal 14: 14; 28: 3). Daniel yang menulis kitab ini adalah seorang dari masa dahulukala. Boleh jadi dia orang sama yang disebut di dalam naskah Ugarit, yaitu raja Daniel

Kitab Daniel berisi:
Fasal 1-6 : Ceritera mengenai Daniel dengan bentuk “dia” (orang ketiga).
Fasal 7-12 : Khayalan-khayalan yang dilihat Daniel yang ditulis dalam bentuk “aku” (orang pertama).
Bagian pertama (fasal 1-6) berisi:
Fasal 1 :Daniel menjadi pelayan dalam istana.
Fasal 2 : Mimpi Nebukadneer tentang sebuah patung yang benar.
Fasal 3 : Tiga teman Daniel (Sadrakh, Mesakh, Abednigo) dalam perapian yang menyala-nyala.
Fasal 4 : Nebukadnesar menjadi gila, akhirnya ia sembuh kembali dan memuji Allah.
Fasal 5 : Daniel menerangkan tulisan yang kelihatan di dinding istana kepada raja terakhir dari Babilon (Belsyazar) yang pada saat itu sedang berpesta-pora dengan mempergunakan perkakas.
Fasal 6 : Daniel di gua singa,
Bagian kedua (fasal 7-12): Penglihatan-penglihatan apokaliptis.
Fasal 7 : Penglihatan tentang empat binatang: Asyur, Babel, Prsia dan Yunani. Kemudian langit terbuka dan di atas sebuah takhta duduk “Yang lanjut Usiaanya” itu dan dikelilingi oleh takhta-takhta kecil di mana ia akan menghakimi bangsa-bangsa. Tiba-tiba datanglah dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia (Kerajaan Allah= Israel) dan mengalahkan keempat binatang tersebut.
Fasal 8 : Penglihatan tentang kambing jantan yang mengalahkan domba jantan (Yunani-Alexander mengalahkan Persia).
Fasal 9 : Penglihatan tentang Malaikat Gabriel dan tentang waktu tujuh puluh tahun yang disebut dalam kitab Yeremia (fasal 25: 11-12 dan 29: 10, yang dengannya Yeremia meramalkan bahwa pembuangan ke Babylon akan berlangsung selama tujuh puluh tahun). Malaikat Gabriel mengartikan masa 70 tahun tersebut adalah 70 x 7 masa, yaitu 490 masa. Jadi maksudnya sesudah 490 masa jatuhnya Yerusalem. Kerajaan Allah akan datang.
Fasal 10-12 : Penglihatan tentang semua yang akan dialami bangsa yahudi sesudah jaman Koresey (Cyrus).

I, II Tawarikh dan Ezra-Nehemia.
Pada mulanya kitab-kitab I, II Tawarikh, Ezra dan Nehemia merupakan satu kitab saja dengan Tawarikh sebagai bagian yang pertama dan Ezra-Nehemia sebagai bagian yang kedua. Hal ini terbukti dengan ayat-ayat yang terakhir dalam I, II Tawarikh (fasal 36: 22 dst.) identik dengan ayat-ayat yang pertama dalam kitab Ezra (fasal 1: 1-3a).
Kitab Ezra dan Nehemia pada mulanya merupakan satu kitab. Hal itu terlihat misalnya pada Septuaginta dan Vulgata. Septuaginta menyebut kedua kitab ini Ezra II (I Ezra adalah kitab Apokrif yang dalam Vulgata disebut Ezra III), sedangkan Vulgata menyebut Ezra sebagai “Ezra I” dan Nehemia disebut dengan istilah “Ezra II.”

10) Ezra
Ezra adalah seorang Yahudi yang tinggal di Persia di mana dia diangkat sebagai pegawai tingi raja Persia yang bernama Artazerxes I Longimanus (465-424 SM). Dia adalah seorang imam yang berasal dari keturunan kaum Harun. Gelar resminya adalah imam dan ahli taurat Allah semesta langit. Dia diutus ke yerusalem untuk memeriksa dan memperbaiki keadaan di Yerusalem dan Yehuda dengan berpedoman hukum Allah. Ketika dia tiba di Yerusalem dia dikonfrontir atau diperhadapkan dengan perkawinan-perkawinan campuran. Oleh karena itu dia mengambil tindalkan dengan melarang perkawinan-perkawinan tersebut dan dengan politiknya dia memperkuat isolemen atau pemencilan bangsa Yehuda.
Ezra pergi ke Yerusalem pada tahun ke-7 masa pemerintahan Artaxerxes. Bila raja ini adalah Artaxerxes I,maka Ezra tiba di Yerusalem pada tahun 457 SM. Ada juga kemungkinan Ezra tiba di Yerusalem pada masa pemerintahan Artaxerxes II (404-358 SM) jadi pada tahun 398 SM.
Kitab Ezra sebagaimana kitab Daniel ditulis dalam dua bahasa, yaitu bahasa Ibrani dan bahasa Aram. Fasal 4: 8-6: 18 dan fasal 7: 12-26 ditulis dalam bahasa Aram. Penulis tampaknya memakai beberapa dokumen milik Ezra sendiri (fasal 7: 27-9: 25) dan beberapa daftar (misalnya fasal 2 dan fasal 10: 20 dst.). Sisa kitab ini berisi beberapa cerita tentang kedatangan-kembali pertama kali orang-orang Yehuda dari Babylon, pembangunan Bait Allah, kedatangan kembali Ezra dan pekerjaannya di Yerusalem.
Pekerjaan ezra penting sekali. Boleh jadi ia membawa ke Yerusalem Torah yang baru selesai ditulis dan menyelamatkan bangsanya dari bahaya sinkretisme dan percampuran dengan orang Samaria. Dengan demikian partikularisme yang kuat merupakan konsekwensi pekerjaannya.
Kitab Ezra berisi:
Fasal1 : Orang Yehuda kembali ke yerusalem.
Fasal 2 : Daftar nama-nama orang yang kembali ke Yerusalem.
Fasal 3 : Pembangunan mezbah dan dasar Bait Suci yang baru.
Fasal 4 : Kesulitan-kesulitandalam pembangunan Bait Suci.
Fasal 5-6 : Pembangunan dilanjutkan lagi setelah pertentangan-pertentangan diakhiri.
Fasal 7-8 : Ezra diperintahkan ke Yerusalem oleh raja Artaxerxes untuk memperbaiki kebaktian dalam Bait Allah.
Fasal 9-10 : Tindakan-tindakan Ezra melawan perkawinan campur.

11) Nehemia
Kitab Nehemia merupakan kelanjutan kitab Ezra. Kitab ini merupakan akhir sejarah yang terdapat di dalam kiatb tawarikh dan Ezra-Nehemia. Sebagian besar isi dari kitab ini merupakan peringatan-peringatan Nehemia yang ditulis dalam bentuk “aku” atau (orang pertama). Bagian yang pertama dari kitab ini berasal dari tahun 444-433 SM dan fasal 13 berasal dari tahun 432 SM atau sesudahnya.
Daftar yang tercantum dalam fasal 7: 6 dan seterusnya identik dengan daftar yang terdapat dalam Ezra 2. Dari beberapa peringatan Nehemiia ada tercantum dalam Ezra fasal 8 dst., fasal 10 dst. Fasal 8 dst. menceritakan bahwa Ezra membacakan hukum Allah kepada bangsanya, dan bangsanya menerima hukum tersebut. Pembacaan initerjadi pada hari tahun baru, yaitu hari pertama pada bulan yang ketujuh (Nehemia 8: 3).Hukum yang dibacakan pada bangsanya itu adalah Taurat. Fasal 10 menceritakan tentang sutu kontrak antara Nehemia dengan penduduk Yerusalem. Isi kontrak tersebut terdapat di dalam Nehemia 13. Kontrak ini berasal dari tahun 432 SM atau sesudahnya.
Ezra khususnya bekerja di bidang kerohanian, sedang Nahemia bekerja di bidang politis. Dia telah mengorganisir secara politis pusat-agama orang Yahudi yang ada di diaspora di seluruh dunia. Ia juga membangun tembok-tembok Yerusalemyang memberi garansi bagi kebebasan-rohani terhadap bangsa-bangsa yang tinggal di Palestina.
Kitab Nehemia berisi:
Fasal 1-2 : Nehemia diperintahkan ke Yerusalem oleh Artaxerxes untuk membangun tembok-tembok kota tersebut dan memeriksa keadaan sekitar Yerusalem.
Fasal 3 : Nehemia memperbaiki tembok-tembok Yerusalem.
Fasal 4 : Kesulitan terhadap bangsa-bangsa dan pembesar-pembesar di sekitar Yerusalem.
Fasal 5 : Tindakan-tindakan perlindungan oleh Nehemia terhadap orang miskin.
Fasal 6 : Tembok-tembok Yerusalem selesai diperbaiki.
Fasal 7 : Daftar nama orang-orang yang pulang dari pembuangan (hampir sama dengan daftar yang terdapat dalam Ezra 2).
Fasal 8 : Torah (Panteteukh dibacaka oleh Ezra di hadapan umat.
Fasal 9 : Orang Israel berpuasa dan mengaku dosa.
Fasal 10 : Bangsa Israel berjanji akan hidup menurut Torah.
Fasal 11 : Pengaturan penduduk Yerusalemdan daerah sekitarnya.
Fasal 12 : Daftar imam-imam dan orang-orang Lewi.
- Tembok kota Yerusalem ditahbiskan.
- Persembahan dan sumbangan diatur.
Fasal 13 : Tindakan-tindakan, agar peraturan-peraturan tidak dilanggar.

12) Tawarikh
Septuaginta menyebut kitab Tawarikh sebagai “Paraleipomena” yang dalam terjemahan bebas berarti “yang belum diceritakan.” Tampaknya Septuaginta memandang kitab tawarikh sebagai kelanjutan dari kitab Raja-Raja. Boleh jadi pengarang kitab Tawarikh mempunyai maksud yang sama dengan pandangan Septuaginta. Meskipun demikian yang paling penting, penulis ingin menjelaskan bahwa jemaat di Yerusalem, sesudah masa pembuangan di Babylon adalah persekutuan umat Allah, umat yang diperbaharui.
Penulis kitab ini memulai ceritanya dengan pekerjaan Daud yang menurut perasaannya adalah pelopor persekutuan Israel sebagai persekutuan bangsa dan kultus. Dalam ceritanya mengenai Daud dititik-beratkan pekerjaannya di bidang kultis dan rencananya membangun Bait Allah. Salomo juga dianggap raja yang sangat penting, sebab dia membangun Bait Allah. Mengenai dosa terhadap kedua raja ini penulis tidak bercerita apapun. Perpecahan dengan Israel Utara setelah raja Salomo meninggal, dipandang sebagai dosa Kerajaan Utara melwan agama benar di Yerusalem (II Tawarikh 11: 13-17).Penulis tidak menceritakan sesuatupun tentang raja-raja Kerajaan Utara, sedangkan raja-raja Yehuda dihargai berdasarkan sifta mereka terhadap hukum Tuhan. Kitab ini diakhiri dengan cerita tentang jatuhnya Yerusalem pada tahun 587 SM, kemudian dilanjutkan oleh Ezra-Nehemia dengan sejarah pembangunan kembali Israel baru setelah masa pembuangan di Babylon.
Waktu penulisan kitab Tawarikh dan Ezra-Nehemia dapat dianalisis sebagai berikut. Peristiwa terakhir yang disinggung dalam kitab ini ialah kunjungan yang kedua Nehemia ke Yerusalem. Berdasarkan kesaksian kitab Nehemia (5: 14) perjalanan tersebut dilakukan pada tahun ke-23 masa pemerintahan Artaxerxes 1. Darisejarah umum diketahui bahwa Artaxerxes I memerintah pada tahun465-423 SM. Jadi perjalanan kedua berlangsung kira-kira pada tahun 433 SM. Berdasarkan perkiraan tersebut maka kitab ini selesai ditulis kurang lebih pada tahun 432 SM.
Di dalam I Tawarikh 3: 19-24 terdapat suatu daftar nama lima generasi setelah Zerubabel. Ini memberi kesan pada kita bahwa penulis tampaknya mengenal lima generasi setelah Zerubabel. Zerubabel hidup sekitar tahun 520 SM. Kalau rata-rata satu generasi hidup kira-kira selama 25 tahun , maka limagenerasi kira-kira selama 125 tahun (5x25).Kalau perhitungan in benar maka dapalah disimpulkan bahwa kitab-kitab ini selesai ditulis kira –kira tahun 400 SM.
Kitab Tawarikh dapat dibagi menjadi empat bagian besar, yaitu:
Bagian pertama (I Tawarikh 1-9) berisi sejarah, dari Adam sampai kepada Daud, di dalam bentuk daftar keturunan.
Bagian kedua (I Tawarikh 10-29) zaman pemerintahan Daud
Bagian ketiga II Tawarikh 1-9) zaman pmerintahan raja Salomol
Bagian keempat 10-36) Sejarah kerajaan Yehuda, dari kematian Salomo sampai kepada jatuhnya Yerusalem (Blommendaal, 1988: 9-177).

B. Perjanjian Baru
Perjanjian Baru (PB) terdiri dari 27 kitab. Bahasa asli Perjanjian Baru ialah bahasa Yunani. Gaya bahasa di dalam tulisan Perjanjian Baru bermacam-macam. Ada kitab yang gaya bahasanya kurang baik (misalnya: Kitab Wahyu), ada yang terlatih (misalnya: Kitab Lukas dan Kitab Ibrani), dan ada yang sederhana (misalnya: Markus).

































Injil yang empat (Matius, Markus, Lukas, dan Yahya) mendapat status sebagai Injil Kanonik sekitar tahun 170 M. Sebelum Injil yang empat ditulis di masyarakat Kristen awal sudah beredar surat-surat dari Paulus.
1. Nama-nama Kitab dalam perjanjian Baru
Nama-nama kitab di dalam Perjanjian Baru adalah sebagai berikut:
Matius (Mat).
Markus (Mrk).
Lukas (Luk).
Yohanes (Yoh).
Kisah Para Rasul (Kis).
Roma (Rm).
1 Korintus (1 Kor).
2 Korintus (2 Kor).
Galatia (Gal).
Efesus (Ef).
Filipi (Flp).
Kolose (Kol).
1 Tesalonika (1 Tes).
2 Tesalonika (2 Tes).
1 Timotius (1 Tim).
2 Timotius (2 Tim).
Titus (Tit).
Filemon (Film).
Ibrani (Ibr).
Yakobus (Yak).
1 Petrus (1 Ptr).
2 Petrus (2 Ptr).
1 Yohanes (1 Yoh).
2 Yohanes (2 Yoh).
3 Yohanes (3 Yoh).
Yudas (Yud).
Wahyu (Why).

2. Pembagian Perjanjian Baru
Perjanjian Baru yang terdiri dari 27 kitab ini dapat diklasifikasikan menjadi 4 golongan besar.
a. Injil-injil dan Kisah Para Rasul.
Injil-injil ini berisi kesaksian tentang perkataan dan perbuatan Yesus dimana di dalam Yesus kerajaan Allah telah datang, digenapi nubuat-nubuat Perjanjian Lama tentang Raja Abadi, Mesias yang dijanjikan. Dia diberi gelar Kristus (Christos dalam bahasa Yunani, yang berarti yang diurapi). “Christos” (bahasa Yunani) sama dengan “Masyiah” (bahasa Ibrani), sedang dalam bahasa Indonesia disebut “Messias”).
Adapun Kisah Para Rasul berisi tentang perkembangan kerajaan Allah sesudah Yesus naik ke sorga, sampai ke pusat dunia zaman itu (Roma).

b. Tiga Belas Surat Paulus dan Surat Ibrani.
Surat-surat Paulus menyertai dan membimbing perkembangan Gereja dan memberitakan Injil (Duyverman: 1975, 35). Ketiga belas surat Paulus ini adalah Surat Roma, I Korintus, II Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, I Tesalonika, II Tesalonika, I Timotius, II Timotius, Titus, dan Filemon (Walter: 2001, 12).
Sembilan dari Surat-surat Paulus ditujukan ke gereja-gereja dan empat buah ditujukan kepada perorangan. Kebanyakan dari surat-surat tersebut menguraikan masalah-masalah yang timbul di gereja (kecuali Surat Efesus). Ada beberapa surat yang bernada sangat akrab (Filipi dan II Korintus) dan yang lainnya mempunyai gaya yang lebih resmi dan mirip sebuah tesis, dan dalam unsur-unsur pokoknya (tidak termasuk pembukaan dan penutup yang biasanya bersifat pribadi) menunjukkan nada yang praktis. Mungkin Surat Roma merupakan contoh yang terkemuka dari jenis ini. Selanjutnya, isi surat-surat kiriman Paulus tersebut beraneka ragam dan juga gabungan antara bagian ajaran dengan bagian praktisnya seimbang (Walter: 2001, 14).
Surat Ibrani berbeda dengan surat-surat lainnya,tidak ditujukan kepada jemaat tertentu tetapi berupa uraian (Duyverman,1975: 35). Surat ini terutama membicarakan masalah penderitaan (sama dengan isi surat Yakobus dan I Petrus) (Walter, 2001: 14).

c. Ke-7 Surat Am.
Sering juga Surat Am disebut dengan Surat-surat Katolik Maksudnya surat-surat tersebut tidak ditujukan kepada jemaat tertentu seperti surat-surat Paulus, tetapi kepada gereja seluruhnya. Dalam bahasa Yunani –nya disebut dengan surat-surat “kath holen ten oikumenen,” artinya bagi seluruh bumi(Duyverman: 1975, 36).
Ke-7 Surat Am ini adalah Surat Yakobus, I Petrus, II Petrus, I Yohanes, II Yohane, III Yohanes, dan Yudas (Walter, 2001: 12).
Meskipun penulis surat-surat ini bermacam-macam, tetapi isinya dapat dikelompokkan menjadi dua judul utama. Pertama, beberapa surat yang terutama membicarakan masalah penderitaan (Yakobus dan I Petrus). Kedua, yang terutama membicarakan masalah ajaran palsu (I dan II Petrus, I, II, III Yohanes, dan Yudas) (Walter, 2001: 14).

d. Wahyu.
Kitab ini termasuk jenis kitab “eskhatologis” dan “apokaliptis,” yang menghibur jemaat dalam pengembaraannya di dunia ini. Kata “eskhatologis” berasal dari kata Yunani “ta eskala,” artinya hal ihwal yang akhir, dalam arti theologies khususnya ialah akhir zaman. Sedang kata “apokaliptis” berasal dari kata Yunani “apokalyptem” yang berarti membuka tudung, menyingkapkan: khususnya mengenai akhir zaman (Duyverman, 1975: 36).
Sebagaimana kitab nubuat Daniel dalam Perjanjian Lama, sebagian besar dari kitab Wahyu menguraikan penghukuman Allah pada akhir zaman terhadap “semua orang yang diam di atas bumi.” Di dalam kitab Wahyu klimaks penebusan digambarkan. Kata-kata Paulus yang pernah diucapkan sebelumnya bahwa rencana Allah ialah “mempersatukan di dalam Kristus . . . segala sesuatu” (Efesus 1: 10), telah menjadi kenyataan ketika Yohanes menulis “Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya” (Wahyu 11: 15). (Dunnet, 2001: 15).

3. Sumber Perjanjian Baru
Ada beberapa pendapat tentang sumber-sumber penulisan Perjanjian Baru:
a. Menurut orang-orang di zaman modern, sumber Injil ada dua, yaitu:
Pada zaman modern beberapa orang mulai mengerti bahwa setiap pengarang Injil, meskipun mengambil informasi yang ada pada pengarang lain, ia juga menyusun suatu riwayat menurut seleranya dan pandangan pribadinya. Oleh karena itu orang mulai memperhatikan kumpulan bahan-bahan hikayat, di satu pihak dalam tradisi lisan kelompok-kelompok asli, dan di lain pihak dalam sumber umum dalam bahasa Aramik yang mestinya ada, akan tetapi sampai sekarang belum ditemukan orang. Sumber yang tertulis ini mungkin merupakan suatu kumpulan yang utuh atau berupa bagian-bagian yang bermacam-macam yang dapat dipakai oleh setiap pengarang Injil untuk menulis Injilnya.

b. Menurut Holtzmann, Matius dan Lukas memakai sumber dari Markus dan dari suatu dokumen yang sekarang hilang. Selain itu Matius dan Lukas masing-masing memakai sumber sendiri. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:




Markus Dokumen bersama



Sumber khusus Matius Matius Lukas Sumber khusus Lukas

Teori di atas dikritik oleh O. Culmann sebagai berikut:
1) Karangan Markus yang dipakai oleh Lukas dan Matius tersebut belum tentu merupakan Injil Markus. Boleh jadi yang dianggap Injil Markus tersebut berupa karangan lain yang ditulis sebelumnya.
2) Teori tersebut mengabaikan tradisi lisan. Padahal tradisi lisan inilah yang memelihara kata-kata Yesus dan hikayat-hikayat kegiatannya selama 30 atau 40 tahun. Sesungguhnya setiap pengarang Injil itu hanya juru bicara masyarakat Kristen yang menentukan tradisi lisan.

c. Menurut R.P. Boismard, ada 4 (empat) dokumen yang merupakan sumber-sumber Injil. Dokumen tersebut dinamakan A, B, C, dan Q.
Dokumen A berasal darilingkungan Yahudi Kristen yang memberikan inspirasi kepada Matius dan Markus.
Dokumen B adalah reenterpretasi dokumen A yang dipakai dalam Gereja Pagan Kristen (Kafir-Kristen). Dokumen ini telah memberi inspirasi kepada semua penulis Injil, kecuali Matius.
Dokumen C telah memberi inpirasi kepada Markus , Lukas dan Yahya.
Dokumen Q merupakan bagian besar dari sumber bersama yang dipakai oleh Matius dan Lukas. Ini adalah dokumen bersama yang disebut dalam teori “dua sumber.”
Di antara 4 macam dokumen tersebut di atas tidak ada yang menjadi teks definitive yang dimiliki sekarang. Antara dokumen-dokumen tersebut dan redaksi terakhir ada redaki-redaksiantara yang dinamakan Matius intermedier, Markus intermedier, Proto Lukas dan Proto Yahya. Dokumen-dokumen antara tersebut akhirnya menjadi Injil yang empat, baik dengan memberi inspirasi kepada masing-masing Injil atau kepada lebih dari satu Injil.
Bagan dari teori di atas sebagai berikut:


Doc. Q Doc. A Doc. B Doc. C Doc. Q


Mt. Inter Mk.Inter

Proto Lukas

Yahya

Final Mt Final Mk Final Lukas


Final Yahya

Keterangan:
Mt. inter = Matius intermedier
Mk. Inter = Markus intermedier
Proto Lukas = Lukas intermedier
Yahya = Yahya intermedier
Final Mt = redaksi final Matius
Final Mk = redaksi final Markus
Final L = redaksi final Lukas
Final Y = redaksi final Yahya

e. Teori lain menyatakan bahwa sumber Injil pertama adalah Injil Matius yang sudah tersusun secara komplit pada abad-abad pertama Masehi. Sedang Markus mendapat inspirasi dari Matius yang ia ringkaskan. Sedang Lukas menggunakan Injil Marus dan Matius (Bucaille, 1979: 118-123).

4. Injil Sinopsis.
Synopsis berasal dari kata Yunani yang berarti “dengan satu mata.” Hal ini karena: Pertama, ketiganya memberikan lukisan serupa mengenai Yesus. Artinya: mereka memandang Yesus dengan “satu mata.” Kedua, bahannya begitu serupa hingga mungkin menempatkan cerita-cerita ketiganya secara pararel dalam kolom-kolom buku. Selanjutnya dapat dilihat “dengan satu mata” cerita yang sama seperti itu diceritakan oleh penulis masing-masing dengan kata-kata yang hampir sama (Wainwright, 1980: 95). Secara istilah Injil synopsis berarti Injil-injil yang mempunyai banyak cerita yang sama, persamaan bahasa, susunan kalimat, bahkan ada yang sampai kepada kata-kata yang sama. Injil synopsis ini adalah Injil Matius, Markus dan Lukas (Duyverman, 1976: 36-37).
Di dalamnya ada:
- 330 ayat-ayat yang sama di ketiga Injil.
- 178 ayat-ayat yang sama dalam Injil Markus dan Matius.
- 100 ayat-ayat yang sama dalam Injil Markus dan Lukas.
- 230 ayat-ayat yang sama dalam Injil Matius dan Lukas (Bucaille, 1979: 119)
Contohnya:
- Cerita orang lumpuh disembuhkan, Matius pemungut cukai pengikut Yesus, hal berpuasa disebutkan dalam Matius 9: 1-17; Markus 2: 1-22; Lukas 5: 17-39. Yesus memberkati anak-anak, orang-orang muda yang kaya (orang kaya sukar masuk kerajaan Allah) disebutkan di dalam Matius 19: 13-26; Markus 10: 13-27; Lukas 18: 15-27. Membayar pajak kepada Kaisar, pertanyaan orang Saduki tentang kebangkitan disebutkan di dalam Matius 22: 15-33; Markus 12: 13-27; Lukas 20: 20-40.
- Matius, Markus, Lukas menceritakan banyak peristiwa yang terjadi di luar Yerusalem, sedang minat Yohanes terutama hal-hal yang terjadi di dalam Yerusalem.
- Matius, markus dan Lukas hanya satu kali menyebut bahwa Yesus pergi ke Yerusalem, sedang Yohanes menyebutkan empat kali.
- Pembaptisan Yesus dan penetapan perjamuan kudus - kedua-duanya merupakan peristiwa yang sangatberarti- tidak diceritakan oleh Yohanes.
- Suasana Injil Yohanes berlainan sekali dengan suasana Injil yang lain (Markus, Matius, dan Lukas).
Berdasarkan beberapa persamaan di atas ada dugaan:
a.Ada satu sumber tulisan-tulisan yang dipergunakan atau dengan kata lain yang dijiplak.
Pengarang-pengarang masa kuno punya kaidah-kaidah yang berbeda dengan pengarang modern. Mereka sering menyalin sebagian besar dari karangan orang lain tanpa menyebut sumbernya dan merekapun punya kebebasan untuk mengubah isinya di mana diras perlu.
Di sini ada beberapa kemungkinan:
i. Markus, Matius dan Lukas ditulis secara sendiri-sendiri, atau
ii. Markus dikarang lebih dahulu, baru dipergunakan sebagai sumber oleh Matius, akhirnya Lukas mengambil pula karangan Matius sebagai dasar, atau
iii. Markus menjadi dasar untuk Matius dan Lukas, yang mengarang Injil-injil mereka tanpa saling mempengaruhi, atau
iv. Markus merupakan petikan dari Matius dan Lukas?

b.Injil Markus dikarang lebih dahulu. Selanjutnya Injil Matius dan Lukas ditulis kemudian lepas satu sama lain. Keduanya (Matius dan Lukas) mengambil sumber baik Injil Markus (terutama untuk ajaran-ajaran) maupun sumber lain (Q). Di samping itu masing-masing Injil (Markus, Matius, dan Lukas) masih mengambil bahan-bahan khas yang diambil dari tradisi yang tersiar dalam gereja (Duyverman, 1976: 36-41).

5. Salinan-salinan Perjanjian Baru.
Perjanjian Baru yang asli (autografon/ naskahnya) sudah tidak ada. Yang ada tinggal salinan-salinan atau turunan saja.
Salinan-salinan Perjanjian Baru yang ditemukan kurang lebih ada 5 ribu buah. Sejumlah salinan ini terdiri dari kurang lebih 60 buah Perjanjian Baru yang utuh (seluruhnya) dan lainnya berupa bagian-bagian kecil dan bagian-bagian besar dari Perjanjian Baru (tidak utuh).
Bahan-bahan salinan Perjanjian Baru dapat berupa papyrus (kertas yang dibuat dari bahan ilalang) dan perkamen (kulit yang sudah diolah sampai halus sekali). Bahan-bahan dari papyrus lebih tua umurnya dari pada perkamen. Tetapi bahan-bahan dari papyrus cepat rusak, sedang bahan dari perkamen lebih awet.

a. Salinan-salinan Papyrus (symbol “P”).
Bahan-bahan salinan dari papyrus ada antara abad ke-1 M sampai dengan abad ke-4 M. Bahan-bahan tersebut antara lain:
P 52 berasal kurang lebih th. 125 M (paling tua) berisi Yoh. 18: 31, 33, 37, 38.
P 45 berasal dari abad ke-3M, berisi bagian-bagian dari ke-4 Injil dan Kisah Rasul-rasul.
P 46 berasal dari abad ke-2 M, berisi Surat-surat Paulus sampai dengan 1 Tesalonika, ditambah dengan Ibrani 1, 2.
P 47 berasal dari akhir abad ke-3 M, berisi Wahyu 6-17
P 66 berasal dari abad ke-2 M, berisi Injil Yohanes dikurangi beberapa bagian.
P 72 berasal dari abad ke-3 M atau 4 M, berisi salinan tertua Surat-surat Yudas, 1dan 2 Petrus. Cirinya sesuai dengan text Mesir.
P 75 berasal dari permulaan abad ke-3 M, berisi bagian-bagian dari Injil Lukas dan Yohanes. Ciri-cirinya sesuai dengan text Mesir.



































































b. Salian-salinan dari Perkamen (abad ke-3 M).
Pada abad ke-3 sampai dengan ke-10 M salinan-salinan perkamen ditulis dengan huruf besar yang disebut dengan Salinan Majuskel. Salinan ini diberi tanda-tanda huruf besar aksara Romawi dan Ibrani, misalnya ABCD.
Pada kira-kira abad ke-9 M mulailah salinan-salinan ditulis dengan tulisan yang lebih kecil dan yang lebih berhubung-hubungan yang disebut dengan Minuskel. Minuskel biasa diberi tanda dengan angka-angka, misalnya 1, 13, 100, dst. Minuskel kurang dihargai selaku bahan bukti dalam ilmu salinan. Sekarang paraahli sudah lebih hati-hati, sebab mereka telah memperhatikan alasan bahwa mungkin “ayah” dari sebuah Minuskel berupa sebuah salinan yang tua sekali.
Beberapa salinan yang terpenting dari perkamen adalah:
1) B (Codex Vaticanus).
Salianan ini disebut Codex Vaticanus sebab disempan di Vatican (istana Paus). Salinan ini diterbitkan kira-kira abad ke-4 M, boleh jadi di Iskandaria tempatnya. Isinya adalah seluruh Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sampai Ibrani 9: 14, ditambah dengan Surat-surat Katolik (sebelum surat-surat Paulus). Salinan ini pada umumnya dianggap sebagai salinan yang terbaik. Meskipun ada aibnya, sebab salinan tersebut sampai kepada generasi sekarang dengan beberapa kali perubahan dan pembetulan. Padahal perbaikan tersebut seringkali mengakibatkan perubahan yang menyimpang dari pada bunyi nas yang sebenarnya.

2) Alef (Codex Sinaiticus).
Salinan ini disebut Codex Sinaiticus karena tersimpan (boleh jadi terlupakan) di Biara St. Catharina di pegunungan Sinai. Naskah tersebut ditemukan oleh ahli bangsa Jerman yang bernama Tischendort. Pada tahun 1844 barulah ia menemukan sebagaian saja dalam sebuah keranjang di antara kertas-kertas tua yang mau dibakar. Selanjutnya baru pada tahun 1859 ia menemukan seluruhnya, lalu diberikan kepada Tsar Rusia. Pemerintah Inggris berhasil membelinya pada tahun 1933 dari pemerintah Uni Sovyet dengan harga f 100.000.
Tampaknya codex ini ditulis pada abad ke-4 M di Iskandaria, boleh jadi tidak lama setelah B (Codex Vaticanus) ditulis. Tetapi mutu codex ini tidak begitu tinggi, sebab penyalinnya kurang cakap, sehingga kesalahannya lebih banyak. Codex inipun dikoreksi beberapa kali pada abad-abad berikutnya. Codex ini mempunyai ciri text Mesir, tetapikadang juga mirip kepada text Barat. Codex ini berisi Perjanjian Lama sebagian, PerjanjianBaru seluruhnya, ditambah dengan Kitab-kitab Barnabas dan Gembala Hermas.

3) C (Codex Ephrahemi Rescriptus).
Codex ini memberi contoh dari yang biasanya disebut “palimpsest.” Sering terjadi suatu karangan dihapus (mungkin karena perkamen mahal), karena kurang dihargai atau karena tintanya sudah luntur, lalu di atas bekas kartangan yang lama ditulis karangan lain (“rescriptus”). Hal yang sama terjadipada codex ini, di atas bekas tulisan Perjanjian Baru (yang lain sudah hilang) disalin karangan seorang ahli theologia Siria yang bernama Efraim. Dengan susah payah tulisan lama itu dihidupkan pula sehingga menjadi bahan bukti yang berharga. Masa terbit codex ini kira-kira pada abad ke-5.

4) D : terdiri dari dua codex, yaitu Bezae (nama pemiliknya pada abad Reformasi, Beza dari Geneva) dan Claromontanus. Yang pertama memuat Injil-injil dan Kisah Rasul-rasul, yang kedua surat-surat Paulus. Kedua-duanyamerupakan yang lazim disebut diglot (berbahasa dua). Di sebelah kiri tercantum bahasa Yunani, sedang di sebelah kanan berbahasa Romawi. Yang satu bukan merupakan terjemahan yang lain, namun di berbagai tempat penyalin sudah menyelaraskan kedua-duannya. Waktu terbit dan tempat asal codex ini tidak dapat dipastikan. Diduga pada abad ke-6 M atau ke-5 M.

5) W (Codex Freer).
Codex ini juga merupakan salinan yangtua sekali. Isinya keempat Injil. Diduga berasal dari abad ke-5 atau ke-4,mungkin di Mesir. Coraknya hampir seperti D.

6) A (Codex Alexanrianus).
Dinamakan Codex Alexandrianus sebab lama tersimpan di kota Alexandria. Dari sana dibawa ke kota Istambul, dan pada tahun 1627 dihadiahkan kepada Charles I, Raja Inggris. Codex ini berasal dari abad ke-6atau ke-5.
Mutunya pada umumnya kurang dari pada codices yang sudah disebut di atas. Tetapi ada beberapa sebab, sehingga dianggap penting juga, misalnya naskah tentang Wahyu dapat dianggap naskah yang paling baik di antara codex-codex lainnya.

6. Terjemahan Perjanjian Baru.
Perjanjian Baru yang aslinya berbahasa Yunani, karena kepentingan penyiaran ajaran Kristen ke seluruh dunia, kemudian diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Contoh dari berbagai terjemahan tersebut antara lain:

a. Diatessaron.
Diatessaron merupakan terjemahan keempat Injil ke dalam bahasa Siria oleh Tatianus pada tahun 170 M.

b. Vetus Syra.
Vetus Syra (tandanya: Sy) merupakan terjemahan keempat Injil pada akhir abad ke-2. Terjemahan ini dipengaruhi oleh Diatessaron dan mempunyai cirri text Barat. Yang masih tersimpan ada dua salinan dari abad ke-4 dan ke-5.

c. Pesjitto.
Pesjitto berasal dari abad ke-5. Boleh jadi ini bukan terjemahan baru, tetapi saduran dari Vetus Syra berdasarkan text Yunani.Di dalamnya tidak terdapat 2 Petrus, Yudas, 2-3 Yohanes, Wahyu. Pada permulaan abad ke-6 masih dikerjakan saduran baru yang bernama Philoxiana yang mirip dengan text Koine. Satu abad kemudian dibuat pula saduran baru bernama Harklensis, yang di samping mempergunakan text Koine juga text Barat.
Sifatnya lebih merupakan terjemahan hurufiah dan di dalamnya tercantum keterangan-keterangan tentang berbagai salinan.

d. Itala.
Mulai akhir abad kedua, timbullah terjemahan-terjemahan Latin di beberapa daerah di sebelah Barat kerajaan Romawi (Afrika Utara, Perancis Selatan, dll).


































Terjemahan-terjemahan ini sangat berlainan sedemikian rupa sehingga misalnya Agustinus mengeluh dengan “banyaknya penerjemah” dan “perbedaan yang tak terhingga.” Sekarang golongan ini biasanya diberi nama Itala (tandanya: it); golongan yang timbul dai Afrika- Utara menjadi saksi yang kuat untuk text Barat.
Melihat keruwetan yang telah terjadi dalam bidang ini, maka Paus Damasus menyuruh Hierronimus mengerjakan suatu terjemahan yang baru dari Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama (selesai tahun 405). Lama-kelamaan terjemahan ini dipergunakan di seluruh gereja Barat. Oleh sebab itu terjemahan ini disebut Vulgata (tandanya: vg) artinya “yang am.”

e. Terjemahan lama dalam bahasa yang lain.
Beberapa terjemahan lain yang digunakan oleh ahli-ahli ilmu salinan : dalam dua jenis bahasa Mesir (Sahidi = sa dan Bohairi= bo; salinan dari abad ke-3 dan ke-4 M) dalam bahasa Armenia, Ethiopia dan Arabia, dan akhirnya dalam bahasa Gothis (Duyverman, 1976: 18-28).

7. Isi Ringkas Perjanjian Baru.
Mengenai isi ringkas Perjanjian Baru pada fasal ini disarikan dari buku New Testament Survey , terjemahan bahasa Indonesia Pengantar Perjanjian Baru, karangan Walter M. Dunnett, Ph.D sbb:

a. Injil Matius
Penulis :
Penulis Injil ini adalah Matius salah seorang dari murid-murid Kristus yang semula. Dia menulis buku pertama di Perjanjian Baru. Sebelum dipanggil untuk mengikuti Kristus, dia bernama Lewi dan bekerja sebagai pemungut cukai di Palestina (9: 9,10; Markus 2: 14, 15).

Tujuan dan Isi:
Injil ini oleh Matius ditujukan terutama kepada para pembaca Yahudi. Injil ini menampilkan Yesus sebagai Mesias, Raja orang Yahudi. Hal ini dapat dilihat dalam bagian-bagian seperti silsilah Yesus (1: 1-17); kunjungan orang Majusi (2: 1-12); Yesus dielu-elukan di Yerusalem (21: 5); penghakiman bangsa-bangsa (25: 31-46); dan seperti kitab-kitab Injil yang lain, tulisan yang terpampang di atas kayu salib (27: 37). Di samping itu, dalam kitab Injil Matius ini banyak diceritakan tentang “kerajaan sorga.” Ungkapan ini hanya dipakai oleh Matius saja.
Kitab Matius juga menghubungkan Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru. Matius mengaitkan nubuat-nubuat tentang kedatangan Mesias dengan penggenapannya dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Matius sering menunjuk atau mengutip kata-kata para nabi dan mengaitkannya dengan Oknum yang menjadi pokok kitabnya. Beberapa bagian yang sangat penting adalah 1: 22; 2: 15, 17, 23; 4: 14; 8: 17; 12: 17; 13: 35; 21: 4; 26: 54, 56; 27: 9. Matius seakan-akan pada mulanya memperhatikan Perjanjian Lama yang mengatakan: “Dia akan datang,” kemudian dia menyampaikan beritanya sendiri dengan mengatakan: “Dia sudah ada !”
Isi Injil Matius secara ringkas sbb:
I. Memperkenalkan Raja :(1: 14; 11)
II. Tuntutan-tuntutan Raja: (4: 12-7: 29).
III. Jasa baik Raja ( 8: 1-11: 1).
IV. Program Raja (11: 2-13: 53).
V. Takdir Raja ( 13: 53-19: 2).
VI. Masalah-masalah Raja (19: 3-28; 15).
VII. Kematian dan Kebangkitan Raja ( 26: 3-28: 15).
VIII. Pengutusan Akhir oleh Raja ( 29: 16-20).

b. Injil Markus
Penulis:
Penulis Injil ini adalah Markus. Dia bukan murid Kristus yang mula-mula sebagaimana Matius, tetapi seorang penduduk kota Yerusalem (Kisah Para Rasul 12: 12), seorang rekan Simon Petrus (I Petrus 5: 13) dan sepupu Barnabas (Kolose 4: 10) rekan terdekat Rasul Paulus dan rasul-rasul di Yerusalem. Oleh karena itu hubungannya dengan para rasul cukup erat sehingga dia tahu tentang riwayat hidup Kristus dan kegiatan-kegiatan kelompok Kristen yang mula-mula.
Pada tahun 112 M, Papias menyebut Markus sebagai “juru bahasa Petrus,” Suatu perbandingan tentang khotbah Petrus di Kisah Para Rasul 10: 36-43 dengan Injil Markus menunjukkan bahwa khotbah Petrus merupakan garis besar riwayat Kristus yang diceritakan dengan lebih terperinci dalam Injil Markus.

Tujuan dan Isi:
Markus terutama menujukan Injilnya kepada para pembaca Romawi. Dia menampilkan Yesus sebagai seorang Pekerja, Hamba Yehova. Menurut tradisi Markus menulis riwayat hidup Kristus di kota Roma. Ciri utama Kristus yang digambarkan dalam kitab ini ialah pekerjaan-Nya, tanda seorang hamba yang baik. Kata Yunani “eutheos”, yang diterjemahkan “saat ini juga,” “segera” atau “dengan segera,” muncul empat puluh dua kali dalam kitab ini. Berita ini tentu saja akan menarik bagi pembaca Romawi yang sibuk dan praktis.
Melihat tempat yang diberikan oleh Markus dalam karangannya,maka pekerjaan Kristus yang terpenting adalah kematian dan kebangkitan-Nya. Kira-kira 3/8 bagian dari Injil ini menguraikan tentang Minggu Penderitaan (minggu terakhir dalam hidup Kristus (11: 1-16: 18). Dalam suatu kisah kehidupan, hal ini sangat menyolok, dan dengan jelas menunjukkan segi apakah dalam kehidupan Yesus yang oleh penulis Injil (Markus) diangap sebagai soal yang paling luar biasa.

Isi Injil Markus secara ringkas:
Berdasarkan tema pekerjaan Kristus, garis besar riwayat hidupnya diuraikan sebagai rentetan perjalanan ketika Yesus menjalankan pelayanan-Nya. Dengan demikian, seseorang akan merasa terkesan oleh “kesibukan” yang terus-menerus dari hamba Yehova.
Isi Injil Markus sbb:
I. Pendahuluan (1: 1).
II. Kejadian Persiapan (1: 2-13).
III. Perjalanan pertama ke Galilea (1: 14-4: 34).
Mujizat dan perumpamaan
IV. Perjalanan keliling Dekapolis (4: 35-5: 43).
V. Perjalanan kedua keliling Galilea (6: 1-29).
VI. Mengundurkan diri ke padang gurun (6: 30-52).
VII.Perjalanan ketiga keliling Galilea (6: 53-7: 23).
VIII. Perjalanan keliling Derah Utara (7: 24-9: 29),
Perjalanan pertama tentang penderitaan-Nya (8: 31).
IX. Perjalanan keempat keliling Galilea (9: 30-50).
Pemberitaan kedua tentang penderitaan-Nya (9: 31).
X. Perjalanan keliling Perea dan Yudea (10:1-52).
Pemberitaan ketiga tentang penderitaan-Nya (10: 33, 34).
XI.Pelayanan di Yerusalem (11: 1-13: 37).
XII. Penderitaan dan Kebangkitan (14: 1-16: 20).

c. Injil Lukas
Penulis:
Penulis Injil ini ialah Lukas. Ia seorang tabib ( Kolose 4: 14), rekan Paulus (Filemon: 24), dan penulis dua Injil tentang riwayat hidup Kristus dan sejarah gereja mula-mula (Lukas, Kisah Para Rasul). Sejak lama Injilnya telah menjadi bacaan kegemaran orang Kristen maupun yang bukan Kristen, karena penyajiannya yang indah mengenai hidup yang tak bercela. Lukas sebagaimana Markus bukanlah murid Yesus yang mula-mula.

Tujuan dan Isi:
Lukas terutama menujukan Injilnya kepada para pembaca Yunani (orang-orang yang bukan yahudi). Dia menampilkan Yesus sebagai “Anak Manusia,” manusia yangideal. Karena bangsa Yunani sejak lama mendambakan “manusia yang sempurna,” karya Lukas dirancang untuk memenuhi permintaan tersebut. Beberapa bagian yang paling penting adalah cerita tentang kelahiran Kristus (1: 26-38; 2: 8-20); kesaksian Allah tentang Putra-nya (3: 21-22); pengumuman bahwa Yesus ialah Yang diurapi (4: 16-24); tugas Anak Manusia (19: 10). Bersamaan dengan bagian-bagian ini harus juga dipertimbangkan penekanan Lukas pada doa-doa Yesus; perumpamaan-perumpamaan-Nya yang tidak ada bandingannya (teristimewa 10: 30-37; 15: 1-32; 18: 9-14); cerita-cerita tentang kepentingan manusia (teristimewa 10: 30-37; 15: 1-32; 18: 9-14); cerita-cerita tentang kepentingan manusia (teristimewa 10: 38-42; 19: 1-10; 24: 13-35) di mana Yesus dengan cara yang ramah namun tegas bertindak terhadap orang-orang yang menarik; dan pentingnya Roh Kudus dalam hidup Kristus (1: 35; 3: 22; 4: 1, 18; 10: 21).
Beberapa contoh lainnya tentang jangkauan kitab ini ialah pengulangan ungkapan-ungkapan yang berkaitan dengan umat manusia. Dari permulaan sampai akhirnya, Lukas menunjukkan bahwa Injil (kabar baik Allah) ditujukan bagi semua orang (terutama 2: 10, 14, 32; 3:5; 9: 56;10: 33; 17: 16; 19: 10; 24: 47).

Isi ringkas Injil Lukas:
Garis besar isi Injil Lukas didasarkan pada paham Kristus sebagai “Anak Manusia.” Lukas melukiskan Kristus menjalankan pelayanan kepada orang-orang Palestina dengan maksud untuk memperluas pelayanan tersebut ke luar daerah Palestina (24: 47, bandingkan dengan Kisah Para Rasul 1: 8).
Adapun isi ringkasnya adalah sebagai berikut:
I. Kata Pendahuluan: Maksud dinyatakan (1: 1-4).
II. Persiapan Anak Manusia (1: 5-4: 13).
III. Pelayanan Anak Manusia di Galilea (4:14-9: 50).
IV. Pelayanan Anak Manusia di Perea (9:51-18: 30).
V. Pelayanan Anak Manusia di Yerusalem (18: 31-21: 38).
VI. Pelayanan Penderitaan Anak Manusia (22: 1-23: 56).
VII. Pelayanan Kebangkitan Anak Manusia (24: 1-53).

d. Injil Yohanes
Penulis:
Berdasarkan tradisi gereja yang ditetapkan sejak permulaan abad kedua, Injil yang keempat ini ditulisoleh rasul Yohanes, anak Zebedeus dan saudara Yakobus. Yohanes merupakan salah satu dari keduabelas murid Yesus dan akrab dengan Yesus. Dia dikenal sebagai murid yang dikasihi, yang banyak sekali disebut dalam kitab Injil ini (13: 23; 18: 15,16; 19: 26, 27).

Tujuan dan Isi:
Yohanes menujukan Injilnya dengan menekankan tiga kata penting: tanda, percaya dan hidup (20: 30, 31). Jika arti istilah-istilah ini dan pemakaiannya dalam Injil ini dimengerti dengan baik, maka pembaca memperoleh pengetahuan yan praktis akan isinya.
Kata “tanda-tanda” adalah istilah Yohanes bagi mujizat Yesus. Dengan istilah tersebut dia ingin menanamkan kesan kepada pembacanya tentang arti mujizat, dan terutamatentang kenyataan siapa Yesus itu sebenarnya. Semua tanda itu dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa Yesus adalah “Kristus, Anak Allah.” Dari sekian banyak tanda yang dilakukan Yesus, Yohanes hanya memilih 7 tanda untuk menunjukkan sifat Kristus. Setiap tanda tersebut mempunyai berita yang khusus, yaitu:
1) Air diubah menjadi anggur – kekuasaan yesus atas mutu.
2) Anak seorang pegawai istana disembuhkan – kekuasaan Yesus atas jarak.
3) Orang yang lumpuh disembuhkan – kekuasaan Yesus atas waktu.
4) Lima riu orang diberi makan – kekuasaan Yesus atas jumlah yang banyak.
5) Berjalan di atas air – kekuasaan Yesus atas hukum alam.
6) Orang buta disembuhkan – kekuasaan Yesus atas keadaan yang tidak berdaya.
7) Membangkitkan Lazarus dari antara orang mati – kekuasaan Yesus atas kematian.
Lima dari mujizat di atas hanyaterdapat di dalam Injil Yohanes. Pemberian makan lima ribu orang merupakan satu-satunya mujizat yang dicatat oleh semua penulis Injil; peristiwa berjalan di atas air terdapat juga di dalam Injil Matius dan Markus.
Selanjutnya kata “percaya” juga merupakan kata yang sering disebutdalam Injil Yohanes. Kata percaya disebut sebanyakkurang lebih 98 kali. Kata tersebut selalu dipakai dalam bentuk kata kerja dan tidak pernah dalam bentuk kata benda (yaitu: percaya bukan kepercayaan).Ini memberi kesan bahwa selalu ada sesuatu yang terjadi. Yohanes sedang mengajarkan arti percaya kepada Yesus tersebut tidak dengan memberi definisi kata percaya, tetapi dengan memberikan contoh-contoh. Kata tersebut dipakai untuk menunjukkan tanggapan orang terhadap Yesus. Jika mereka percaya kepada-Nya, mereka menjadi pengikut-Nya. Sebaliknya jika mereka tidak percaya kepada-Nya, mereka menentang-Nya. Bagaimanapun juga, setelah mereka berjumpa dengan Kristus, mereka tidak bisa netral.
Di samping itu kata “percaya” Yohanes memakai sejumlah kata sinonim untuk menjelaskan maksudnya. Misalnya kata “menerima” (1: 12), “minum” (4:14), “datang”(6: 35), “makan” (6: 51), “masuk” (10: 9). Semuakata tersebut dipakai dalam percakapan sehari-hari dan akan menjadi sangat berarti jika diterapkan pada hubungan rohaniah antara manusia dengan Kristus. Percaya kepada Yesus sama seperti menerima sebuah pemberian, minum air yang menyegarkan, masuk melalui pintu ke dalam kandang domba. Keperluan dipenuhi, dahaga dipuaskan, rasa lapar dikenyangkan.
Akhirnya kata “hidup” untuk menyatakan akibat dari percaya kepada Yesus. Menerima hidup berarti menjadi anak Allah dengan jalan dilahirkan dalam keluarga-Nya. Hal itu menjadi sifat ilahi yang diberikan kepada orang percaya. Tuhan Yesus berkata kepada Nikodemus, orang Farisi : “Jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah (3: 3). Kehidupan ini diuraikan sebagai hidup yang kekal (3: 15) dan oleh karena itu merupakan lawan dari keadaan mati rohaniah yangberarti dibinasakan (3: 16). Di samping itu pemberian tersebut akan dinyatakan di dalam diri orang yang menerimanya. Roh Kudus yang mengerjakan pembaharuan itu akan menjadi seperti sungai air hidup yang memancar dari dalam diri orang yang minum air hidup itu (7: 37-39). Dengan demikian hidup itu diberikan kepada orang-orang yang berada di sekeliling orang percaya itu,bagaikan tanah gersang yang diairi oleh sebatang sungai.
Dengan demikian Yohanes menyatakan tujuannya. Dengan menuliskan kisah Kristus, dia berusaha untuk membawa para pembacanya berhadapan muka dengan Oknum. Kata-kata dan pekerjaan Oknum tersebut menantang pria dan wanita untuk mengambil keputusan yang penting. Sejak awal hingga akhir Oknum tersebut (Yesus) dikemukakan sebagai Allah (1: 1; 20: 28). Namun Oknum tersebut telah datang dengan rupa manusia (1: 14) supaya Ia dapat menyerahkan nyawa-Nya bagi mereka yang diam dalam naungan kematian (12: 23, 24). Ia tidak saja mati,tetapi bangkit pula (fasal 20). Sebagai Tuhan yang hidup, Dia membangkitkan rasa pengabdian dan kesetiaan dalam diri pengikut-pengikut-Nya (21: 15-19).

Isi Injil Yohanes :
Secara ringkas isi InjilYohanes adalah sebagai berikut:
I. Kata Pendahuluan: Memperkenalkan Putra Allah(1:1-18).
II. Pelayanan umum Putra Allah (1: 19-12: 50).
A. Menghadapi perorangan (1: 19-4: 54).
B. Menghadapi orang banyak (5: 1-6: 71).
C. Pertentangan dengan orang banyak (7: 1-11: 53).
D. Pelayanan-Nya di depan umum mencapai klimaknya (11: 54-12: 50).
III. Pelayanan pribadi Putra Allah (13: 1-17: 26).
A. Perjamuanakhir (13: 1-30).
B. Percakapan terakhir (13: 31-16: 33).
C. Doa sebagai imam besar (17: 1-26).
IV. Pelayanan penderitaan Anak Allah (18: 1-19: 16).
A. Pengkhianatan dan pemeriksaan (18: 1-19: 16).
B. Penyaliban dan penguburan (19: 17-42).
C. Kebangkitan (20: 1-31).
V. Catatan tambahan: Himbauan terakhir dari PutraAllah (21: 1-25).

e. Kisah Para Rasul
Penulis:
Penulis Kisah Para Rasul adalah Lukas. Berdasarkan isi kitab tersebut dapatlah diketahui bahwa Lukas adalah rekan Paulus dan telah menyaksikan sendiri kejadian-kejadian yang ditulisnya. Bukti ini tampak dalam beberapa bagian ceritanya Lukas juga termasuk di dalamnya dengan memakai kata ganti orang pertama jamak “kami” (16: 10-17; 20: 5-21: 18; 21: 1-28: 16). Di samping pengalaman Lukas sendiri, dia juga sempat melakukan wawancara pribadi. Paulu telah menceritakan pelayanannya kepada orang bukanYahudi. Dari pemimpin-pemimpin di Yerusalem, Lukas dapat mengumpulkan sejumlah keterangan berharga tentang gereja Yerusalem. Hubungannya dengan Filipus di Kaisarea memberikan kesempatan untuk memperoleh pelayanan Filipus di Samaria.
Kitab ini merupakan kitab kedua Sejarah Kekristenan yang ditulis oleh Lukas.Tanpa kitab Kisah Para Rasul, tidak mungkin dapat diketahui seluk-beluk kehidupan Gereja yang mula-mula. Dari ketiga puluh tahun yang mula-mula, hanya dapat diketahui berdasarkan apa yang dikumpulkan dari surat-surat kiriman Perjanjian Baru.

Tujuan
Ada beberapa motif dalam penulisan Kitab ini, yaitu:
1) Motif yang berkaitan dengan sejarah.
Kisah Para Rasul ditulis untuk melanjutkan kisah yang dimulaidalam Injil Lukas (Lukas 1: 1-4; bandingkan dengan Kisah 1: 5). Kedua kitab ini (Injil Lukas dan Kisah Para Rasul) ditujukan kepada orang yang sama, yaitu Teofilus. Keduanya dihubungkan dengan anak kalimat “dalam bukuku yang pertama.” Kitab yang satu itu “tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus,” sedang yangkedua mencatat kelanjutan pelayanan itu oleh “rasul-rasul yang dipilih-Nya.”Selanjutnya bila dibandingkanantara Lukas (24: 44-53) dengan Kisah Para Rasul (1: 6-11), tampaklah bahwa keduanya membicarakan tentang kedatangan Roh Kudus, para murid sebagai saksi, dan kenaikan Tuhan Yesus ke surga.
Dengan demikian Lukas memberi kepada para pembacanya sejarah Kekristenan selama 60 atau 65 tahun yang pertama. Tiap-tiap karya penulisannya mencakup kira-kira 30tahun. Itu adalah cerita tentang kabar baik keselamatan, yang dimulai dari sebuah palungan di Bethlehem kemudian meluas sampai ke pusat Kekaisaran, kota Roma (bandingkan Filipus 4: 22). Cerita ini dimulai dengan kesaksian para gembala di padang di Yudea, dan berakhir dengan salam dari orang-orang kudus yang ada di istana Kaisar.

2) Motif yangberkaitan dengan Doktrin.
Sebagaimana di dalam Injilnya, di sini juga doktrin yang terutama ditekankan oleh Lukas ialah Oknum dan pekerjaan Roh Kudus. Banyak sekali petunjuk-petunjuk yang jelas berkaitan dengan Roh Kudus dalam Kisah Para Rasul, misalnya (1-11, 13, 15, 16, 19, 20, 21, dan 28). Dalam ucapan Tuhan Yesus terakhir sebelum kenaikan-Nya ke surga, Dia menjanjikan kepada para murid: “Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu,” dan penggenapan janji tersebut terlihat dengan jelas dalam Kisah Para Rasul. Roh Kuduslah yang menjadi daya penggerak dalam kesaksian dan pekerjaan mereka bagi kristus. Berkali-kali Yesus memenuhimereka (bandingkan 2: 4; 4: 8; 6: 5; 7: 55; 9: 17; 11: 24; 13: 9). Dalam berbagai keadaan di mana diperlukan disiplin (5: 3,4), hikmat (6: 3), atau pimpinan (16: 6, 7), Roh Kudus bekerja dalam diri orang percaya. Dengan kedatangan Roh Kudus maka bermacam-macam kelompok dipersatukan menjadi persekutuan yang besar, yaitu Gereja (orang Yahudi, fasal 2; orang Samaria, fasal 8; orang bukan Yahudi, fasal 10; beberapa murid Yohanes, fasal 19).

3) Motif yang berkaitan dengan Pembelaan.
Kisah Para Rasul dilihatdari satu sisi merupakan pembelaan terhadap kekristenan. Dinyatakanbahwa orang-orang percaya perlu membela (I Petrus 3: 15; Filipi 1: 18) dan berjuang bagi iman mereka (Yudas 3). Lukas menunjukkan kepada dunia bahwa dalam angkatan pertama, Gereja bukan sasaran penganiayaan yang resmi oleh pemerintah Romawi. Sering terjadi aniaya itu berasal dari bangsa Yahudi, tetapi tidak pernah dari orang-orang Romawi. Hal ini merupakan rekor yang luar biasa dan perlu ditandaskan ketika Paulus minta naik banding kepada Kaisar supaya perkataannya diperiksa dengan adil.
Dalam setiap urusan antara para rasul dengan para pejabat pemerintah Romawi, mereka diterima atau tidak dihiraukan,tetapi tidak pernah dianiaya. Hal ini dicatat oleh Lukas dalam beberapa bagian Kisah Para Rasul, misalnya Kisah 13, 16, 18, 19,21, 22, 24, 25, dan 31). Bila terjadi penganiayaan terhadap para rasul dan Gereja, maka itu datangnya dari orang-orang Yahudi, golongan mahkamah Agama atau oleh kelompok-kelompok yang selalu mengikuti Paulus ke manapun dia pergi (bandingkan fasal 4, 5, 7, 8, 16, 17, dan 18) dan ikatan tukang perak di Efesus (Kisah 19).

4) Motif yang berkaitan dengan Biografi.
Dari beberapa orang yang menarik dan penting yang ditulis di dalam kitab Kisah Para Rasul, Paulus dan Petruslah yang diberi tempat utama oleh Lukas. Penulisannya sebagian besar berpusat pada kegiatan-kegiatanmereka. Petrus mengisibagian terbesar dari fasal 1-12, sedang paulus dari fasal 13-28.
Dapatlah dikatakan bahwa periode awal Gereja merupakan kisah kedua tokoh ini. Gereja Yerusalem dalam beberapa tahun permulaan dipimpin oleh Petrus. Bahkan usaha penginjilan yang mula-mula ke daerah-daerah sekitarnya, seperti Samaria (fasal 8) dan Kaisarea (fasal 10) adalah pekerjaan Petrus. Adapun pelayanan pemberitaan Injil ke daerah-daerah bukan Yahudi, dari Siria sampai ke Roma, terutama dilakukan oleh Paulus. Di propinsi-propinsi yang besar, seperti Galatia, Makedonia, Akhaya, dan Asia dia mendirikan gereja-gereja dan menetapkan mereka dalam iman mereka yang baru.
Di samping Paulus dan Petrus bekerja juga sejumlah orang yang terkenal, seperti Stefanus (fasal 6,7); Filipus, pemberita Injil (fasal 8); Barnabas (fasal 4,9,11,13,15); Yohanes Markus (fasal 12,13, 15); Silas (fasal 15,16,17); Timotius (fasal 16,17); Akwila dan Priskila (fasal 18); Apolos (fasal 18,19). Beberapa di antaranya dan ada beberapa orang lain lagi muncul dalam surat kiriman Paulus juga, di mana mereka disebut sebagai kawan dekatnya.
Di kitab ini Lukas ingin menjelaskan orang-orang macam apakah yang secara aktif bertanggung jawab pada pertumbuhan dan perluasan Gereja. Dengan demikian surat-surat kiriman menjadi lebih terang bagi pembaca karena gambaran-gambaran biografis yang diberikannya.

Isi ringkas Kisah Para Rasul
I.Pendahuluan: Tugas kerasulan diberikan (1: 1-11).
II. Injil di Yerusalem: Asal mula (1: 12-8: 3).
A.Pelayanan Petrus (1: 12-5: 42)
B.Pelayanan Stefanus (6: 1-8: 3).
III.Injil di Samaria dan Tudea: Peralihan (8: 4-11: 18).
A.Pelayanan Filipus (8: 4-40).
B.Pelayanan Saulus dimulai (9: 1-31).
C. Pelayanan Petrus berakhir (9: 32-11: 18).
IV. Injil ke ujung bumi: Perluasan (11: 19-21: 14).
A. Pelayanan Barnabas (11: 19-12: 25).
B. Pelayanan Rasul Paulus (13: 1-21: 14).
1. Perjalanan yang pertama (13: 1-14: 28).
2. Persidangan di Yerusalem (15: 1-35).
3. Perjalanan yang kedua (15: 36-18: 22).
4. Perjalanan yang ketiga (18: 23-21: 14).
V. Injil di Kaisarea dan Roma: Penawanan (21: 15-28: 29).
A. Paulus ditawan di Yerusalam (21: 15-23: 10).
B. Paulus sebagai seorang tawanan di Kaisarea (23: 11-26: 32).
C. paulus sebagai seorang tawanan di Roma (27: 1-28: 29).
VI. Penutup Tugas kerasulan diselesaikan (28: 30,31).

f. Surat-surat Kiriman Paulus.
Paulus adalah seorang Yahudi tulen. Faktor Yahudi inilah menjadi faktor utama untuk dapat dimengerti perangai dan kegiatannya. Dia dilahirkan dalam keluarga Yahudi di Tarsus, propinsi Kilikia, dan karenanya dia selama bertahun-tahun terkenal dengan nama Saulus dari Tarsus. Ia seorang Farisi, demikian juga ayahnya (Kisah Para Rasul 23: 6), berbicara bahasa Aram (“orang Ibrani asli”), dia diajar membuat tenda pada masa mudanya (Kisah Para Rasul 23: 6). Dia berasal dari suku Benyamin (Filipi 3: 5). Berdasarkan sejarah suku Benyamin adalah suku yang berjiwa pejuang. Tampaknya Paulus mempunyai semangat yang amat besar dalam semua usahanya, terutama sekali dalam penganiayaan terhadap Gereja (Galatia 1: 13). Pada usia muda dia pergi ke Yerusalem, berdasarkan kesaksian dala Kisah Para Rasul, dia belajar di bawah pimpinan Rabi Gamaliel I yang terkenal, guru utama pada sekolah Hilel (lihat Kisah Para Rasul 22: 3). Berdasarkan kata-katanya sendiri di surat Galatia, dapat diketahui bahwa Saulus “jauh lebih maju” dari banyak temannya (1: 14).
Sebelum bertobat, Saulus berusaha membasmi Gereja. Permulaan usaha Saulus untuk membasmi Gereja bertepatan dengan pembunuhan Stefanus (Kisah Para Rasul 7: 58-8: 3). Saulus tidak saja menganiaya . . . “laki-laki dan perempuan” di Yerusalem, tetapi dengan surat kuasa Imam Besar (Yusuf Kayafas), dia pergi ke kota-kota lain untuk melaksanakan tugasnya (Kisah Para Rasul 26:10,11). Dalam perjalanan dinas seperti itulah Saulus bertemu dengan Yesus dan bertobat secara luar biasa. Sebelumnya dia menyangkal pernyataan orang Kristen bahwa Yesus adalah Mesias, Putra Allah. Selanjutnya dia juga tidak percaya bahwa Yesus telah bangkit dari antara orang mati sebagaimana dinyatakan oleh Stefanus ketika ia berseru, “Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah” (Kisah 7: 56). “Pendusta,” teriak orang banyak itu dan mereka mulai melemparinya dengan batu. Saulus berdiri di sana dan “setuju bahwa Stefanus mati dibunuh.” Tetapi ketika Tuhan Yesus berbicara kepada Saulus pada hari bersejarah di luar kota Damsyik, tahulah Paulus (Saulus) bahwa Stefanuslah yang benar, sedang dia yang keliru. Bagaimanapun juga Yesus hidup. Lagi pula Dialah Putra Allah. Demikianlah di rumah ibadat di Damsyik Saulus memberitakan Kristus sebagai Juruselamat. Dia tinggal beberapa lama di Arab dan Damsyik sebelum kunjungan pertamanya ke Yerusalem (Galatia 1: 16-19). Selanjutnya dia kembali ke kampong halamannya dan tentang kegiatannya selama delapan sampai sepuluh tahun itu hanya sedikit saja yang diketahui. Singkat cerita, akhirnya Paulus dengan tegas menyatakan bahwa Kristus telah menunjuknya sebagai seorang rasul dan menyatakan Injil kepadanya “supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi” (Galatia 1: 1-20).
Paulus berkebudayaan Yunani. Dia tidak saja dibesarkan dalam salah satu pusat pengetahuan Yunani yang utama, tetapi dia menunjukkan mengenal alam pikiran Yunani. Sebagai cendekiawan dia mengenal banyak ungkapan yang umum dipakai oleh penulis-penulis kuno maupun yang sezaman dengannya (Kisah 17: 28; Titus 1: 12). Dia juga mempunyai “pandangan yang luas.” Dia tidak seperti orang-orang udik, karena dia dapat menulis, “Bagi semua orang, aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin menenangkan beberapa orang dari antara mereka” (I Korintus 9: 22). Karena latar belakang seperti itu, dia sangat cocok untuk memberitakan Yesus Kristus kepada orang-orang bukan Yahudi.
Pekerjaan Paulus sebagai utusan Injil dimulai ketika dia diminta oleh Barnabas untuk ikut dengannya ke Antiokhia di Siria. Selanjutnya selama dua puluh tahun dia menjalankan pelayanannya yang luas. Mulai dari Antiokhia (Kisah 11: 25-26) dia kemudian menginjil ke propinsi Galatia, Makedonia, Akhaya,Asia, dan masih banyak daerah kecil lainnya. Di daerah-daerah tersebut dia mendirikan, menetapkan dan mengorganisir gereja-gereja.
Bersama dengan Barnabas, Petrus, Yakobus dan pemimpin Gereja lainnya, Paulus memegang peranan penting dalam memecahkan masalah dasar keselamatan bagi orang bukan Yahudi dan soal-soal persekutuan antara orang-orang Yahudi dengan orang bukan Yahudi (bandingkan Kisah 15: 1-35; Galatia 2: 1-10). Pandangan Paulus yang lebih luas dan minat yang sungguh-sungguh agar Injil dapat disebarkan ke seluruh dunia, mengatasi pandangan dan minat para rasul Yerusalem yang terbatas. Dia sungguh telah memiliki visi Tuhannya bahwa Injil harus disebar-luaskan kepada semua bangsa.
Paling tidak ada 13 surat kiriman Paulus yang terpelihara sampai kini. Dapat dipastikan bahwa dia telah menulis banyak surat lain yang sudah tidak ada lagi. Pelayanan melalui surat-surat krimannya itu menunjukkan keanekaragaman, tetapi dapat dikelompokkan menjadi empat judul utama, yang masing-masing mencerminkan perhatian pada hal yang sama. Telah diusahakan untuk menunjukkan urutan kronologisnya secara kira-kira, tetapi tidak mungkin ditentukan secara pasti.
1) Surat-surat tentang akhir zaman: I dan II Tesalonika.
Surat-surat ini ditulis kira-kira tahun 50-51 M. Surat-surat ini menekankan ajaran tentang perkara-perkara akhir zaman dan terutama sekali berkaitan dengan kedatangan Kristus kali kedua dan kesimpulan-kesimpulannya dalam kehidupan orang percaya pada saat kini.
2) Surat-surat tentang ajaran keselamatan: I dan II Korintus, Galatia, dan Roma.
Surat-surat ini ditulis kira-kira tahun 55-58 M. Di dalam surat-surat ini berbagai segi ajaran keselamatan diuraikan. Surat-surat Korintus menekankan penerangan keselamatan dalam kehidupan Gereja; Surat Roma dan Galatia mencerminkan ajaran pembenaran dan pengungkapan lahiriahnya dalam kehidupan Kristen.
3) Surat-surat tentang Kristus: Kolose, Filemon, Efesus, dan Filipi.
Surat-surat ini ditulis kira-kira pada tahun 60-62 M. Di dalam surat-surat ini disampaikan ajaran tentang Krists dengan sangat jelas. Surat-surat ini sering disebut Surat-surat Penjara, sebab ditulis dari dalam penjara di Roma (menuruttradisi dan juga dari isi surat-surat tersebut: Kisah 28: 30,31). Di dalamnya terdapat ayat-ayat yang indah, yang menyoroti pribadi dan pekerjaan Kristus dalam cara yang pasti (Kolose 1: 14-22; 2: 3,9-15; Filemon 15-20; Efesus 1: 7-12; Filipi 2: 5-11).
4) Surat-surat tentang Gereja: I Timotius, Titus dan II Timotius.
Surat-suratini ditulis kira-kira tahun 63-67 M. Ketiga surat terakhir Paulus ini mempunyai tema utama tentang gereja (setempat). Surat-surat ini sering disebut juga dengan Surat-surat Pengembalaan. Uraiannya terutama tentang tanggung jawab para pemimpin gereja. Di dalamnya terdapat petunjuk-petunjuk terperinci tentang pimpinan, administrasi, dan kegiatan gereja. Hari-hari terakhir kehidupan Paulus terlihat jelas dalam fasal terakhir II Timotius.

1) I Tesalonika
Pada perjalanan penginjilannya yang kedua Paulus tiba di Tesalonika, ibu kota Makedonia (Kisah 17: 1-9). Semuanya berjalan dengan baik bagi para utusan Injil (pada saat itu Paulus ditemani Silas dan Timotius). Sampai pada suatu saat orang Yahudi yang iri hati mengadakan huru-hara menentang mereka dan menuduh mereka “bertindak melawan ketetapan-ketetapan Kaisar dengan mengatakan, bahwa ada seorang raja lain, yaitu Yesus” (17: 7). Oleh karena itu mereka diusir dari kota tersebut. Ketika paulus tiba di Korintus (Kisah 18), dia menulis surat kepada orang Kristen Tesalonika yang berada dalam kesukaran dan yang dianiaya setelah kepergian Paulus (I Tesalonika 2: 14). Surat ini menjadi pengganti kunjungan pribadinya (I Tesalonika 2: 17,18). Rasul itu bersyukur kepada Allah atas berita tentang pendirian yang teguh dari orang-orang percaya itu, yang telah disampaikan oleh Timotius (I Tesalonika 3: 6-10).


Tujuan dan Isi
Dari beberapa surat kiriman Paulus, hanya surat-surat kiriman Tesalonika yang tidak menyebutkan jabatan resmi si penulis, hanya namanya saja (dan Silwanus dan Timotius) yang dicantumkan pada bagian permulaan. Tampaknya dia menulis sebagai seorang teman pribadi dan penasihat rohaniah pada anak-anak rohaniahnya yang sedang ditimpa kesusahan dan kesengsaraan. Mereka bingung mengapa peristiwa tersebut menimpa mereka. Apakah Allah tidak memperdulikan mereka lagi? Dalam rangka membesarkan hati mereka, Paulus mengingatkan mereka bahwa dia (Paulus) sendiri diperlakukan dengan jahat sekali ketika mengunjungi kota mereka (2: 1,2) dan bahwa dia “telah katakana kepada kamu, bahwa kita akan mengalami kesusahan” (3: 4). Semua peristiwa tersebut sudah termasuk dalam rencana Allah.
Sebagai penghiburan, paulus menutup setiap fasal dengan sedikit ajaran mengenai kedatangan Tuhan kembali. Dalam 1: 10 disebutkan bahwa orang percaya harus “menantikan kedatangan Anak-Nya dari sorga.” Paulus memperingatkan kepada para pembacanya bahwa mereka akan menjadi “kemuliaan dan suka cita” nya pada saat kedatangan Tuhan (2: 19,20). Di dalam 4: 13-18, Paulus memberitahukan tentang adanya pertemuan kembali antara orang-orang saleh yang telah mati dengan orang-orang yang masih hidup pada saat kedatangan Tuhan dari sorga, dan mereka akan memasuki hidup kekal bersama-sama dengan Dia. Akhirnya pada 5: 23 Paulus memberi gambaran orang percaya yang “terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.”

Isi ringkas I Tesalonika adalah sbb:
I.Salam (1: 1).
II. Ucapan syukur (1: 2-10).
III. Pelayanan Paulus dipertahankan (2: 1-3: 13).
IV. Cara hidup Kristen diuraikan (4: 1-5: 24).
V.Penutup (5: 25-28).

2) II Tesalonika
Tujuan dan Isi:
Di antara waktu penulisan surat pertama dengan kedua timbullah masalah baru. Tampaknya ada orang yang menyebabkan kekuatiran pada pihak orang percaya berkaitan dengan “hari Tuhan.” Paulus menulis surat agar mereka “jangan lekas bingung dan gelisah, baik oleh ilham roh, maupun oleh pemberitaan atau surat yang dikatakan dari kami, seolah-olah hari Tuhan telah tiba” (2: 2). Pikiran tentang “hari Tuhan” tersebut mengganggu ketenangan pikiran mereka mungkin karena mereka takut pada peristiwa kesengsaraan, hukuman, dan kebinasaan dalam hari Tuhan sebagaimana digambarkan dalam Perjanjian Lama ( Yoel 1: 15-2: 11; Obaja 15,16; Zefanya 1: 14-18; Zakharia 14: 1-8). Hari Tuhan akan menimbulkan kengerian dalam hati manusia. Orang-orang Tesalonika mulai bertanya-tanya dalam hati apakah mereka harus menjalani hari penghukuman tersebut.
Berkaitan dengan maslah tersebut di atas Paulus mengatakan:
Pertama, harus terjadi beberapa hal tertentu sebelum hukuman Allah pada akhir zaman itu dinyatakan. Orang akan murtad dari agama yang benar (2: 3); “manusia durhaka” harus dinyatakan (2: 3); kuasa yang sekarang sedang menahan kedurhakaan itu harus disingkirkan (2: 6,7). Inilah beberapa petunjuk yang pasti tentang hari perhitungan itu.
Kedua, orang-orang percaya harus sadar dan waspada akan keadaan sekeliling mereka dan menguatkan iman mereka sendiri (I Tesalonika 5: 4-8; II Tesalonika 2: 15). Dengan demikian mereka sudah dapat bertahan terhadap krisis apapun juga.
Ketiga, yang terpenting dari semuanya, Paulus meyakinkan orang Kristen bahwa Allah yang memegang kendali. Dia melaksanakan rencana-Nya dan mereka semua berada dalam tangan-Nya (I Tesalonika 5: 9,10,23,24; II Tesalonika 1: 11,12; 2: 13,14). Inilah jaminan yang terbesar yang dimiliki orang percaya. Kedatangan Tuhan kali kedua tidak saja mendatangkan penghukuman tetapi berkat. Para nabi juga memberitakan aspek ini berkaitan dengan Israel (Yoel 2: 28-32; Mikha 4: 1-5; Zefanya 3: 9-20; Maleakhi 4: 2,3). Sekarang Paulus memberitahukan kepada para pembacanya bahwa mereka akan bersama dengan Tuhan dan mengambil bagian dalam kemengan-Nya terhadap musuh-musuh-Nya (1: 7-10).
Sebagaimana suratnya yang pertama, Paulus sekali lagi mengakhiri suratnya dengan bebrapa nasihat praktis, terutama yang berkaitan dengan perlunya bekerja keras dengan jujur di antara orang Kristen. Beberapa di antara mereka yang mengira bahwa Kristus akan datang dengan segera, telah berhenti bekerja dan menjadibeban masyarakatnya. Oleh Paulus diberi pemecahannya dengan menulis surat (3: 10) “jika seseorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.”
Isi ringkas II Tesalonika:
I. Salam (1: 1,2).
II. Menantikan hari Tuhan (1: 3-12).
III. Uraian mengenai Hari Tuhan (2: 1-17).
IV. Nasihat untuk berdoa dan melakukan diri dengan senonoh mengingat Hari Tuhan (3: 1-16).
V.Salam penutup (3: 17-18).

3) I dan II Korintus
Surat-surat ini berisi uraian tentang ajaran keselamatan. Bersama dengan surat Galatia dan Roma, surat-surat ini merupakan inti dari semua tulisan Paulus. Surat-surat ini ditulis dalam perjalanan penginjilan Paulus yang ketiga (bandingkan Kisah 18: 23-21: 14). I Korintus ditulis di kota Efesus (I Korintus 16: 7-9) sedangkan II Korintus mungki dikirim dari Makedonia (lihat II Korintus 2: 12,13; 7: 5-7).
a) I Korintus.
Latar belakang ditulisnya I Korintus yaitu ketika ia berada di Efesus dalam perjalanan penginjilan yang ketiga (Kisah 19: 1-41), orang-orang dari keluarga Kloe memberitahukan bahwa keadaan di Korintus memburuk (I Korintus 1: 11). Lagi pula, sepucuk surat telah dikirimkan oleh jemaat Korintus yang menanyakan sejumlah masalah kepada Paulus (I Korintus 7: 1; 8: 1; 12: 1; 15: 12; 16: 1). Surat kiriman pertama ini ditulis dalam rangka menjawab masalah-masalah tersebut dan hal-hal lain yang berkaitan dengannya.

Tujuan dan Isi:
Intisari pemikiran dalam surat I Korintus adalah bahwa penebusan harus diterapkan dalam keadaan hidup sehari-hari. Orang percaya harus ingat bahwa hidup barunya di dalam Kristus menghendaki suatu cara hidup yang baru. Himbauan ini dilakukan oleh Paulus berdasarkan hubungan antara Roh Kudus dan orang percaya (3: 16,17; 6: 11,19,20). Himbauan ini berkaitan dengan situasi kota Korintus pada abad ke-1 terkenal dengan kejahatan dan tingkah laku yang tidak susila, yang ditonjolkan oleh pemujaan yang berhawa-nafsu dan rusak kepada dewi Afrodit (dewi percintaan orang Yunani). Kuil dewi ini termasuk seribu pelacur agama, berbeda nyata sekali dengan orang percaya yangmerupakan “buah Roh Kudus” dan tuntunan-Nya akan hidup benar.
Pada bagian pertama surat ini (fasal 1-6), sebagian besar ajaran Paulus berkaitan dengan masalah wewenang di dalam gereja.Orang-orang percaya di Korintus telah terbagi-bagi menurut “kesetiaan agama” yang berbeda-beda. Beberapa orangmemihak Paulus, yaitu pembela doktrin pembenaran oleh iman dan pembebasan orang Kristen dari ikatan Hukum Taurat.Dia juga pendiri gereja Korintus. Di samping ituada yang memihak Apolos, guru yang pandai dari Alexandria, mempunyai pengetahuan luas tentang Kitab Suci. Dia pernah mengikuti Paulus dalam kunjungannya ke Korintus (Kisah 18: 24-19: 1). Selanjutnya ada lagi golongan yang berpendapatbahwa Petrus adalah seorang pemimpin yang baik, karena dia salah seorang dari dua belas murit Yesus, dan sangat mengasihi Kristus serta memperhatikan prinsip-prinsip hukum Tuhan. Akhirnya ada pula golongan yang tidak setuju dengan perselisihan paham tersebut dan menyatakan bahwa “Kita hanya mengikuti Kristus.” Golongan terakhir ini merupakan golongan yangterburuk,karena merasa paling tinggi di antara golongan yang lain dan berusaha menahan Kristus bagi diri mereka sendiri. Paulus menjawab dengan singkat dan mengena terhadap semua golongan tadi dalam 3: 1-9. Bersamaan dengan ini dia pun mendorong untuk memperoleh pengertian rohaniah yang benar mengingat bahwa mereka bertanggung jawab kepada Allah, baik di dalam kehidupan dunia maupun pada saat menghadap kursi pengadilan (2: 1-16; 3: 10-23).
Adapun dua persoalan lain, yaitu soal percabulan (5: 1-13; 6: 12-20) dan penuntutan perkara (6: 1-11), dibahas dalam bagian ini. Paulus menegur jemaatnya karena mereka tidak menangani soal-soal itu sendiri. Orang yang terlibat dalam percabulan harus dihukum dengan keras. Tetapi hukuman itu kelak akan mengakibatkan pemulihan si pelanggar (5: 3-5). Selanjutnya Paulus mengajarkan bahwa persoalan yang kedua harus diurus oleh gereja dan bukan oleh pengadilan duniawi. Sesungguhnya, penuntutan perkara itu sendiri sudah merupakan “kekalahan bagi kamu” (6: 7). Selanjutnya himbauannya yang terakhir, yaitu agar mereka memelihara persatuan dan kemurnian tubuh Kristus.
Pada bagian kedua dari surat kiriman (fasal 7-16) muncullah berbagai masalah. Meskipun demikian sebagaian besar isinya berkaitan dengan hubungan-hubungan rohaniah, baik antara sesama orang percaya (fasal 7-10) maupun hal-hal yangberhubungan dengan pelayanan gereja (fasal 11-14). Berkaitan dengan masalah pernikahan, Paulus memberi perintah agar kesucian hubungan itu dipelihara oleh orang-orang yang bermaksud menikah, oleh rumah tangga yang terpisah dan oleh wanita-wanita yangtidak kawin. Sebuah motif rohaniah nyata sekali sepanjang pembicaraan tersebut.
Berkaitan dengan hati nurani, Paulus menetapkan beberapa prinsip pembimbing. Pertama mereka tidak boleh menahan sesuatu dalam hidupnya kalau hal itu berkaitan dengan batu sandungan bagi sesama Kristen (8: 9,13). Kedua, jangan merintangi pemberitaan Injil, bahkan sebaliknya membantunya (9: 12,22). Ketiga, semua itu harus dilakukan “untuk kemuliaan Allah” (10: 31).
Pelayanan kaum wanita di gereja dan keadaan-keadaan yang selayaknya untuk perjamuan Tuhan dibicarakan dalam fasal 11. Sifat dan pemakaian karunia-karunia Roh merupakan pokok pembicaraan Paulus dalam fasal 12-14. Karunia-karunia tersebut harus digunakan dengan kasih (fasal 13) dan segala sesuatu harus “berlangsung dengan sopan dan teratur” (14: 40). Hal ini perlu karena semua orang percaya merupakan anggota satu Tubuh (12: 12-30). Oleh karena itu, jika ingin memelihara persatuan Tubuh dan pekerjaan Tuhan mau maju, haruslah karunia-karunia Roh dipakai dengan selayaknya.
Hanya di dalam fasal 15 dibicarakan persoalan yang semata-mata berkaitan dengan doktrin. Ini merupakan nas yang terbaik dalam Perjanjian Baru berkaitan dengan kebangkitan tubuh. Pertama dibicarakan mengenai kebangkitan Kristus (ayat 1-10). Kemudian kebenaran yang besar ini diterapkan (ayat 20-58). Karena Dia bangkit dari kubur, demikian juga semua manusia pada saat yang ditentukan Allah (ayat 22). Paulus menggambarkan kebangkitan tubuh ersebut sebagai “tubuh rohaniah” (ayat 44), yaitu bercirikan hidup rohaniah dan bukan hidup alamiah. Akan tetapi sama seperti tubuh kebangkitan Tubuh, maka tubuh kebangkitan kita juga dapat dikenali. Harapan besar bagi kebangkitan orang percaya diuraikan dalam ayat 50-58 (bandingkan I Tesalonika 4: 13-18).
Surat kiriman yang panjang ini oleh Paulus ditutup dengan mengingatkan mereka seperti yang dilakukannya pada gereja-gereja di Galatia untuk mengumpulkan bantuan bagi orang-orang kudus di Yerusalem yang memerlukan pertolongan. Pemberian mereka itu hendaknya diberikan dengan tetap, sukarela dan sesuai dengan penghasilan mereka (16: 1,2).

Isi I Korintus secara ringkas:
I. Pendahuluan (1: 1-9).
II. Menjawab laporan dari Kloe (1: 10-6: 20).
III. Menjawab surat dari Korintus (7: 1-16: 9).
IV. Penutup (16: 10-24).

b) II Korintus
Latar belakang II Korintus adalah sebagai berikut:
Setelah mengirimkan surat kirimannya yang pertama kepada jemaat Korintus, Paulus menunggu jawaban suratnya di Efesus. Dia telah pergi ke utara ke Troas untuk menjumpai Titus, tetapi ketika Titus tdak muncul dia melanjutkan perjalanannya ke Makedonia (2: 12,13). Ketika akirnya mereka berjumpa, Paulus menulis surat bahwa dia terhibur dengan laporan tentang “kerinduan, keluhanmu untuk membela aku “ (7: 7). Tetapi ada berita yang tidak baik, yaitu ada sekelompok orang yang suka mengeluarkan pendapat di gereja telah mengecam wewenang rasul Paulus. Ternyata mereka adalah sekelompok orang Yahudi yang menentangnya (11: 2). Mereka mengabaikan kenyataan iman Paulus kepada Kristus dan kesungguhan pelayanannya (10: 2) serta memandang rendah dirinya (10: 10). Meskipun beberapa orang di dalam gereja telah menyesal dan bertobat(2: 1-11), kelompok orang yang tidak bertobat tersebut terus menghambat Paulus. Dalam konteks itulah Paulus mengutarakan isi hati –sanubarinya di dalam surat ini, yang tidak dilakukannya dalam surat-surat lainnya.
Surat ini mempunyai cirri-ciri khusus. Di samping sejumlah petunjuk pribadinya Paulus juga memberi banyak penegasan doktrin yang penting yang akan bertahan. Terutama menyuruh untuk memperhatikan sifat dan pekerjaan Allah (1: 3,4; 2: 14; 4: 5,6; 5: 18-21; 6: 14-18;9: 7-15), perbedaan yang nyata antara perjanjian yang lama dengan yang baru (fasal 3), kehidupan di akhirat (5: 1-10), pelayanan perdamaian (5: 14-21), dan pengelolaan keuangan Kristen (fasal 8,9).

Tujuan Surat:
Surat II Korintus merupakan salah satu surat Paulus yang bersifat sangat pribadi dan sebagian isinya berkaitan dengan pembelaan pelayanannya (fasal 1-7) dan jabatannya sebagai rasul (fasal 10-13). Fasal 8 dan 9 merupakan permohonan tambahan untuk memenuhi pelayanan pemberian mereka dan peringatan yangtajam bahwa mereka agak lalai dalam memenuhi pelayanan tersebut.

Isi surat secara ringkas:
I. Salam (1: 1,2).
II. Masalah pelayanan Kristus (1: 3-7: 16).
III. Masalah pemberian orang Kristen (8: 1-9: 15).
IV. Masalah seorang Gembala Kristen (10: 1-13: 10).
V.Penutup (13: 11-14).

4) Galatia
Tujuan dan Isi:
Berbeda dengan surat-surat lainnya, surat ini diawali dengan kata pendahuluan yang ramah. Paulus lagsung menyatakan urusannya dan mulai mengemukakan seluk beluk penjelasannya. Dia heran mengapa begitu cepatnya kesetiaan beberapa jemat Kristen menjadi goyah terhadap kristus dan Paulus. Dia mengutuk dengan keras orang-orang yang memutar-balikkan Injil (1: 6,7) dan meminta laknat Allah jatuh kepada mereka (1: 8,9).
Pertama, Paulus sendiri telah menerima Injilnya dari Kristus (1: 11,12), Injil tersebut tidak disampaikan kepadanya oleh orang lain; mereka hanya menyetujui berita dan pelayanannya (1: 16-2: 10). Oleh karena itu berdasarkan pengalamannya sendiri yang sudah mantap, dia menyatakan bahwa beritanya murni.
Kedua, Injil bukan sesuatu yang baru, tetapi sudah diajarkan dalam Perjanjian Lama (3: 8). Abraham merupakan contoh yang baik sekali bahwa oleh iman kepada Allah maka manusia dibenarkan. Karena Abraham sudah mempunyai hubungan ini dengan Allah jauh sebelum Taurat diberikan, maka Taurat tidak membenarkan dirinya ataupun orang lain (3: 9-14). Paulus menguraikan prinsip ini secara panjang lebar dengan menyatakan perbedaan antara “anak” dengan “ahli waris” (3: 23-4: 7) dan memakai kisah kedua anak Abraham sebagai kiasan untuk mengajar kebenaran yang sama (4: 21-31).
Ketiga, Injil bekerja dalam pengalaman pribadi (5: 1). Apabila Injil ini diterapkan, maka orang akan dibebaskan dari penghambaan kepada dosa, diberi kemenangan atas daging (perangai lama yang di dalam dirinya) dan kemampuan untuk menunjukkan perbuatanyang benar. Semuanya itu ditetapkan dalam kerangka pekerjaan Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya. “Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh”(5: 25).
Jadi di dalam surat Galatia (yang mungkin merupakan tulisan Paulus yang mula-mula sekali), terdapat uraian yang sangat kuat tentang sifat pembenaran. Tanggapa iman orang berdosa tidak saja mendamaikan dirinya dengan Allah, tetapi membawa ke dalam hidupnya kuasa Roh untuk mengerjakan pekerjaan Allah.

Isi ringkas surat Galatia:
Ketika diselidiki susunan surat ini dapatlah diketahui langkah-langkah logis dalam penjelasan Paulus. Setelah membangun landasan untuk apa yang disampaikannya (1: 1-10), dengan segera dia mulai mempertahankan pendiriannya, yaitu pembenaran di hadapan Allah datangnya oleh iman dan tidak oleh pekerjaan, dan Kristus telah membebaskan manusia dari perhambaan kepada taurat.
I.Pendahuluan (1: 1-10).
II.Penjelasan berhubung dengan riwayat hidupnya sendiri: Injil dinyatakan (1: 11-2: 21).
A.Injil dinyatakan secara langsung (1: 11-24).
B. Injil dikuatkan oleh para rasul (2: 1-10).
C. Injil yangditerapkan dalam kehidupan pribadi (2: 11-21).
III.Penjelasan berhubungan dengan Doktrin: Injil dinubuatkan (3: 1-4: 31).
A.Himbauan pribadi (3: 1-3).
B. Pengalaman Abraham (3: 6-14).
C. Janji dan Taurat (3: 15-22).
D. Sifat kedudukan sebagai anak (3: 23-4: 7).
E. Bahaya pembelotan (4: 8-20).
F. Ajaran oleh kiasan (4: 21-31).
IV. Penjelasan praktis: Injil diterapkan (5: 1-6: 10).
V.Penutup (6: 11-18).

5) Roma
Latar belakang surat Roma sebagai berikut:
Rasul Paulus sudah sejak lama ingin mengunjungi jemaat Kristen di Roma (15: 23) untuk menguatkan iman mereka (1: 11). Walaupun sampai saat itu maksudnyaterhalang, dia siap untuk “memberitakan Injil kepada kamu juga yang diam di Roma” (1: 13-15). Pada perjalanan penginjilannya yangketiga, sebelum meninggalkan Korintus (Kisah 20: 1-3), dia menulis surat ini sebagai pengganti kunjungannya, dan tampaknya telah dititipkannya kepada Febe dan Kengkrea (16: 1,2). Tidak lama kemudian Paulus ditahan di Yerusalem (Kisah 21: 27), dan seterusnya). Dengan demikian akhirnya Paulus tiba juga di Roma, tetapi sebagai seorang tawanan (Kisah 28: 16).

Tujuan dan Isi:
Di dalam kata pembukaannya Paulus memadukan banyak ucapan yang bersifat pribadi dan teologis (1: 1-17). Banyak yang diceritakannya tentang dirinya sendiri. Dia adalah seorang hamba Kristus, tetapi juga seorang rasul (1: 1). Tugasnya adalah menginjil bangsa-bangsa (1: 5). Dia adalah seorang yang tekun berdoa (1: 9,10), seorang yang bekerja dengan sungguh-sungguh (1: 13-15) dan tidak malu terhadap Injil yang diberitakannya (1: 16). Dia juga berpendapat bahwa Injil sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama (1: 2), berpusat pada Putra Allah (1: 3), “kuasa Allah yang membawa keselamatan bagi orang percaya (1: 16) dan berisi kenyataan kebenaran Allah kepada orang yang setia (1: 17).
Pada bagian pertama dan yang utama dari surat Roma (1: 18-3: 20) menggambarkan keadaan manusia yang berdosa dan menunjukkan bahwa seluruh dunia ini memerlukan penebusan. Dalam uraiannya tentang berbagai golongan manusia biasa terdapat gambaran kemerosotan rohaniah dan akhlak. Sebenarnya, kemerosotan rohaniah membawa kepada kemerosotan akhlak.
Manusia telah berpaling dari Allah dan jatuh ke dalam penyembahan berhala (1: 21-23), karenanya “Allah menyerahkan mereka” (1: 24,26,28). Ada orang yang menyalahkan sesame mereka, tetapi sebenarnya mereka sendiri yangpatut disalahkan (2: 1-3), karena mereka melakukan hal-hal yang sama. Allah akan “membalas setiap orang menurut perbuatannya” (2: 6). Orang bukan Yahudi yang tidak memiliki Taurat Yahudi yang tertulis, memiliki kata hati dalam diri mereka (2: 14,15). Meskipun dengan semua hak istimewanya, orang Yahudi tidak memelihar hidup rohaniah mereka sehingga karena kegagalannya tersebut nama Allah dicela di antara orang bukan Yahudi (2: 24,25). Keputusan terakhir menyatakan bahwa mereka semua bersalah di hadapan kebenaran Allah. Dengan perbuatan “tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah” (3: 20).
Kemudian Paulus menyatakan persediaan Allah (3: 21-5: 21). Jawabannya adalah pembenaran – dan itu terjadi “karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya” (3: 22). Allah dapat memelihara kebenaran-Nya sendiri, tetapi dapat menyatakan bahwa orang yang berdosa dibenarkan karena pekerjaan Kristus yang mendatangkan penebusan (3: 24-26). Untuk melukiskan prinsip pembenaran oleh iman, Paulus memakai Abraham sebagai contoh (sebagaimana dilakukannya di dalam surat Galatia), dengan menunjukkan bahwa pembenaran Abraham mendahului penetapan penyunatan dan pemberian hukum taurat. Jadi hanya karena imannyalah Abraham telah dinyatakan benar di hadapan Allah (4: 10-13). Setelah dibenarkan,orang berdosa dapat memiliki beberapa manfaat (5: 1-11) yang dihasilkan oleh pekerjaan Yesus Kristus (5: 12-21).
Setelah itu Paulus menjelaskan efek dari penebusan yang logis (6: 1-8: 39). Ada beberapa hal yang dapat dilihat dalam hubungan yang baru dengan Allah. Misalnya hidup yang baru (6: 11) dan kesetiaan yang baru (6: 12-14) harus dinyatakan. Meskipun perangai lama selalu menuntut untuk berkuasa kembali (7: 24), namun ada kemenangan melalui pekerjaan Roh Kudus (fasal 8). Roh itu memberi kita kuasa (8: 16) dan berdoa untuk kita (8: 26). Sungguh janji Tuhan itu enar, yaitu “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu” (II Korintus 12: 9).
Selanjutnya paulus menjelaskan bahwa beritanya itu untuk seluruh dunia (9: 1-11: 36). Injil itu baik bagi orang Yahudi maupun bukan Yahudi. Meskipun Allah sudah mengenyampingkan umat pilihan-Nya (orangIsrael), tetapi Dia tidak menolak mereka (11: 1). Dia Mahakuasa dan hanya melaksanakan rencana penebusan-Nya (9: 19-32). Kelak Israel akan dipulihkan dan diberkati (11: 25-32). Dewasa ini Injil diberitakan kepada semua orang dan “barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan “ (10: 13).
Pada bagian akhir, Paulus menguraikan hasil-hasil pekerjaan penebusan (12: 1-15: 13). Paulus memulai dengan permohonan agara mengabdi kepada Tuhan dengan sepenuhnya (12: 1,2), kemudian dia menerukan dengan menunjukkan bermacam-macam tanggung jawab dan hubungan yang dimiliki seorang Kristen. Orangkristen harus dengan bijaksana menilai dirinya sendiri dengan mengingat kasih karunia Allah; ia harus menunaikan pelayanannya di dalam gereja (12: 3-8) dan melakukan hubungan yang selayaknya dengan orang lain (12: 9-21), dengan pemerintah (13: 1-7), dengan masyarakat (13: 8-14), dan dengan sesame Kristen yang berlainan pendapat dengannya (14: 1-15: 13).
Akhirnya kata penutupnya lebih bersifat pribadi, terdiri dari harapan dan rencana rasul Paulus, terutama harapannya untuk dapat mengunjungi Roma, dan sejumlah salam kepada beberapa sahabat dan teman sekerja dalam gereja Roma (15: 14-16: 27).

Isi secara ringkas surat Roma adalah sebagai berikut:
Tema surat Roma adalah penebusan (3: 24). Dengan seksama Paulus menyatakan lima segi pokok.
I. Pendahuluan (1: 1-17).
II. Dosa: Perlunya penebusan (1: 18-3: 20).
A. Dosaorang bukan Yahudi (1: 18-2:16).
B. Dosa orang Yahudi (2: 17-3: 8).
C. Dosa seluruh dunia (3: 9-20).
III. Pmbenaran: Penyediaan penebusan (3: 21-5: 21).
IV. Penyucian: Akibat penebusan (6: 1-8: 39).
A.Persekutuan dengan Kristus (6: 1-23).
B. Pertentangan sifat-sifat (7: 1-25).
C. Kemenangan oleh Roh (8: 1-39).
V. Orang Yahudi dan orang bukan Yahudi: Lingkup penebusan (9: 1-11: 36).
A. Masa lalu Israel – hukuman Allah atas dosa(9: 1-33).
B. Israel sekarang ini – Allah menawarkan keselamatan (10: 1-21).
C. Masa depan Israel – Allah menjanjikan pemulihan (11: 1-21).
VI. Pelayanan: Buah-buah Penebusan (12: 1-15: 13).
VII.Penutup dan salam (15: 14-16: 27).

6) Kolose
Surat Kolose bersama dengan surat Filemon, Efesus dan Filipi, berbeda dengan surat-surat lainnya, karena surat-surat ini oleh Paulus ditulis di dalam penjara. Di dalam setiap suratnya Paulus sering menceritakan keadaannya di penjara. Di dalam surat Kolose 1: 24 dan 4: 18 dia berbicara mengenai “penderitaan” dan “belenggu” nya. Filemon 1,9,10 menceritakan dia sebagai seorang hukuman yang dipenjarakan. Di dalam Efesus 3: 1; 4: 1; 6: 20, dia menyebutkan dirinya sebagai “orang yang dipenjarakan.” Akhirnya Filipi 1: 12,13dia meminta perhatian para pembacanya terhadap pnawanannya dan seluruh pasukan pengawal kaisar (“seluruh istana”). Menurut tradisi tempat Paulus dipenjarakan adalah kota Roma.
Surat Kolose merupakan salah satu dari dua surat kiriman yang ditulis oleh Paulus kepada gereja-gereja yang tidak didirikannya sendiri. Boleh jadi selama dua tahun dia tinggal di Efesus (Kisah 19) berita tentang Kristus sudah dibawa ke Kolose oleh teman sekerjanya. Paulus menyebut Efeus, seorang Kristen dari Kolose yang melayani bersama Paulus (4: 12), sebagai “kawan pelayanan yang kami kasihi, yang bagi kamu adalah pelayan kristus yang setia. Dialah juga yang menyatakan kepada kami kasihmu dalam Roh” (1: 7,8).

Latar belakang surat ini adalah sebagai berikut:
Kolose tidak setingkat dengan Efesus dalam soal ukuran maupun pentingnya. Kota Kolose adalah kota yang ada di pedalaman dan terletak di tepi sungai Likus, dekat Laodikia dan Hierapolis (4: 13). Karena letaknya pada jalan raya perdagangan antara Timur dan Barat, maka kota tersebut dipengaruhi oleh beberapa ideology yang berbeda-beda. Beberapa pengaruh ini tampaknya tercermin dalam surat krimannya ketika Paulus memberi gambaran tentang diri Kristus (bandingkan 1: 14-20) dan membetulkan beberapa pikiran sesat yang ada tentang penebusan dan pola hidup Kristen (2: 8-3: 4).
Ajaran sesat dalam kota Kolose biasanya disebut dengan “ibadat Kolose.” Tampaknya ajaran ini terdiri dari campuran antara ide-ide Yahudi dan Gnostik yang digabungkan dan menjadi ancaman bagi Injil kristus. Ajaran yang tidak sehat ini berusaha menurunkan Kekristenan sehingga menjadi suatu system hukum dan hendak mengaburkan oknum dan pekerjaan Kristus. Paulus menyerang ajaran sesat di kota Kolose ini dengan mengetengahkan kebenaran-kebenaran tandingan. Ayat kuncinya adalah 1: 18, “Sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu.”

Tujuan dan Isi:
Ada beberapa again penting yang mengajarkan tentang Kristus, yaitu 1: 15-23 dan 2: 8-3: 4. Di dalam bagian yang pertama, Kristus digambarkan sebagai yang terutama dalam paling sedikit empat hubungan yang berbeda: kepada Allah (1: 15); kepada ciptaan (1: 16,17); kepada Gereja (1: 18); dan kepada pekerjaan penebusan (1: 19-23). Uraian ini merupakan pendahuluan dan perlu untuk mengungkapkan ajaran sesat yang disebut dalam fasal 2. Penyampaian keunggulan Kristus adalah jawaban bagi semua ajaran sesat tersebut. Ini merupakan dasar pendekatan dalam bagian berikut ini.
Ketika membaca 2: 8-3: 5, nyatalah bahwa cirri-ciri ajaran palsu ini adalah: a. Filsafat Rasional yang mengingkari Wahyu (2: 8). Jawabannya adalh Kristus sebagai kepenuhan Allah dan Oknum yang di dalam-Nya orang Kristen “dipenuhi” (2: 9). b. Agama Hukum yang membahayakan paham kemerdekaan Kristen (2: 16). Menurut Paulus Kristus adalah perwujudan dan penggenapan lambing dan bayangan agama upacara(2: 17). Di dalam Dia semuanya itudihilangkan. c. Kerendahan diri yang sukarela dan pemujaan malaikat yang didasarkan pada pengetahuan yang tinggi (2: 18). Kristus itu Kepala (2: 9). Jika Dia tidak diberi tempat-Nya yang layak, maka akan masuklah hal-hal yang sebenarnya tidak berguna bagi kehidupan rohaniah (2: 23).
Akhirnya Paulus menunjukkan apa yang terlibat dalam ajaran-ajaran ini. Yang diminta adalah hidup yang baru dan cara hidup yang baru (3; 16,17). Hubungan rumah tangga ditekankan secara khusus. Isteri “tunduklah kepada suami” (3: 18); suami “kasihilah isterimu” (3: 19); anak-anak “taatilah orang tuamu (3: 20); bapa-bapa “janganlah sakiti hati anakmu” (3: 21); hamba-hamba “taatilah tuanmu, sebenarnya kamu melayani Kristus (3: 22-25); tuan-tuan “berlakulah adil dan jujur terhadap hambamu (4: 1). Oleh karena itu Kristus tidak saja yang utama dalam doktrin seseorang tetapi juga dalam kewajiban-kewajibannya.

Isi surat Kolose secararingkas adalah sebagai berikut:
I. Salam (1:1,2).
II. Doa ucapan syukur (1: 3-8).
III. Doa syafaat (1: 9-14).
IV. keunggulan Kristus (1: 15-23).
V. Keinginan Paulus bagi orang-orang saleh (1: 24-2: 7).
VI. Nasehat Paulus kepada orang-orang saleh (2: 8-4: 6).
VII.Wakil Paulus ke Kolose (4: 7-9).
VIII. Salam (4: 10-17).
IX.Penutup (4: 18).

7) Filemon
Latar belakang surat Filemon adalah sebagai berikut:
Surat Filemon di samping menjadi bagian dari kanon Perjanjian Baru, surat kiriman yang singkat ini menjadi contoh yang paling baik dari surat-mnyurat pribadi Paulus. Surat ini ditulis oleh seorang Kristen kepada saudaranya yang seiman, memohon supaya permohonannya dikabulkan, mengingat hubungan mereka kepada Kristus maupun satu sama lain. Ini merupakan contoh yang baik sekali mengenai pendekatan yang bijaksana dalam situasi yang rumit. Suratini dikirimlkan bersama dengan surat kiriman Kolose kepada Filemon, karena di rumahnya jemaat Kolose berhimpun.

Tujuan:
Berkaitan dengan teologi kristus, maka paulus dalam surat ini memberi contoh tentang prinsip pengampunan dan pemulihan hubungan atas dasar penggantian. Dia minta agar Onesimus, seorang hamba yang seharusnya dihukum, agar diampuni oleh majikannya dan diterima kembnali “bukan lagi sebagai hamba, melainkan lebih daripada hamba, yaitu sebagai saudara yang kekasih” (16). Paulus memohonnya dan dia sendiri bersedia menanggung semua hukuman yang harus dibayar kepada Filemon (18,19). Dengan demikian dilukiskan doktrin perhubungan. Jasa seseorang diperhitungkan kepada orang lain.

Isi ringkas surat Folemon adalah sebagai berikut:
I. Salam (1-3).
II. Doa bagi pelayanan Filemon (-7).
III. permintaan supaya Onesimus diterima kembali (8-21).
IV. Kemungkinan kunjungan Paulus (22).
V.Penutup (23-25).

8) Efesus
Latar belakang surat Efesus adalah sebagai berikut:
Pada abad ke-1 M kota Efesus menamakan dirinya sebagai kota yang paling terkemuka di kawasan Asia. Meskipun kota Pergamus (bandingkan Wahyu 2: 12) yang terletak di sebelah utaranya masih merupakan ibu kota propinsi, tetapi kota Efesus dengan pesat sekali menjadi terkenal. Sebagi pusat perdagangan, kebudayaan dan agama, maka kota membanggakannya sebagai salah satu dari ketujuh keajaiban dunia kuno, yaitu kuil yang penuh hiasan dan berkilauan bagi Diana, dewi agung orang Efesus (bandingkan Kisah 19: 23).
Sejarah jemaat Efesus, sedikit banyak dapat ditelusuri lewat Perjanjian Baru. a. Paulus yang mendirikan dan menetapkannya (Kisah 19: 20). Kurang lebih dua tahun jemaat ini dididik oleh Paulus, sehingga iman gereja ini telah berakar dengankuat. b. Surat kiriman Efesus mencerminkan kemampuan rohaniah jemaat tersebut. Paulus sudah dapat “memberi mereka makanan keras.” (Terutama perhatikan Efesus 1: 3-14). Seterusnya surat ini memperingatkan terhadap pertentangan dengan roh-roh jahat (6: 10), yang biasanya menjadi ancaman dalam kota ini (bandingkan Kisah 19: 11-17). c. Surat-surat kepada Timotius, yang ditinggalkan oleh Paulus di kota ini untuk meneruskan pelayanannya (1 Timotius 1: 3), menunjukkan tahap yang berikutnya dalam sejarah jemaat ini. Beberapa guru palsu mulai menyusahkan orang-orang percaya dan Paulus mengirimkan petunjuk berkaitan dengan ajaran yang sehat dan organisasi gereja yang selayaknya (4). Di dalam Wahyu 2: 1-7 keterangan yang terakhor dituliskan dalam perjanjian Baru, berkaitan dengan gereja ini. “Engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula” (2: 4) merupakan kata-kata yang menyedihkan. Tatkala dia tidak bertobat dari keadaannya, seperti yang ditunjukkan oleh sejarah gereja, maka dia disingkirkan – kaki diannya tidak lagi bersinar sebagai kesaksian di Efesus.

Tujuan dan Isi:
Surat Efasus dialamatkan kepada orang-orang kudus dan orang percaya, dua gambaran orang beriman. Yang satu menitikberatkan kedudukannya dalam Kristus, yang lainnya menekankan sifatnya di hadapan Allah.
Pada bagian yang pertama, paulus dengan singkat menguraikan tentang asal mula Gereja, yang ada di dunia ini menurut rencana Allah. Dia menyoroti beberapa tema penting , seperti: pemilihan (1-4), penentuan dari semula (: 5,11), pengangkatan anak (1: 5), penebusan (1: 7), rencana (1: 9,10) dan pemeteraian dengan Roh Kudus (1: 13), dan mencapai puncaknya ketika akhirnya gereja menjadi milik Allah (1: 14).
Berkat kuasa Allah gereja telah dijadikan (1: 15-2: 10) dan digambarkan sebagai rumah tangga besar, yang terdiri dari orang Yahudi dan orang-orang yang bukan dari Yahudi (2: 11-22), sama-sama menikmati kekayaan warisan Allah (3; 1-13). Allah diam di dalam Gereja yang dibangun atasdasar yang kokoh dan yang terdiri dari banyak bagian. Setiap bagian mempunyai tempatnya sendiri di dalam bangunan tersebut (2: 19-22).
Dalam bagian praktis di surat ini ada cirri khasnya (4: 1-6: 24) yaitu dua gagasan, “jalan/ hidup” dan “perjuangan.” Meskipun dalam bagian permulaan surat ini kata “jalan,” yang menunjuk cara hidup seseorang, muncul dua kali (2: 2,10), tetapi kata itu lebih sering terdapat pada bagian akhir (4: 1,17; 5: 2,8,15). Orang Kristen harus “hidup. . . berpadanan,” “hiduplah di dalam kasih,” “hiduplah sebagai anak-anak terang,” “hidup” . . . seperti orang arif,” Dia harus hidup sesuai dengan kedudukannya sebagai anggota Tubuh Kristus (I Yohanes 2: 5,6).
Beberapa nasihat kepada beberapaanggota keluarga lebih panjang dari pada yang terdapat dalam surat kiriman Kolose. Dalam surat kiriman Efesus, Paulus memberikan perhatian yang lebih banyak pada hubungan antarasuami dengan isteri, dan memakainya untuk melukiskan hubungan kristusdan Gereja (5: 32). Surat kiriman Efesus ini oleh Paulus diakhiri dengan membicarakan perjuangan orang Kristen (secara harfiah, pengertian, pertempuran satu lawan satu) melawan kuasa kegelapan (6: 10-20). Persiapan untuk melawan musuh ini dengan semua perlengkapan senjata Allah. Apabila ia mau memakainya,maka ia akan sanggup “bertahan melawan tipu muslihat Iblis” (ayat 11). Paulus menyebut berbagai macam perlengkapan tersebutdan kegunaannya masing-masing.
Jadi meskipun orang Kristen itu termasuk kalangan yang “di sorga” (1: 3,10,20; 2: 6; 3: 10; 6: 12), dia harus memakai seluruh persediaan Allah dan menaruh perhatian yang seksama terhadap semua tuntutan-Nya bagi hidup dan perjuangannya di bumi ini.

Isi surat Efesus secara ringkas adalah sebagai berikut:
I. Salam (1: 1,2).
II. Gereja dalam rencana Allah (1: 3-14).
III.Gereja dan kuasa Allah (1: 15-2: 10).
IV. Gereja sebagai rumah tangga Allah (2: 11-22).
V.Gereja sebagai Kenyataan Allah (3: 1-13).
VIGgereja dan kepenuhan Allah (3: 14-21).
VII. Gereja dan norma-norma Allah (4: 1-6: 9).
VIII. Gereja dan perlengkapan senjata Allah (6: 10-20).
IX. Penutup (6: 21-24).


10) Filipi
Latar belakang surat Filipi:
Kota Filipi merupakan tempat permulaan penginjilan di Eropa. Setelah mendapat penglihatan tentang makedonia (Kisah 16: 9), paulus bertolah ke Troas,karena ia “menarik kesimpulan,bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana” (Kisah 16: 10). Paulus tiba di sebuah kota yang mempunyai sejarah yang amat terkenal. Sebab di tempat inilah pada tahun 42 SM terjadi peperangan yangterkenal antara Octavianus dan Antonius di satu pihak dengan Brutus dan Kasius di pihak lain. Setelah peperangan tersebut kota ini dianugerahi status koloni Romawi oleh Octavianus yang menang. Oleh karena itu kota ini dibangun menurut kota kerajaa Roma. Penduduk kota ini bangga pada hak kewarganegaraan mereka (Kisah 16: 20,21). Via Egnata, yaitu jalan perdagangan yang terkenal antara Timur dan Barat, terbentang melalui kota ini.
Ketika Paulus, Silas, Timotius, dan Lukas tiba di kota ini, pertama kali mereka berkhotbah pada sekelompok wanita yang berkumpul untuk mengadakan kebaktian doa di tepi sungai (Kisah 16: 31). Mereka ini, termasuk Lidia dan keluarganya, kemudian menjadi jemaat yang mula-mula di Filipi. Akan tetapi tidak lama kemudian timbullah kesulitan. Ketika Paulus dan Silas mengusir setan yang merasuk seorang budak perempuan, majikan gadis itu,yang kehilangan mata pencaharian mereka karena kesembuhan gadis itu, menjebloskan Paulus dan Silas ke penjara dengan tuduhan palsu. Tetapi ketika tengah malam terjadi gempa bumi, Paulus dan Silas dibebaskan dari penjara,karena kepala penjara percaya kepada Tuhan (Kisah 16: 34), dan karena kewarganegaraan Romawi, mereka dibebaskan dari hukuman lebih lanjut (bandingkan Kisah 16: 22-24, 38-40). Beberapa tahun kemudian, ketika menulis surat ini, kembali paulus menjadi taanan. Kali inijuga karena tuduhan palsu, Paulus dikirim ke Roma dengan tangan terbelenggu. Meskipun demikian dia menulis suratyang bernada suka cita dan seringkali berbicara tentang kabar baik, yaitu Injil Kristus. Inilah kesaksiannya, “Karena bagiku hidup adalah Kristus” (Filipi 1: 21).


Tujuan dan Isi:
Di dalam surat ini ada bebrapa bagian nasihat yang penting berkaitan dengan gagasan persatuan melalui kerendahan hati (2: 1-18) dan kedewasaan penuh dalam Kristus (3: 1-4: 1). Di dalam 4: 2-20 gagasan yang terakhir diterapkan pada beberapa hal yang khusus. Beberapa bagian yang bersifat perorangan sebagian besar berkaitan dengan Paulus sendiri (1: 12-26; 3: 4-14; 4: 10-20) dan kedua rekan kerjanya, yaitu Timotius dan Epafroditus (2: 19-30). Bagian ajaran yang penting ialah mengenai penjelmaan dan pemuliaan Kristus (2: 5-11). Dalamsetiap keadaan Kristus dipermuliakan: dalam penderitaan Paulus sendiri (1: 12-26); dalam kehidupan orang Kristen sendiri (2: 1-5); dalam keinginan dan ambisi paulus sendiri (3: 7-14); dan dalam hal terwujudnya ketenangan yang sebenarnya di dalam hidupnya (4: 10-18).
Dengan teladan-Nya sendiri Kristus telah menunjukkan bagaimana orang dapat berkenan kepada Allah. Tempat yang rendah mendahului kedudukan yang mulia. Meskipun sifat-sifat keilahian ada di dalam diri-Nya (2: 6), Dia bersedia untuk melepaskan hak-hak-Nya untuk melaksanakan pekerjaan di Salib (2: 7,8). Maka Allah memuliakan Dia di atas semua makhluk; kepada-Nya semua orang harus bertekuk lutut (2: 9-11). Inilah Kristus yang paulus ingin kenal dalam pengalaman sehari-hari (3: 10), dan Yang kita nantikan dari sorga, “Yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia” (3: 20-21).

Isi surat Filipi secara ringkas:
I.Salam (1: 1,2).
II.Ucapan syukur dan doa bagi orang-orang kudus (1: 3-11).
III.Paulus dan keadaannya (1: 12-26).
IV.Kristus dan teladan-Nya; Kerendahan hati (2: 1-18).
VI.Timotius dan Epafroditus dan keprihatinan mereka (2: 19-30).
VII.Paulus dan teladannya; Kematangan (3: 1-4: 1).
VIII.Nasihat dan terima kasih (4: 2-20).
IX.Penutup (4: 21-23).

11) I Timotius
I Timotius bersama dengan Titus dan II Timotius termasuk kelompok terakhir dari kumpulan surat-surat Paulus yang diberi nama Surat Kiriman Pengembalaan, karena menitikberatkan tanggung jawab perorangan dan fungsi umum gembala gereja setempat. Ini merupakan surat-surat terakhir yang ditulis kepada kedua rekannya yang terdekat (Timotius dan Titus). Biasanya surat-surat tersebut diberi tanggal yang dekat dengan akhir hidup Paulus, kira-kira tahun 63-67 M. Teristimewa dalam surat II Timotius tampaknya dia sudah mempunyai firasat tentang akhir hayatnya (4: 6).
Penulis ketiga surat ini walaupun ada perbedaan pendapat, tetapi dianggap penulisnya adalah Paulus sendiri. Surat-surat ini membicarakan kehidupan Paulus di antara waktu penangkapannya sebagaimana disebut dalam Kisah Para Rasul dan saat kematiannya beberapa tahun kemudian.

Latar belakang surat I Timotius adalah sebagai berikut:
Timotius tampaknya bertobat di bawah pelayanan Paulus pada perjalanannya yang pertama di Galatia. Pertama kali namanya disebut di dalam Perjanjian Baru, yaitu Kisah Para Rasul 16: 1. Ketika Paulus pulang dari perjalanannya dia mungkin menemukan Timotius di Listra. Paulus menyebut Timotius sebagai “anakku yang sah di dalam iman” (I Timotius 1-2) dan juga “anakku yang kekasih” (II Timotius 1: 2). Meskipun diasuh oleh ibunya seorang Yahudi (ayahnya seorang Yunani, Kisah 16: 1,3), Timotius sudah mengetahui isi Perjanjian Lama sejak masa kanak-kanak (II Timotius 3: 14,15), dan sekarang setelah masuk Kristen dia “dikenal baik oleh saudara-saudara di Listra dan Ikonium” (Kisah 16: 2).
Sejak saat itu Timotius selalu menemani Paulus dalam perjalanan penginjilan, baru setelah itu dia ditinggalkan di Efesus untuk membereskan persoalan-persoalan gereja, terutama beberapa kesulitan tentang doktrin, dan mengawasi organisasi dan tingkah laku jemaat tersebut (I Timotius 1: 3; 3: 1-14; 4: 6-16). Tatkala Paulus menulis surat kepadanya dari Roma, dia meminta Timotius agar segera mengunjunginya dengan membawa serta Yohanes Markus dan beberapa milik pribadi Paulus (II Timotius 4: 9,11,13). Tak dapat diketahui apakah Timotius tiba di Roma sebelum kematian Paulus.
Berdasarkan surat-surat ini dan beberapa petunjuk dari surat kiriman lain, dapatlah diketahui bahwa Timotius adalah seorang yang setia, rajin dan dikasihi oleh Paulus (Filipi 2: 19,20). Fakta bahwa rasul besar ini mempercayakan kepada Timotius tanggung jawab untuk memimpin sebuah gereja yang penting, menunjukkan bahwa Paulus mempercayai rekan sekerjanya ini. Di samping itu dapat juga disimpulkan bahwa Timotius kadang-kadang memerlukan dorongan dari Paulus, boleh jadi karena sifatnya yang pemalu (II Timotius 1: 6,7; I Timotius 4: 12-16). Sebagai “manusia Allah” (I Timotius 6: 11), Timotius dinasihati agar berusaha menyamai Tuhannya yang “mengikrarkan ikrar yangbenar itu juga di depan Pontius Pilatus” (6: 13) dan untuk “memelihara apa yang dipercayakan kepadamu” (6: 20).

Tujuan surat I Timotius adalah sbb:
Surat I Timotius mempunyai dua aspek. Aspek yang pertama menitikberatkan pribadi Timotius, yaitu dia harus memenuhi beberapa tanggungjawabsebagai hamba Tuhan dan sebagai pribadi teladan. Aspek yang kedua menitikberatkan tanggung jawab jabatannya, yaitu dia harus menjaga agar jemaatnya diberi ajaran yangbenar, diorganisir dan dilayani secara baik. Beberapa hal yang berkaitan dengan diri pribadinya terlihat di dalam 1: 3-7, 18-20; 4: 6-16; 5: 1, dst.; 6: 11-21; sedangkan yang berkaitan dengan tanggung jawabnya terdapat di dalam fasal 2, 3, 5, dan 6: 1-10. Tampaknya tidak ada garis pemisah antara yang tegas antara kedua segi ini. Tanggung jawab perorangan dan jabatan tidak bisa dipisahkan secara logis.

Isi surat I Timotius secara ringkas adalah sbb:
I. Salam (1: 1,2).
II. Instruksi kepada Timotius (1: 3-20).
III. Nasihat mengenai ketertiban Gereja: Doa dan ibadah (2: 1-15).
IV. Persyaratan bagi pengurus gereja: Penatua dan Diaken (3: 1-13).
V. Sisipan (3: 14-16).
VI. Petunjuk-petunjuk mengenai kegiatan gereja (4: 1-6; 21a).
VII.Penutup (6: 21b).

12) Titus
Latar belakang surat Titus:
Titus sebagaimana Timotius telah dipimpin oleh Paulus kepada kristus. Paulus menyebut Titus dengan istilah “anakku yang sah menurut iman kita bersama” (Titus 1: 4). Titus adalah seorng Yunani, mungkin dari Antiokhia, Siria. Ketika Paulus dan Barnabas pergi ke yerusalem dari Antiokhia untuk membicarakan pelayanan mereka dengan pemimpin-pemimpin di Yerusalem, Titus menyertai mereka (Galatia 2: 1-3). Di yerusalem dia diperkenalkan sebagai teladan orang bukan Tahudi yang enjadi Kristen tanpa disunat. Dengan demikian dia menggambartkan prinsip yang dibicarakan oleh Paulus di Galatia 2: 16.
Di dalam surat kiriman Titus dapat diketahui bahwa Paulus telah meninggalkan rekan sekerjanya ini di pulau Kreta untuk “mengatur apa yang masih perlu diatur dan supaya engkau menetapkan penatua-penatua di setiap kota” (1: 5). Sebagaimana Timotius di Efesus, Titus juga diberi tanggung jawab untuk mengorganisir dan mengurus jemaat-jemaat ini, dan menyelenggarakan beberapa program pendidikan yang sehat. Penampilan Titus yang terakhir di Perjanjian Baru adalah di II Timotius 4: 10, di mana dia meninggalkan Roma menuju ke Dalmatia untuk mewakili Paulus.
Surat kiriman Titus ini bertema “ajaran yang sesat” (1: 9; 2: 1; juga 2: 7,8). Pengertian yang sebenarnya tentang kebenaran akhirnya akan menghasilkan perbuatan yang baik (1: 16; 2: 7,14; 3: 1,8,14). Perbuatan yang baik tidak menjadi dasar keselamatan seseorang (3: 5), tetapi menjadi bukti dari keselamatannya (3: 8).

Tujuan dan Isi surat Titus sbb:
Tampaknya masalah yang terpenting di Kreta adalah guru-guru palsu, terutama “mereka yang berbegang pada hukum sunat” (Yahudi), yang diuraikan oleh Paulus sebagai “orang yang hidup tidak tertib . . . Dengan omongan yang sia-sia mereka menyesatkan pikiran” (1: 10). Mereka mengajarkan “dongeng-dongeng Yahudi” (1: 14) dan memperkenalkan “persoalan yang dicari-cari dan yang bodoh, persoalan silsilah, percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat” (3: 9). Bersama ini terdapat juga kelemahan moral bangsa Kreta (1: 12,13), dan kelakuan lalai beberapa anggota gereja (2: 2,3,10; 3: 2). Untuk meniadakan kesia-siaan seperti itu, Paulus menekankan kepada Titus perlunya ajaran yang sehat, dengan menekankan bahwa Firman Allah adalah dasar bagi kehidupan Kristen (1: 3; 2: 5,10). Jika ajaran ini diterima dengan sepantasnya, maka akan menghasilkan pekerjaan yang baik.
Di dalam surat ini ajaran tentang Allah sangat menonjol juga. Misalnya diungkapkan beberapa ayat yang berhubungan dengan Bapa (1: 1,3,4; 2: 10; 3: 4); yang lain dengan Putra (1: 4; 2: 13; 3: 6); dan juga dengan Roh Kudus (3: 5).
Dibahas juga tentang doktrin penyelamatan (2: 11-14 dan 3: 4-7). Kasih karunia Allah tidak saja menyelamatkan, tetapi juga mendidik orang percaya dan memberi kepadanya pengharapan yang penuh bahagia. Mereka yang sudah ditebus harus menunjukkan bahwa perangai mereka sudah berubah (ayat 14). Surat ini juga menonjolkan empat kata penting yang menguraikan perangai Allah berkaitan dengan keselamatan, yaitu: kemurahan, kasih (3; 4), rahmat (3: 5), dan kasih karunia (3: 7).
Jika dibandingkan dengan I Timotius, maka beberapa petunjuk tentang pengurus gereja lebih singkat di surat Titus. Di surat Titus hanya penatua yang disebutkan, para diaken tidak disebutkan. Sekali lagi ditekankan perlunya orang-orang yang memiliki sifat-sifat rohani dan moral yang tinggi. Mereka harus dapat menjadi teladan dan mampu melaksanakan kewajibannya. “Jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik . . .upaya dengan dmikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita” (2: 7a, 10b).

Isi ringkas surat Titus sbb:
I. Salam (1: 1,2).
II. Ucapan syukur bagi Timotius (1: 3-18).
III. Nasihat untuk Timotius (2: 1-26).
IV. Peringatan bagi Timotius (3: 1-17).
V. Perintah terakhir untuk Timotius (4: 1-8).
VI. Petunjuk pribadi bagi Timotius (4: 9-21).
VII.Penutup (4: 22).

13) II Timotius
Latar belakang suarat II Timotius:
Surat ini ditulis pada saat Paulus menunggu pelaksanaan hukuman matinya. Berdasarkan tradisi dia dipenjarakan di tempat tahanan di bawah tanah di kota Roma, dengan keadaan yang lebih menyedihkan dari pada yang dikisahkan di Kisah Para Rasul 28: 30. Tampaknya Paulus berpendapat bahwa dia akan mati dan tidak mengharapkan pembebasan (4: 6; bandingkan dengan Filipi 1: 19; Filemon 22).

Tujuan dan Isi surat II Timotius:
Ketika Paulus menghadapi kematian seorang diri kecuali ditemani oleh Lukas, tabib itu (4: 11), yang terutama dikuatirkannya adalah kesejahteraan Timotius dan keberhasilan pekerjaannya di Efesus. Beberapa nasihat utama yang ditulis dalam surat tersebut adalah sebagai berikut:
“Mengobarkankarunia Allah yang ada padamu” (1: 6).
“Janganlah malu . . . melainkan ikutilah menderita” (1: 8).
“Peganglah . . . contoh ajaran yang sehat” (1: 13).
“Peliharalah harta yangindah, yang dipercayakan-Nya kepada kita” (1: 14).
“Apa yang telah engkau dengar dari padaku . . . percayakanlah itu kepada orang-orang” (2: 2).
“Ingatkanlah dan pesankanlah semuanya itu” (2: 14).
“Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah” (2: 15).
“Jauhilah nafsu orang muda” (2: 22).
“Tetap berpegang kepada kebenaran yang telah engkau terima” (3: 14).
“Beritakanlah firman” (4: 2).
“Kuasailah dirimu . . . tunaikanlah tugas pelayananmu” (4: 5).
Inilah tujuan utama surat kiriman II Timotius, yangberisinasihat pribadi.

Isi ringkas surat II Timotius sbb:
I. Salam (1: 1,2).
II. Ucapan syukur bagi Timotius (1: 3-18).
III. Nasihat untuk Timotius (2: 1-26).
IV. Peringatan bagi Timotius (3: 1-17).
V. Perintah terakhir untuk Timotius (4: 1-8).
VI. Petunjuk pribadi bagi Timotius (4: 9-21).
VII.Penutup (4: 22).

14) Yakobus
Penulis:
Penulis surat ini memperkenalkan dirinya sebagai “Yakobus, hamba Allah dan Tuhan Yesus kristus” (1: 1). Paulus menyebut Yakobus sebagai “Yakobus, saudara Tuhan Yasus” (Galatia 1: 19). Di dalam kitab-kitab Injil dia tampil sebagai salah seorang dari keempat saudara laki-laki Yesus (Matius 13: 56) dan selama pelayanan Yesus dia seorang yang tidak percaya (Yohanes 7: 5). Akan tetapi pada pertemuan doa di Yerusalem (Kisah Para Rasul 1: 14; bandingkan I Korintus 15: 7 dia dikenal sebagai seorang yang percaya dan ketika Petrus meninggalkan Yerusalem, dia dianggap sebagai pimpinan gereja di sana (Kisah Para Rasul 12: 17). Perbandingan antara Galatia 2: 9 dengan Kisah Para Rasul 15: 13-29 menunjuk dia sebagai salah seorang sokoguru jemaat. Penampilannya yang terakhir di Perjanjian Baru terdapat di dalam Kisah Para Rasul 21: 18. Berdasarkan tradisi dia mati syahid oleh bangsa Yahudi di Yerusalem pada tahun 62 M.
Menurut tradisi Yakobus adalah orang yang saleh, sangatmemperhatikan peraturan hidup, orang yang mengaku percaya kepada Allah. Yakobus juga dikenal sebagai seorang yang biasa berdoa, dan dia mendorong para pembacanya untuk berbuat demikian (5: 16-18). Pandangannya mirip dengan ajaran Tuhan kita. Terutama ada persamaan antara surat kirimanya dengan “Khitbah di Bukit” (matius 5: 7).
Apakah iman itu? Pertanyaan inilah yang akan dijawab oleh Yakobus di dalam suratnya.

Tujuan dan Isi surat Yakobus:
Surat kiriman Yakobus ini banyak menguraikan tentang pencobaan dan penderitaan memakai kata “kebahagiaan” (1: 2) dalam kata pengantarnya. Hal yang sama terdapat juga dalam beberapa tulisan Paulus yang menitikberatkan “sukacita” dan “pengucapan syukur” dalam semua keadaan (juga I Petrus 1:6).
Tujuan utama dari percobaan ialah agar menghasilkan ketekunan (arti harfiahnya “kesabaran” dalam ajaran ini) dan kesempurnaan (1: 3,4). Kata “percobaan” di sini menunjuk pada tekanan-tekanan dari luar yang menekan orang Kristen. Percobaan tersebut terjadi dengan izin Allah dan dirancang untuk menguji (atau membuktikan) imannya, dan apabila dapat diatasi, ia menjanjikan pahala dari Allah (1: 12). Di samping itu ada juga percobaan yang datangnya dari dalam batin orang itu sendiri (1: 13-15) disebabkan karena perangai dosa manusia, tetapi tidak datang dari Allah.
Iman yang sungguh-sungguh akan berbuah, sebab di dalamnya ada hidup. Sesuatu yang hidup itu aktif. Yakobus menjelaskan segi kebenaran yang penting ini di dalam pokok “iman dan perbuatan” (2: 14-26). Pernytaan yang penting terdapat di dalam 2: 14 “Apakah gunanya saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?” Ungkapan “iman itu” bukannya menunjuk iman pada umumnya, melainkan iman yang khusus, yaitu iman yang tidak menghasilkan apa-apa. Yakobus mengatakan jika hidup seseorang tidak menghasilkan perbuatan baik, maka dapatlah kita simpulkan bahwa orang itu sama sekali tidak mempunyai iman sejati kepada Tuhan. Maka dari segi pandangan manusia, iman harus ditunjukkan agar dapat dikenali.
Meskipun bagian ini sering dianggap bertentangan dengan ajaran paulus mengenai iman (Roma 4), sebenarnya kedua bagian ini saling melengkapi dan tidak saling bertentangan. Di dalam surat Roma, Allah mengetahui bahwa iman Abraham itu sejati adanya karena Dia memandang hatinya; dalam surat Yakobus, manusia mengetahui bahwa iman Abraham itu sejati karena Dia memandang hatinya; di dalam surat Yakobus manusia mengetahui bahwa iman Abraham itu sejati karena mereka melihat perbuatan baiknya. Tampaknya Paulus sendiri menggabungkan kedua unsure ini, saat dia menulis tentang iman yang bekerja melalui kasih (Galatia 5: 6).
Dari titik inilah Yakobus melanjutkan untuk menunjukkan sangkut paut semua ini dengan kehidupan orang yang mengaku beriman kepada kristus. Perintah-perintahnya, misalnya tentang pemakaian lidah (fasal 3), rencana perdagangan (fasal 4), dan doa (fasal 5) bersifat sangat praktis.

Isi surat Yakobus secara ringkas sbb:
I. Kata Prngantar (1: 1).
II. Ujian iman (1: 2-27).
III.Sifat iman (2: 1-3: 12).
IV. Perbuatan iman (3: 13-4: 17).
V.Penerapan iman (4: 13-5: 20).

Ibrani
Penulis surat ini tidak tercantum di dalam nya. Kira-kira abad ke-4 orang berpendapat bahwa penulis surat Ibrani adalah Paulus. Hal ini berdasarkan persamaan dengan surat-surat Paulus lainnya yang terkenal, seperti penunjukan kepada Timotius (13: 23); permintaan untuk didoakan (13: 18,19);bandingkan Filipi 2: 23,24; pemakaian ungkapan “orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman” (10: 38); bandingkan dengan Roma 1: 17; Galatia 3: 11), bersama-sama dengan tekanan pada pokok iman.
Tetapi berdasarkan beberapa segi lain dari surat tersebut, banyak orang berpendapat bahwa penulisnya bukan Paulus. Hal ini berdasarkan gaya tulisan dan pendekatan subyeknya bukan ciri gaya surat Paulus. Misalnya pemakaian banyak kutipan dari Alkitab Septuaginta (perjanjian Lama terjemahan Yunani), tata bahasa yang baik, memandang hukum Taurat sebagai “bayangan” (10: 1) dan bukan sebagai :kutuk” (Galatia 3: 13) berlawanan dengan gaya penulisan Paulus. Maka ada beberapa ahli yang menunjuk bahwa penulisnya mungkin Barnabas, Lukas atau Apolos. Biasanya pembahasan ini diakhiri dengan pernyataan terkenal Origenes dari Alexandri (abad ke-3) yaitu, “Siapa yang menuliskan surat kiriman itu, hanya Allahlah yang tahu dengan pasti.”
Meskipun ada ketidakpastian penulisnya, tetapi keagungan surat Ibrani ini tidak rusak karenanya. Surat ini tak ada bandingnya dalam uraiannya tentang kemuliaan Kristus, Sang penebus, Imam Besar, dan Oknum yang tak pernah berubah (1: 3; 2: 17; 4: 14-16; 7: 25; 10: 11-13; 13: 8). Keunggulan Kristus dan hidup yang beriman merupakan tema ganda surat ini.
Surat Ibrani ditulis untuk orang-orang Yahudi yang bertobat dan menyebut tentang penderitaan orang percaya. Kitab ini ditulis setelah surat Yakobus (mungkin menjelang tahun 70 M), dan memberi nasihat kepada orang-orang Kristen untuk tetap maju, bertahan terus, walaupun menghadapi tekanan yang hebat (12: 3, dst.). Kurang jelas apakah surat ini ditulis di Roma atau suatu tempat yang dekat kota tersebut, tetapi surat ini mencerminkan keadaan yang menyusahkan pada waktu itu, yaitu menjelang akhir pemerintahan Nero.
Tujuan dan Isi:
Surat ini dibuka dengan mengemukakan pernyataan Alkitabiah secara keseluruhan. Allah telah berfirman kepada para nabi perjanjian Lama; Dia telah berfirman dengan perantaraan Putra-Nya – Perjanjian baru. Firman yang terakhir ini telah mencapai puncak pernyataan, karena diberikan dalam Oknum yang disebut sebagai (a) Ahli Waris; (b) Pencipta; (c) Allah; (d) Pemelihara; dan (e) Penebus (1: 2,3). Sekarang ini Dia “duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar” sebagai Imam Besar kita (4: 14). Dengan demikian Dia lebih unggul dari pada para malaikat, karena Dialah pencipta mereka (1: 4-2: 18), lebih tinggi daripada Musa dan Yosua karena Dialah tuan atas hamba-Nya (3: 1-4: 13), dan lebih besar dari pada Harun dan keturunannya, karena Dialah Imam besar Agung yang melebihi semua imam bawahannya (4: 14-7: 28). Dia menjadi pengantara perjanjian Baru yang lebih unggul dari pada Perjanjian Lama (8: 1-13), dan pengorbanan-Nya lebih unggul dari pada upacara kurban lembu dan kambing (9: 1-10: 8).
Adapun bagian kedua yang utama (10: 9-13: 25) mengenai iman yang merupakan cara hidup yanglebih unggul. Yang paling terkemuka adalah fasal 11 dan 12. fasal 11 menunjukkan dengan cara bagaimana iman orang saleh zaman Perjanjian Lama diuji; fasal 12 menunjukkan mengapa iman diuji. “Pahlawan-pahlawan iman” itu menunjukkanapa artinya kehidupan berjalan bersama Allah, hidup dan mati sambil percaya kepada janji-janji-nya. Kristus adalah teladan yang terbesar – “yang memimpin dan membawa iman kita kepada kesempurnaan” (12: 2). Kita harus mengingat pada-Nya (12: 3), dan belajar bahwa Allah ketika mengizinkan percobaan-percobaan, ketika mengajar kita sebenarnya sedang “mendidik kita sebagai anak-anak-Nya” agar kita menjadi dewasa dan akhirnya sempurna.
Di samping dua hal yang dititikberatkan dalam surat ini juga terdapat beberapa bagian peringatan. Beberapa peringatan tersebut dapat diringkas dalam kata-kata dari 12: 25, yaitu: “jagalah supaya kamu jangan menolak Dia yang berfirman.” Secara umum peringatan-peringatan tersebut menjadi semakin keras dan memuncak. Peringatan pertama tentang kelalaian (2: 1-4); peringatan yang terakhir ialah agar jangan menolak untuk mengindahkan firman Allah (12: 25-29). Di lihat dari segi bahasanya, boleh jadi pringatan yang paling keras terdapat dalam 5: 11-6: 20 dan 10: 26-31. Orang yang “murtad,” tak mungkin dibaharui sehingga bertobat lagi; orang yang dengan sengaja berbuat dosa sesudah mengetahui tentang kebenaran maka baginya tidak ada lagi korban penghapus dosa.”Para penegah terhadap beberapa bahaya demikian itu diberikan dalam nasihat-nasihat di surat ini. Semuanya ada 13 ungkapan yang mendorong orang percaya untuk bertumbuh dalam iman dan maju, bukannya mundur, dala pngalaman rohaniahnya (4: 1,11,14,16; 6: 1; 10: 22,23,24; 12: 1 dua kali, 28; 13: 13,15).

Isi surat Ibrani secara ringkas sbb:
I. Keunggulan kristus (1: 1-10: 18).
A. Lebih tinggi dari nabi-nabi (1: 1-3).
B. Lebih tinggi dari malaikat (1: 4-14; 2: 5-18).
Peringatan pertama: Kelalaian (2: 1-4).
C. Lebih tinggi dari Musa (3: 1-6).
Peringatan kedua: ketidak percayaan (3: 7-9).
D. Lebih tinggi dari Yosua (4: 2-10).
Peringatan ketiga: Ketidakpercayaan (4: 1,11-13).
E. Lebih tinggi dari harun (4: 14-5: 10).
Peringatan keempat: Ketidakdewasaan (5: 11-6: 20).
F. Lebih tinggi dari keimaman suku Lewi (7:1-28).
G. Lebih tinggi dari Perjanjian Lama (8: 1-13).
H. lebih tinggi dari semua peraturan dan korban persembahan (9: 1-10: 18).
II. Keunggulan Iman (10: 19-13: 21).
A.Jalan masuk kepada Allah (10: 19-25).
Peringatan kelima: dosa yang disebfaja (10: 26-31).
B. Cara hidup di dalam dunia (10: 32-11: 40).
C. Cara berlatih sebagai anak-anak Allah (12: 1-13).
Peringatan keenam: kemurtadan (12: 14-17).
D. Jalan hak-hak surgawi (12: 18-24).
Peringatan ketujuh: penolakan (12: 25-27).
E. Jalan kewajiban di antara manusia (13: 1-21).
III. Penutup dan salam (13: 22-25).


I Petrus
Pengarang:
Pengarang surat ini adalah Petrus. Dia sudah tidak asing lagi bagi pembaca kitab-kitab sejarah di Perjanjian Baru. Dia memegang peranan penting dalam pelayanan Tuhan di bumi dan menjadi pemimpin gereja Yerusalem dalam Kisah Para Rasul fasal 1-12. Dia seorang nelayan dari Betsaida, dekat Danau Galilea di Palestina Utara (Yohanes 1: 44), dan kakak Andreas. Pertama kali dia dibawa menghadap Yesus oleh adiknya (Yohanes 1: 40-42), dan pada saat itu Yesus bernubuat bahwa Simon yang tidak tetap itu pada suatu hari akan menjadi Petrus, yaitu batu karang yang teguh. Dia dipanggil dari pekerjaannya sebagai nelayan untuk menjadi penjala manusia (Markus 1: 16-18; Lukas 5: 1-11). Akhirnya di dalam Markus 3: 13-16, dia dipanggil dan dipilih sebagai seorang dari Dua Belas Murid Tuhan supaya mengikuti Dia dan menjalankan pelayanan penginjilan. Sebagai salah seorang dari murid-murid yang terakrab, ia bersama dengan Yakobus dan Yohanes, menyertai Tuhan pada beberapa kejadian penting pada pembangkitan putrid Yairus (Lukas 8: 54); peristiwa Pemuliaan Tuhan (Lukas 9: 28); dan pada malam menjelang penyaliban di Taman Getsemani (Matius 26: 37). Sebagai pemimpin Gereja yang mula-mula di Yerusalem dia muncul sbagai seorang pengkhotbah, pembela, dan pengurus yan tak kenal takut.
Surat I Petrus juga membicarakan tentang penderitaan, nahkan lebih banyak dari kedua surat yang lain (Yakobus dan Ibrani). Kata “penderitaan” atau “menderita” terdapat 17 kali, digunakan untuk penderitaan Kristus maupun umat-Nya. Terutama dalam 4: 12-19 masalah tersebut tercermin dengan jelas. Pada waktu itu (kiara-kira 63-65 M) tekanan penganiayaan Raja Nero terhadap orang Kristen di Roma dapat dirasakan juga di beberapa propinsi (bandingkan 1: 1), atau paling tidak ada ancaman bahaya. Oleh karena itu Petrus menulis suratnya untuk membangunkan harapan dengan memberi segi pandangan yang selayaknya (1: 6-9).

Latar Belakang surat I Petrus:
Surat ini ditulis untuk “orang-orang yang dipilih,” (1: 1) yaitu orang-orang pendatang yang tersebut di Pontus, Galatia Kapadokia, Asia Kcil dan Bitinia. Surat kiriman Petrus yang pertama ini memberikan secercah harapan dalam kesuraman penderitaan dan penganiayaan. Kata “penderitaan” dipakai 10 kali dalam kaitannya dengan kehidupan orang Kristen (2: 19,20; 3: 14,17; 4: 1,13,15,19; 5: 9,10). Di samping itu kata “pencobaan” (“ujian”) muncul dalam dua ayat yang penting, yaitu 1: 6 dan 4: 12. Apa yang harus dilakukan dan dipikirkan oleh orang Kristen jika menghadapi beberapa keadaan seperti itu? Hal ini dijawab oleh Petrus ketika dia memakai kata “pengharapan” yang terdapat dalam 1: 3,13,21; 3: 5,15 dan dengan jaminan bahwa Allah mempunyai maksud tertentu ketika mengizinkan bebrapa kesukaran tersebut menimpa kehidupan orang Kristen.

Tujuan dan Isi surat I Petrus:
Petrus menyatakan di tengah-tengah penderitaan orang Kristen yang ada pada saat itu dengan kata-kata “Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya” (2: 21). Untuk apa penderitaan tersebut diizinkan oleh Tuhan? Jawabnya, pencobaan itu untuk menguji iman kita sehingga kita dapat “memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yasus Kristus menyatakan diri-Nya” (1: 7). Sebenarnya merupakan suatu hak istimewa “untuk menderita juga karena kebenaran” (3: 14), karena Tuhan kita telah menderita untuk hal ini juga (2: 21; 4: 1). Ikut mengambil bagian dalam penderitaan Kristus akan mengakibatkan suka-cita pada saat kedatangan-Nya (4: 13). Ada penderitaan “karena kehendak Tuhan” yang dimaksudkan agar kita menyerahkan jiwa kita “dengan selalu berbuat baik kepada Pencipta kita” (4: 19). Dengan kata lain, Allah mengetahui apa yang dilakukan-Nya. Walaupun keadaa berubah-rubah, kita harus selalu berbuat baik.Kita telah dipanggil sebagai anak-anak Allah untuk ikut menikmati kemuliaan-Nya. Dia sendiri akan “melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu” (5: 10).
Bertentangan dengan tekanan tersebut, ada nada pengharapan. Hal ini sangat menghibur orang Kristen. Allah telah melahirkan kita “kepada suatu hidup yang penuh pengharapan” (1: 3), dan telah menyediakan warisan bagi kita di sorga (1: 4), dan menjaga kita semua untuk hari itu (1: 5). Pengharapan kita adalah pada kasih karunia Allah, dan pada Allah sendiri (1: 13,21; 3: 5). Sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, demikianlah kita akan terangkat kepad kemuliaan. Pengharapan yangada di dalam diri kita, yangtelah ditetapkan oleh iman, menjadi sedemikian nyata sehingga orang-orang di sekitar kita akan menanyai kita tentang pengharapan itu (3: 15). Dengan demikian kesukaran-kesukara yang kita hadapi itu menjadi kesempatan untuk bersaksi bagi Kristus.
Perlu diperhatikan bahwa dalam surat kirimannya ini Petrus banyak menggunakan kalimat perintah. Dengan demikian dia hendak menanamkan kesan kepada para pembacanya bahwa hidup bagi Allah itu banyak tuntutannya. Perintah yang positif ini akan menuntun dan membentuk kita sehinga layak untuk hari kedatangan-Nya. Petrus menerapkan kata-kata Kristus dalam Injil Markus, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan enganakal budimu dan dengan segenap kekuatanmu . . .kasihilah sesamu manusia seperti dirimu sendiri” (Markus 12: 30,31).Kita menunukkan iman kita dengan menaati perintah-perintaNya (I Perus 1: 22).

Isi surat I Petrus secararingkas sbb:
I. Salam (1: 1,2).
II. Perspektif dan Penderitaan (1: 3-2: 10).
III.Tekanan dan Penderitaan (2: 11-4: 6).
IV. Pelayanan dan Penderitaan (4: 7-11).
V.Bersaksi dan Penderitaan (4: 12-19).
VI. Sikap Pribadi dan Penderitaan (4: 12-19).
VII.Penutup (5: 12-14).

II Petrus, Yudas, dan I, II, III Yohanes.
Latar belakang:
Kelima surat kiriman paling akhir dari Perjanjian Baru, tiga di antaranya hanya terdiri dari satu fasal saja, saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya, karena semuanya menaruh perhatian terhadap ajaran palsu dalam lingkup ajaran dan etika Kristen. II Petrus dan Yudas memperingatkan terhadapmereka yang meremehkan wewenang Tuhan dan Firman-Nya. Sebagaimana guru-guru dalam Perjanjian Lama, mereka akan merasakan hukuman Allah yang dijatuhkan atas mereka. Ketiga surat kiriman yang dianggap berasal dari Yohanes, sebagaimana surat Ibrani juga tidak dicantumkan nama penulisnya, ditulis untuk menentang pengaruh ajaran Gnostik yang membahayakan pada saat itu (akhir abad pertama). Aliran ini mengaku punya pengetahuan mistik yang unggul, yang membawa kepada keselamatan. Ajaran-ajaran Gnostik juga mengajarkan pandangan-pandangan aneh tentang Kristus dan kodrat ciptaan. Yohanes menamakan ajaran-ajaran tersebut sebagai “roh antikristus” (I Yohanes 4: 1-3).

II Petrus
Penulis:
Penulis surat ini adalah Petrus. Hal ini dapat diketahui dari isi surat itu sendiri. Di dalam surat tersebut pengarang menamakan dirinya “Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus kristus” (1: 1). Nama Simon (Simeon) mengingatkan kepada nama aslinya (bandingkan Yohanes 1: 42; Kisah Para Rasul 15: 14). Di dalam surat ini terdapat banyak hal yang berkaitan dengan riwayat hidupnya sendiri. Penulis menyebut peristiwa di atas gunung ketika Yesus dimuliakan (1: 16-18; bandingkan Markus 9: 2-8). Di dalam 2: 14,18 dia memakai bahasa nelayan, yaitu “memikat.” Dalam 3: 1 dia menyebut surat ini sebagai “surat yang kedua” yang ditulis kepada pembaca-pembaca ini. Selanjutnya dia bersama-sama dengan para pembacanya telah memperoleh iman yang berharga.

Tujuan dan Isi surat II Petrus:
Allah telah menyediakan semua keperluan bagi kehidupan sohaniah orang yang percaya (1: 3). Adapun tanggung jawab orang percaya adalah mengambil manfaat dari sumber-sumber yang disediakan oleh Allah, sehingga dia menjadi “giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita” (1: 8). Demikianlah pemikiran Petrus dalam pembukaan surat ini dan dengan beberapa pernyataan ini ia telah menyediakan jalan bagi alasan-alasan pokoknya.
Pertama, Firman Alah yang diberikan karena dorongan Roh Kudus (1: 20,21) haruslah kita perhatikan (1: 19). Karena sumbernya ilahi, maka pesannya berwenang. Harus ditekankan bahw atujuan utama pernyataan dalam 1: 20,21 adalah mengenai asalnya bukan arti nas Alkitab. Firman itu datang bukan “oleh kehendak manusia” tetapi “oleh dorongan Roh Kudus.”
Kedua, jalan yang ditempuh oleh guru palsu, yang menyangkal “Penguasa yang telah menembus mereka,” pasti menuju kepada pnghukuman (2: 1) dan “akhirnya keadaan mereka lebih buruk daripada yang semula” (2: 20). Para pengikutnya tentu tidak dapat mengharapkan yang lebih baik lagi. Hukuman Allah yang pasti ke atas orang berdosa zaman Perjanjian Lama (2: 4,5,6,15) merupakan peringatan serius bagi semua orang.
Ketiga, kedatangan Kristus yang kedua akan memulihkan Nama dan Tujuan Allah, dan “hari Tuhan” akan merupakan hari penghukuman bagi orang-orang dunia yang mengejek (fasal 3). Petrus menyatakan bahwa orang yang menyangkal kenyataan peristiwa ini melupajkan “yang satu ini . . . bahwa di hadapan Tuhan hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari” (3: 8). Hanya karena Dia sabar dan “karena Ia menghendaki jangan ada yang binasa,” maka para pengejek masih bisa meneruskan ajaran-ajaran palsunya (3: 9).
Pesan terakhir ini merupakan tantangan bagi pembaca suratnya. “Sebab saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menentikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya . . . Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya” (3: 14,18).

Isi surat II Petrus secara ringkas:
I. Salam Pembukaan (1: 1,2).
II. Pengetahuan dan Hidup Kekristenan (1: 3-11).
III. Pengetahuan dan Firman Allah (1: 12-21).
IV. Pengetahuan dan Ajaran Palsu (2: 1-22).
V. Pengetahuan dan Kedatangan yang kedua (3: 1-13).
VI. Penutup: Keteguhan dan Pertumbuhan (3: 14-18).

Yudas
Penulis:
Penulis surat ini adalah Yudas “saudara Yakobus” dan cocok dengan apa yang dilukiskan lebih dahulu (dalam fasal 10 tentang Yakobus). Salah seorang saudara Kristus dan Yakobus bernama Yudas (Matius 13: 55). Mereka muncul sebagai orang-orang percaya dalam Kisah Para Rasul 1: 14, dan sekarang Yudas menulis sebagai “hamba Yesus Kristus” (1: 1).

Tujuan dan Isi surat Yudas sbb:
Sebagaimana surat II Petrus fasal 2, maka surat Yudas mengambil contoh-contoh dari kebiasaan orang-orangyang hidup dalam dosanya di Perjanjian Lama dan menjelaskan hukuman Allah atas orang-orang tersebut.
Yudas menggunakan contoh-contoh tersebut untuk berbagai alasan khusus.
Pertama, dia memakainya untuk memberitahukan pada para pembacanya betapa hebat akibat-akibat ketidakpercayaan. Israel melukiskan ketidakpercayaan (ayat 5); malaikat yang jatuh itu melukiskan ketidaktaatan (ayat 6); Sodom dan Gomoro melukiskan pencemaran moral (ayat 7).
Kedua, dengan demikian dia menggambarkan sifat guru-guru palsu, meskipun para pembacanya telah diberi peringatan terhadap mereka. Kain menggambarkan sifat keras kepala, Bileam ketamakan, dan Korah keangkuhan (ayat 11).
Ketiga, dengan memandangjauh ke masa depan, Yudas menulis tentang kesudahan guru-guru palsu tersebut. Dengan mengutipsebuah karanganYahudi, yaitu kisah Henokh, dia melukiskan apa yang akan dilakukan Allah terhadap “orang-orang berdosa yang fasik” tersebut (ayat 14, 15).
Untuk menghadapi semua bahaya tersebut, maka tangung jawab orang percaya ialah (1) mengingat ajaran para rasul (ayat 17), dan (2) memelihara diri dalam kasih Allah (ayat 21). Perintah yang disebut terakhir ini dikaitkan dengan sejumlah anak kalimat: (a) membangun dirimu sendiri di atas imanmu yang paling suci (ayat 20); (b) berdoalah dalam Roh Kudus (ayat 20); (c) menantikan rahmat Tuhan kita, Yesus Kristus, untuk hidupyangkekal (ayat 21). Bersama dengan ini tanggung jawabnya terhadap orang lain ialah (1) menunjukkan belas kasihan kepada mereka (ayat 23,23) dan (2) menyelamatkan mereka dengan jalan merampas mereka dari api (ayat 23).

Isi surat Yudas secara ringkas sbb:
I. Salam (1,2).
II. teguran: Mempertahankan iman (3,4).
III. Lukisan: Meninggalkan Iman ( 5-16).
IV. nasihat: Kemajuan dalam Iman (17: 23).
V.Penutup: Kidung pujian (24,25).

I Yohanes
Penulis:
Penulis surat kiriman I Yohanes, II Yohanes dan III Yohanes dianggap Yohanes, meskipun sebagaimana surat kiriman Ibrani tidak mencantumkan nama penulisnya.
Latar Belakang surat I Yohanes:
Yohanes menulis surat ini untuk menentang golongan Gnostik yang menyangkal kesungguhan keadaan manusiawi dan keilahian Tuhan. Surat-surat kirimannya, terutama surat yang pertama, merupakan senjata ampuh terhadap ajaran-ajaran palsu tersebut.
Surat tersebut berhubungan erat sekali dengan Injilnya (lihat fasal IV). Keduanya mengenai Tuhan Yesus dan hidup kekal yang diperoleh orang-orang yang percaya kepada-Nya (Yohanes 20: 30,31; I Yohanes 5: 13). Injil mengumumkan keselamatan; sedang suratnya memberi jaminan keselamatan. Keduanya membicarakan “Firman,” istilah yang dipakai untuk Kristus sebagai pernyataan Allah. Perbendaharaan kata kedua kitab tersebut sama, keduanya memakai kata-kata yang penting seperti “pada mulanya” dan “sejak semula” (bandingka 1: 1 dari masing-masing kitab); “bersaksi” (33 kali dalam kitab Yohanes dan 6 kali dalam surat I Yohanes); “percaya” (98 kali dalam kitab Yohanes dan 9 kali dalam I Yohanes); “hidup yang kekal” (Yohanes 3: 16; I Yohanes 1: 2); “kasih” (Yohanes 3: 16; I Yohanes 4; “ tinggallah “ (Yohanes 15: 4; I Yohanes 2: 28); dan masih banyak lagi.
Waktu penulisan untuk semua tulisan Yohanes kira-kira akhir abad pertama, kurang lebih antara tahun 85-95 M. Demikianlah sebagai seorang yang sudah lanjut usia Yohanes mengenangkan pengalaman-pengalaman dengan Tuhannya, yang sudah lama direnungkannya, dan juga masalah-masalah Gereja pada masa itu.

Tujuan dan Isi surat I Yohanes sbb:
Yohanes menulis suratnya untuk menjelaskan bahwa kodrat pribadi Kristu bertentangan dengan ajaran-ajaran sesat yang menyusahkan Gereja menjelang akhir abad pertama. Ajaran-ajaran tersebut pada umumnya dinamakan dengan istilah Gnostik, yaitu suatu aliran filsafat agama yang berdasarkan ide bahwa roh itu baik sedang zat itu jahat. Sebagaimana dalam sistem-sistem agama Yunani dan Timur lainnya, aliran Gnostik ini percaya bahwa seseorang harus melepaskan dirinya sendiri dari dunia materi dan menyibukkan diri dengan roh. Jalan pelarian bagi aliran Gnostik ialah pengetahuan yang unggul. Dengan mempelajari rahasia-rahasia alam semesta ini, seseorang yang baru mengikuti alran ini diduga dapat memperoleh kebebasan.
Ajaran dari aliran sesat ini berlawanan dengan ajaran Kristen yang berpusat pada diri Kristus. Menurut ajaran ini jika zat tersebut (menyangkut tubuh manusia) jahat, sudah jelas bahwa Allah tidak dapat dinyatakan dalam keadaan daging, sebab dengan demikian Dia akan dicemarkan. Sebab dengan ajaran tersebut kemanusiaan Kristus itu tidak sungguh-sungguh; murid-murid hanya melihat hantu; Dia seolah-olah sungguh-sungguh ada. Jika Yesus itu benar-benar manusia, seperti seperti yang diajarkan orang lain, maka “roh Kristus” tidak bersenyawa dengan-Nya, kecuali dalam waktu singkat, yaitu antara baptisan dan penyaliban-Nya. Dengan demikian ajaran tersebut menyangkal keilahian-Nya.
Jika disadari betapa lazimnya ajaran-ajaran palsu tersebut pada saat itu, maka banyak pernyataan Yohanes dalam surat kirimannya yang pertama akan lebih berarti. Yohanes melawan aliran Doketisme dengan keteguhannya mempertahankan kesungguhan kemanusiaan Kristus (1: 1-3; 4: 1-3). Yohanes melontarkan kata-kata pedas terhadap ajaran Cerinthiarisme dengan menitikberatkan fakta bahwa Yesus ialah Kristus, Putra Allah (1; 3,7; 2: 22,23; 3: 23; 4: 15; 5: 1,20).
Tujuan utama surat kiriman I Yohanes ini dinyatakan oleh Yohanes sendiri dalam 5: 13, yaitu “Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal.” Kata-katanya ditujukan kepada “anak-anak Allah,” yaitu orang-orang yang telah ‘lahir dari allah.” Maka ini merupakan sebuah surat keluarga dan kata persekutuan dipakai oleh Yohanes untuk menguraikan hubungan antara Allah dan anak-anak-Nya (bandingkan 1: 3,6,7).

Isi surat I Yohanes sbb:
I. Pembukaan: Kesungguhan persekutuan (1: 1-4).
II. persyaratan bagi persekutuan (1: 5-10).
III. Sifat jaya persekutuan (2: 1-17).
IV. Musuh-musuh Persekutuan (2: 18-29).
V. Alasan-alasan bagi Persekutuan (3: 1-12).
VI. Ujian-ujian Persekutuan (3: 13-24).
VII.Membeda-bedakan Persekutuan (4: 1-6).
VIII. Praktek Persekutuan (4: 7-21).
IX. Landasan Persekutuan (5: 1-12).
X. Hak-hak Istimewa Persekutuan (3: 13-21).

II Yohanes
Tujuan dan Isi surat II Yohanes:
Surat II Yohanes bersama dengan III Yohanes merupakan contoh urat pribadi Yohanes. Kedua surat tersebut ditujukan kepada perorangan dan mengenai berbagai persoalan pribadi.
Kata penting dalam surat ini adalah “kebenaran.” Yohanes menekankan perlunta “hidup dalam kebenaran,” karena “banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia.” Orang yang menyangkal doktrin Kristus jangan diberi salam Kristen (ayat 10,11), agar kita tidak mengambil “bagian dalam perbuatannya yang jahat.”


Isi ringkas surat II Yohanes sbb:
I. Salam (1-3).
II. berjalan dalam kebenaran (4-11).
A. Perintah Bapa (4-6).
B. berita para penyesat (7-11).
III. penutup (12,13).

III Yohanes
Tujuan dan Isi III Yohanes:
Surat III Yohanes ditujukan kepada orang yang disebut sebagai “Gayus yang kekasih” (ayat 1). Dia tidak disebut-sebut lagi, tentu saja dia dikebal baik oleh anggota-anggota gereja di Asia,tempat pelayanan Yohanes pada tahun-tahun terakhir hidupnya. Nama tersebut cukup terkenal karena sering muncul dalam tulisan Paulus. Di dalam Roma 16: 23 kita menemukan Gayus (dari Korintus) sebagai tuan rumah ketika Paulus berada di kota tersebut. Di dalam Kisah 19: 29 disebut nama “Gayus dari Makedonia,” sedang di Kisah 20: 4 disebut dengan nama “Gayus dari derbe.”
Kata penting dari surat III Yohanes ini adalah “kesediaan menerima tamu.” Surat ini mengakuikeramahan gayus dengan membuka pintu rumahnya lebar-lebar bagi para pekerja Kristen maupun orang asing (ayat 5) dan mendorong dia untuk melanjutkan pelayanan tersebut (ayat 6).
Diotrefes dengan sikap yang tidak tahu malu telah mengucilkan orang-orang yang tidak mau mengakui “keunggulannya” di dalam gereja. Yohanes telah berjanji akan menetibkan Diotrefes ini apabila bila dia datang (ayat 9,10). Sebagai bandingan, maka Demetrius diberi kesaksian bail oleh semua anggota gereja (ayat 12). Pujiannya “semua orang memberi kesaksian baik, malah kebenaran sendiri memberi kesaksian yang demikian,” merupakan tantangan bagi orang Kristen untuk berjalan dalam kebenaran.

Isi surat III Yohanes secara ringkas sbb:
I. Salam (1).
II. Doa bagi keramahtamahan Gayus (2-4).
III.Pujian bagi keramahtamahan Gayus (5-8).
IV. Menyalahkan siasat Diotrefes (9-11).
V. Pujian bagi sifat Demetrius (12).
VI. Penutup (13).

Kitab Wahyu
Pengantar:
Kitab Wahyu sebagaimana kitab Daniel dalam Perjanjian Lama, bersifat apokaliptis. Istilah tersebutberarti “menyingkapkan” atau “membuka selubung,” jadi “menyatakan” sesuatu yang dahulunya terselubung, tertutup, atau tersembunyi.
Ada beberapa ciri khas tulisan yang bersifat apokaliptis. Ciri-ciri tersebut adalah:
a) Biasanya ditulis pada masa kesukaran atau kesusahan.
Situasi seperti di atas tampak dalam kitab Daniel dan Wahyu. Di dalam kitab Daniel digambarkan dengan hidup dalam penawanan di Babilonia; sedang di dalam kitab Wahyu digambarkan permulaan pertentangan antara kekaisaran Romawi dengan Gereja.
b) Penyampaian beritanya dengan perantaraan tanda-tanda, lambang-lambang impian dan penglihatan.
Misalnya Yohanes menulis dalam Wahyu 1: 1 bahwa beritanya diberikan melalui malaikat yang “diutus, yang telah dinyatakannya” (yaitu digambarkan dengan memakai “tanda-tanda” atau tokoh-tokoh jasmaniah yang harus diartikan secara rohaniah). Dalam rangka empat penglihatan besar, Yohanes menyajikan garis besar beritanya.
c) Menjanjikan bahwa akhirnya kebaikan akan mengalahkan kejahatan.
Pada saat penyataan kerajaan Allah, bersama-sama dengan Tuhan yang surgawi (bandingkan “Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan,” Wahyu 19: 16) sebagai penguasa tertinggi semua ciptaan, maka semua harus tunduk kepada kehendak-Nya (bandingkan Daniel 2: 44; Wahyu 11: 15).
Meskipun banyak orang yang menganggap bahwa kitab Wahyu ini aneh dan menakutkan dan sering diabaikan, tetapi kitab ini adalah satu-satunya kitab perjanjian Baru yang berisi janji berkat bagi orang “yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya” (1: 3; bandingkan Yosua 1: 7,8). Apalagi kitab ini diakhiri dengan sebuah peringatan serius bagi mereka yang menambahkan atau mengurangi isi nubuat ini (22: 18,19). Terutama sekali harus ditekankan bahwa kitab ini menurut pernyataannya sendiri adalah “Wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepada-Nya, supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya” (1: 1). Karena
kitab ini mempunyai sifat seperti yang diungkapkan oleh pernyataan yang terus terang tadi, maka isinya patut dipelajari dengan seksama oleh orang yang percaya.

Latar belakang kitab Wahyu sbb:
Dengan membaca kitab Wahyu ini dapatlah segera dapat dilihat bahwa aniaya dan kesukaran telah mengancam Gereja. Beberapa masalah yang gawat baik dari luar maupun dari dalam Gereja mudah dilihat. Jemaat efesus dipuji karena kesabarannya dan karena dapat membedakan orang-orang jahat (2: 2); jemaat di Smirna akan mengalami kesusahan selama sepuluh hari (2: 10); di Pergamus, Antipas mati syahid (2: 13); “kesukaran besar” akan menimpa Tiatira (2: 22); kepada jemaat di Filadelfia dijanjikan perlindungan Tuhan pada hari pencobaan (3: 10).
Kitab Wahyu ditulis kira-kira pada tahun 90-95 M. Selama abad pertama kaisar-kaisar Roma memegang tampuk kekuasaan atas dunia, yaitu dari Kaisar Agustinus sampai dengan Domitianus. Semua penganiayaan yang dilancarkan Roma terhadap gereja sebelum Kaisar Dekius (250 M) bersifat local. Pada beberapa tempat tertentu orang-orang Kristen mulai merasakan perlawanan pemerintahdalam tahun 64 M, kemudian sekali lagi selama pemerintahan Domatianus. Pembuangan Yohanes ke pulau Patmos merupakan salah satu contoh dari beberapa kesukaran yang sedang dan akan terjadi seperti dituliskan dalam kitab Wahyu (1: 9).
Haruskah ini menjadi nasib Gereja selama-lamanya? Mungkinkah iblis dan sekutu-sekutunya akan memperoleh kemenangan? Kitab Wahyu memberi jawaban yang menentukan. Naga akan dicampakkan dari langit 912: 9); orang-orang saleh akan mengalahkan dia (12: 11). Akhirnya dia dan sekutu-sekutunya akan dicampakkan ke dalam “lautan api” (19: 20; 20: 10). Dengan demikian Allah itulah Mahatinggi dan Gereja ditetapkan untuk selama-lamanya, sebagai “pengantin perempuan yangberdandan untuk suaminya” (21: 2). Seperti yang dikatakan oleh Tuhan Yesus, demikian itulah yang terjadi, “alam maut tidak akan menguasainya” (Matius 16: 18).




































Isi kitab Wahyu sbb:
Kitab Wahyu dibangun sekitar keempat penglihatan, bersama-sama dengan bagian pembukaan (1: 1-8) dan bagian penutup (22: 6-21). Ringkasan tersebut menekankan bahwa Kristus menjadi pusat di seluruh pelukisan ini.
Dalam beberapa hal pengihatan yang pertama lebih mudah difahami dari pada beberapa penglihatan berikutnya. Ketika Tuhan berfiman kepada Yohanes (1: 9-20) dan kemudian kepada ketujuh Jemaat (fasal 2,3), dapat diketahui bahwa bahasanya sangat jelas mengingat keadaan pada abad pertama. Yang ditekankan di sini adalah kedaulatan Kepala itu ketika Dia berjalan di antara tujuh kaki dian (gereja-gereja) dan memegang ketujuh bintang (pembawa berita atau pemimpin gereja) dalam tangan kanan-Nya, yaitu tempat wewenang dan kehormatan.
Kerangka bagi penglihatan yang kedua (4: 1-16; 21) terdiri dari uraian tentang tiga rangkaian hukuman di atas bumi. Setiap rangkaian hukuman itu terdiri dari tujuh bagian. Beberapa kejadian ini luar biasa dahsyatnya. Entah beberapa kejadian tersebut ditafsirkan secara harfiah atau lambing, pembaca akan kagum melihat kedahsyatan pembalasan Allah terhadap orang-orang berdosa yang tidak mau bertobat (bandingkan Roma 12: 19; Ibrani 10: 30,31).
Penglihatan ketiga (17: 1-21: 8) dengan khusus memperhatikan kemenangan kristus pada musuh-musuh-Nya. Menurut urutan kejadiannya , beberapa musuh tersebut adalah perempuan pelacur dan Binatang di Babel; Binatang dengan nabi palsunya serta pengikut-pengikutnya; Iblis dengan para pemberontak di bumi; dan umat manusia yang tidak dilahirkan kembali. dengan demikian telah dipersiapkan jalan bagi “langit yang baru dan bumi yang baru.” bagian yang sangatpenting dalam penglihatan ini adalah 20: 4-6, yang menggambarkan pemerintahan kristus selama seribu tahun, ketika nama baik-Nya dipulihkan di bumi, di mana Dia duluditolak (bandingkan I Korintus 15: 25-27). Orang-orang saleh akan memerintah bersama-sama Dia (bandingkan I Korintus 6: 2) dan akan menjalankan jabatan mereka sebagai “imam-imam Allah dan Kristus.”
Akhirnya dalam penglihatan yang keempat (21: 9-22: 5) nampak “langit yang baru dan bumi yang baru.” Ada perbedaan yang sangat menyolok antara mempelai perempuan Kristus yang tak bercacat cela, dengan perempuan yang berpakaian kirmisi, yaitu pelacur Babel (fasal 17). Kesempurnaan Yerusalem baru digambarkan oleh Yohane, berintikan hubungan yang tak putus-putus antara Allah dengan umat-Nya. Dengan meniadakan kematian dan adanya pohon kehidupan, keindahan Eden yang murni mulai nampak kembali (bandingkan Kejadian 2). Yang telah dicemarka oleh dosa, sekarang dipulihkan dan dimurnikan. Dengan demikian Allah akan menjadi “semua di dalam semua.” Kisah penebusan telah selesai.

Isi kitab Wahyu secara ringkas sbb:
I. Pembukaan (1: 8).
II. Penglihatan pertama: Kristus dan ketujuh Jemaat (1: 9-3: 22).
III.Penglihatan kedua: Kristus dan Penghakiman dunia (4: 1-16: 21).
A. Takhta di surga dan Anak Domba (4: 1-5: 14).
B. Ketujuh meterai dibuka (6: 1-8: 5).
C. Ketujuh sangkakala ditiup (8: 6-11: 19).
D. Binatang-binatang itu dan pertarungannya (12: 1-14: 20).
E. ketujuh cawan dituangkan (15: 1-16: 21).
IV. Penglihatan Ketiga: Kristus dan kemenangan-kemenangan-Nya (17: 1-21: 8).
A. Jatuhnya Babel yang besar (17: 1-18: 24.
B. Sukacita di sorga (19: 1-10).
C. Penampilan Kristus (19: 11- 16).
D. Binatang dikalahkan (19-11-21).
E. Iblis diikat (20: 1-3).
F. Kerajaan seribu tahun (20: 4-6).
G. Pemberontakan dan penghakiman akhir (20: 7-25).
H. Langit baru dan Bumi baru (21: 1-8).
V. Penglihatan keempat: Kristus dan mempelai-Nya (21: 9-22:5).
VI. Penutup: Nasihat terakhir dan berkat (22: 6-21) (Walter, 2001: 17-100).


C. Informasi Al Qur’an tentang Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru (Bible).
Di pembahasan sebelumnya dijelaskan bahwa di kalangan Gereja Protestan dan Gereja Katolik ada perselisihan mengenai jumlah kitab-kitab yang ada di dalam Perjanjian Lama. Menurut Gereja Protestan ada kitab-kitab di dalam Perjanjian Lama yang dipakai Gereja Katolik dianggap tidak sahih. Kitab-kitab yang dianggap tidak sahih oleh Gereja Protestan debut dengan istilah Kitab-kitab Apokrif. Dengan demikian di kalangan Nasrani sendiri ada perselisihan tentang isi dari Perjanjian Lama.
Di samping itu Kitab Taurat atau Thora sendiri menurut teolog Kristen yang bernama A. Koenen dan J. Welhausen berasal dari empat sumber, yaitu sumber Yahwist (Y), Elohist (E), Deuteronomist (D), dan Priester (P). Hal ini menunjukkan bahwa Kitab Taurat dalam versi Kristen tidak ditulis oleh satu penulis, tetapi minimal ditulis oleh empat penulis yang berbeda-beda latar belakang tempat dan budayanya. Dengan kata lain melibatkan banyak tangan-tangan manusia.
Demikian juga dalam Perjanjian Baru, misalnya Matius dan Lukas, menurut Holtzmann, dalam menyusun Injilnya memakai beberapa sumber lain. Matius memakai sumber yang berasal dari Markus, sumber khusus yang dipakai Matius, dan sumber yang bersama dipakai oleh Matius dan Lukas (ada tiga sumber). Demikian juga Lukas di dalam menyusun Injilnya memakai sumber yang berasal dari Markus, sumber khusus yang dipakai Lukas, dan sumber bersama yang dipakai Lukas dan Matius (ada tiga sumber). Ini menunjukkan bahwa baik Matius dan Lukas menulis Injilnya bukan berdasarkan kesaksiannya kepada Yesus sendiri, tetapi hanya menulis tentang Yesus berdasarkan sumber-sumber yang ditulis oleh orang lain. Dengan kata lain banyak tangan manusia yang terlibat dalam penulisan Injil matius dan Lukas.
Selanjutnya menurut penulis Kristen yang bernama M.E. Duyverman menyatakan bahwa Perjanjian Baru yang ada sekarang tidak disalin berdasarkan naskah aslinya (sudah tidak ditemukan lagi), tetapi berdasarkan salinan-salinan aatau penulisan kembali dari naskah aslinya, dan tidak menutup kemungkinan tidak ada kesalahan kata-kata dalam penulisan kembali tersebut. Menurut dia Perjanjian Baru memang tidak secara harfiyah sama dengan aslinya, tetapi yang penting isinya atau maknanya tidak berubah dari ajaran Yesus. Oleh karena itu menurut penulis Perjanjian Baru ini semisal Hadis yang maknawi, bukan Hadis yang lafdzi atau harfiyah.
Sekarang di kalangan Kristen sendiri ada dua golongan di dalam memandang Perjanjian Baru. Golongan pertama memandang Perjanjian Baru sebagai Kitab Suci yang diwahyukan langsung dari Tuhan. Golongan kedua, sejak terbit tulisan dengan metode historis dari Ferdinand Chritian Baur (1792-1860), memandang bahwa Alkitab harus dianggap sebagai reaksi generasi pertama dan kedua, bahkan ada yang dari generasi ketiga murid-murid Yesus terhadap ajarannya. Reaksi ini merupakan ulangan langsung ajaran Yesus, merupakan adaptasi juga terhadap kondisi masing-masing kelompok, dan dengan demikian ulangan ini mudah lain perspektifnya dari ajaran Yesus (Steenbrink, 1987: 27).
Uraian di atas menunjukkan bahwa di kalangan Kristen sendiri mempunyai pendapat yang beragam tentang keaslian Alkitab.
Adapun Al Quran menjelaskan bahwa Allah SWT telah menurunkan kitabnya kepada para rasul-Nya. Sebagaimana disebutkan di dalam Surat Al Hadiid: 25 sbb:
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَابِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمْ الْكِتَابَ وَالْمِيْزَانَ لِيَقُوْمَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.”
Demikian juga Al Qur’an menjelaskan bahwa Allah SWT telah menurunkan wahyu-Nya kepada para nabi-Nya. Sebagaimana disebutkan di dalam Surat An Nisa’: 163 sbb:
اِنَّاأَوْحَيْنَااِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَااِلَى نُوْحٍ وَالنَّبِيِّيْنَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَوْحَيْنَا اِلَى اِبْرَاهِيْمَ وَاِسْمَعِيْلَ وَاِسْحَاقَ وَيَعْقُوْبَ وَاْلاَسْبَاطِ وَعِيْسَى وَأَيُّوْبَ وَيُوْنُسَ وَهَارُوْنَ وَسُلَيْمَانَ وَءَاتَيْنَا دَاوُدَ زَبُوْراً.
Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu kepada (pula) kepada Ibrahim, Isma’il, Ishak, Ya’qub dan anak cucunya, ‘Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.

Al Qur’an menyatakan bahwa Allah SWT telah menurunkan Shuhuf, Taurat, Zabur, Injil dan beberapa Lauh.
Di dalam Surat An Najm: 36-38 sbb:
أَمْ لَمْ يُنَبَّأْ بِمَا فِى صُحُفِ مُوْسَى وَاِبْرَاهِيْمَ الَّذِى وَفَّى أَلاَّ تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى.
Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa? Dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji? (yaitu) bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.”
Di dalam Surat Al Maidah: 44 sbb:
اِنَّآأَنْزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيْهَاهُدَى وَنُوْرٌ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّوْنَ الَّذِيْنَ أَسْلَمُوْا لِلَّذِيْنَ هَادُوْا وَالرَّبَّانِيُّوْنَ وَاْلاَحْبَارُ بِمَااسْتُحْفِظُوْا مِنْ كِتَابِ اللهِ وَكَانُوْا عَلَيْهِ شُهَدَآءَ فَلاَ تَخْشَوُاالنَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلاَتَشْتَرُوْا بِئَايَاتِى ثَمَناً قَلِيْلاً وَمَنْ لَّمْ يَحْكُمْ بِمَآأَنْزَلَ الله ُ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْكَافِرُوْنَ.
Sesunguhnya kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menrangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.

Di dalam Surat Al Isra’: 55 disebutkan:
وَرَبُّكَ أَعْلَمُ بِمَنْ فِى السَّمَاوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَلَقَدْ فَضَّلْنَا بَعْضَ النَّبِيِّيْنَ عَلَى بَعْضٍ وَءَاتَيْنَا دَاوُدَ زَبُوْراً.
“Dan Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi. Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur (kepada Daud).”
Di dalam Surat Al Maidah: 46 disebutkan:
وَقَفَّيْنَاعَلَى ءَاثَارِهِمْ بِعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ مُصَدِّقاً لِّمَابَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ وَهُداً وَمَوْعِظَةً لِلْمُتَّقِيْنَ.
Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi-nabi Bani Israil) dengan ‘Isa putera Maryam,membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.
Di dalam Surat Al A’raaf: 145 disebutkan:
وَكَتَبْنَالَهُ فِى اْلاَلْوَاحِ مِنْ كُلِّ شَىْءٍ مَّوْعِظَةً وَتَفْصِيْلاً لِّكُلِّ شَيْءٍ فَخُذْهَا بِقُوَّةٍ وَأْمُرْ قَوْمَكَ يَأْخُذُ وْا بِأَحْسَنِهَاسَأُوْرِيْكُمْ دَارَالْفَاسِقِيْنَ.
Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu; maka (Kami berfirman): “Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) dengan sebaik-baiknya, nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasik.

Setelah Al Qur’an menjelaskan beberapa kitab yang diturunkan kepada beberapa nabi, lalu menerangkan bahwa ukuran kebenaran isi dari ayat-ayat dalam kitab-kitab tersebut adalah Al Qur’an. Sebab menurut Al Qur’an sudah banyak ayat dalam kitab-kitab tersebut dipalsukan atau dirubah isinya. Penjelasan Al Qur’an sebagai ukuran kebenaran dari isi kitab-kitab sebelumnya disebutkan di dalam Surat Al Maidah: 48 sbb:
وَأَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقاً لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِناً عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَآأَنْزَلَ الله ُ وَلاَ تَتَّبِعْ أَهْوَآءَهُمْ عَمَّاجَآءَكَ مِنَ الْحَقِّ . . .
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. . . .

Selanjutnya Al Qur’an menjelaskan bahwa Bani Israil telah melupakan sebagian kitab.
Sebagaimana disebutkan di dalam Surat Ali ‘Imran: 23 sbb:
أَلَمْ تَرَى اِلَى الَّذِيْنَ أُتُوْا نَصِيْباً مِّنَ الْكِتَابِ يُدْعَوْنَ اِلَى كِتَابِ اللهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ يَتَوَلَّى فَرِيْقٌ مِّنْهُمْ وَهُمْ مُّعْرِضُوْنَ.
Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah diberi bahagian yaitu Al Kitab (Taurat), mereka diseru kepada kitab Allah supaya kitab itu menetapkan hukum di antara mereka; kemudian sebahagian dari mereka berpaling, dan mereka selalu membelakangi (kebenaran).

Disebutkan juga di dalam Surat Al Maidah: 13 sbb:
فَبِمَانَقْضِهِمْ مِّيْثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَاقُلُوْبَهُمْ قَاسِيَةً يُحَرِّفُوْنَ الْكَلِمَ عَنْ مَّوَاضِعِهِ وَنَسُوْا حَظاًّ مِّمَّا ذُكِّرُوْابِهِ وَلاَتَزَالُ تَطَّلِعُ عَلَى خَائِنَةٍ مِّنْهُمْ اِلاَّقَلِيْلاً مِّنْهُمْ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْفَحْ اِنَّ الله َ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ.
(Tetapi ) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akanmelihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.

Di samping itu orang Nasrani juga melupakan sebagian peringatan Allah SWT, sebagaimana disebutkan di dalam Surat Al Maidah: 14 sbb:
وَمِنَ الَّذِيْنَ قَالُوْا اِنَّانَصَارَى أَخَذْنَا مِيْثَاقَهُمْ فَنَسُوْا حَظاًّ مِّمَّاذُكِّرُوْابِهِ فَأَغْرَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَآءَ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَسَوْفَ يُنَبِّئُهُمُ الله ُ بِمَاكَانُوْا يَصْنَعُوْنً.
Dan di antara orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya kami ini orang-orang Nasrani,” ada yang telah Kami ambil perjanjian mereka, tetapi mereka (sengaja) melupakan sebahagian dari apa yang mereka telah diberi peringatandengannya; maka Kami timbulkan di antara mereka permusuhan dan kebencian sampai hari kiamat. Dan kelak Allah akan memberitakan kepada mereka apa yang selalu mereka kerjakan.

Al Qur’an menyatakan bahwa orang-orang Yahudi telah megubah-ubah Firman Allah SWT.
Disebutkan di dalam Surat An Nisaa’: 46 sbb:
مِنَ الَّذِيْنَ هَادُوْا يُحَرِّفُوْنَ الْكَلِمَ عَنْ مَّوَاضِعِهِ وَيَقُوْلُوْنَ سَمِعْنَاوَعَصَيْنَا وَاسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَرَاعِنَالَيَّابِأَلْسِنَتِهِمْ وَطَعْناً فِى الدِّيْنِ وَلَوْ أَنَّهُمْ قَالُوْا سَمِعْنَاوَأَطَعْنَا وَاسْمَعْ وَانْظُرْنَالَكَانَ خَيْراً لَّهُمْ وَأَقْوَمَ وَلَكِنْ لَّعَنَهُمُ الله ُ بِكُفْرِهِمْ فَلاَ يُؤْمِنُوْنَ اِلاَّقَلِيْلاً.
Yaitu orang-orang Yahudi, mereka merubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata: “Kami mendengar,” tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula): “Dengarah” sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan): “Ra’ina,” dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan: “kami mendengar dan patuh, dan dengarlah dan perhatikanlah kami,” tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis.

Disebutkan juga di dalam Surat Al Baqarah: 75 sbb:
أَفَتَطْمَعُوْنَ أَنْ يُؤْمِنُوْا لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيْقٌ مِّنْهُمْ يَسْمَعُوْنَ كَلاَمَ اللهِ ثُمَّ يُحَرِّفُوْنَهُ مِنْ بَعْدِ مَاعَقَلُوْهُ وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ.
“Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segologan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya.”
Di dalam Surat Al Maidah: 41 disebutkan:
. . . وَمِنَ الَّذِيْنَ هَادُوْا سَمَّاعُوْنَ لِقَوْمٍ ءَاخَرِيْنَ لَمْ يَأْتُوْكَ يُحَرِّفُوْنَ الْكَلِمَ مِنْ بَعْدِ مَوَاضِعِهِ يَقُوْلُوْنَ اِنْ أُوْتِيْتُمْ هَاذَا فَخُذُوْهُ وَاِنْ لَّمْ تُؤْتَوْهُ فَاحْذَرُوْا . . .
. . . dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu; mereka merobah perkataan-perkataan (taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatkan: “Jika diberikan ini (yang sudah dirobah-robah oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jikakamu diberi yang bukan ini, maka hati-hatilah . . .
Mereka juga mengaku-aku bahwa karangannya sendiri sebagai firman Allah SWT. Sebagaimana disebutkan di dalam Surat Al Baqarah: 79 sbb:
فَوَيْلٌ لِّلَّذِيْنَ يَكْتُبُوْنَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيْهِمْ ثُمَّ يَقُوْلُوْنَ هَاذَا مِنْ عِنْدِ اللهِ لِيَشْتَرُوْا بِهِ ثَمَناً قَلِيْلاً فَوَيْلٌ لَّهُمْ مِمَّاكَتَبَتْ أَيْديْهِمْ وَوَيْلِّ لَّهُم مِمَّايَكْسِبُونَ.
Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: “Ini dari Allah,” (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan.

Selanjutnya Ahli Kitab juga menyembunyikan sebagian Kitab.
Di dalam Surat Al Maidah: 15 disebutkan:
يَآأَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَآءَكُمْ رَسُوْلُنَ يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيْراًمِّمَّا كُنْتُمْ تُخْفُوْنَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍ قَدْجَآءَكُمْ مِّنَ اللهِ نُوْرٌ وَكِتَابٌ مُّبِيْنٌ.
Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan.

Di dalam Surat Al An’am: 91 disebutkan:
وَمَاقَدَرُوْا الله َ حَقَّ قَدْرِهِ اِذ ْقَالُوْا مَآأَنْزَلَ الله ُ عَلَى بَشَرٍ مِّنْ شَىْءٍ قُلْ مَنْ أَنْزَلَ الْكِتَابَ الَّذِى جَآءَ بِهِ مُوْسَى نُوْراً وَهُدًى لِّلنَّاسِ تَجْعَلُوْنَهُ قَرَاطِيْسَ تُبْدُوْنَهَا وَتُخْفُوْنَ كَثِيْراً وَعُلِّمْتُمْ مَّالَمْ تَعْلَمُوْآ أَنْتُمْ وَلاَ ءَابَآؤُكُمْ قُلِ الله ُ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِى خَوْضِهِمْ يَلْعَبُوْنَ.
Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya dikala mereka berkata: “Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia.” Katakanlah: “Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembar-lembaran kertas yang bercerai berai, kamu perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui (nya) ?” Katakanlah: “Allah-lah (yang menurunkannya),” kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Qur’an kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.

Di samping itu mereka memutar lidahnya ketika membaca Al Kitab.
Di dalam Surat Ali ‘Imran: 78 disebutkan:
وَاِنَّ مِنْهُمْ لَفَرِيْقاً يَلْوُوْنَ أَلْسِنَتَهُمْ بِالْكِتَابِ وَيَقُوْلُوْنَ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللهِ وَمَاهُوَ مِنْ عِنْدِ اللهِ وَيَقوْلُوْنَ عَلَى اللهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ.
Sesungguhnya di antara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: “Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah,” padahal ia bukan dari isi Allah, Mereka berkata dusta terhadap Allah, sedang mereka mengetahui.

Di samping itun Ahli Kitab menyampuradukkan antara yang hak dengan yang batil. Maksudnya menutupi firman-firman Allah yang terdapat di dalam Taurat dan Injil dengan perkataan-perkataan yang dibuat-buat oleh Ahli Kitab sendiri. Sebagaimana disebutkan di dalam Surat Ali ‘Imran: 17 sbb:
يَآأَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَلْبِسُوْنَ الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوْنَ الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ.
“Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang hak dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahui?”
Selanjutnya orang-orang Yahudi dan Nasrani menyembunyikan kebenaran tentang Nabi Muhammad saw. Sebagaimana disebutkan di dalam Surat Al Baqarah: 146 sebagai berikut:
الَّذِيْنَ ءَاتَيْناهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُوْنَهُ كَمَايَعْرِفُوْنَ أَبْنَآءَهُمْ وَاِنَّ فَرِيْقاً مِّنْهُمْ لَيَكْتُمُوْنَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ.
Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.

Berdasarkan pemaparan di atas menurut Al Qur’an, Al Kitab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, sudah tidak asli lagi. Di dalamnya sudah ada kebenaran yang disembunyikan maupun dirubah-rubah isinya.
Berkaitan dengan Perjanjian Lama (PL), Prof. Dr. M.M. Al-A’zami dalam bukunya Sejarah Teks Al-Qur’an dari Wahyu sampai Kompilasi Kajian Perbandingan dengan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru menyatakan:
Sebuah kesan yang salah telah terbangun di antara para pembaca umum bahwa PL telah ditransmisikan sepanjang masa secara persis kata demi kata, dan huruf demi huruf. Padahal tidaklah demikian kasusnya; bahkan “Sepuluh Perintah” (the Ten Commandments) saja berbeda dalam dua versi.
Para sarjana sepakat bahwa pada akhir era pra-Masehi, teks PL dikenal dalam berbagai tradisi yang berbeda satu sama lain sampai pada tingkat yang beragam. Untuk menyelesaikan teka-teki tipe teks yang sangat beragam ini, para sarjana telah menggunakan pendekatan-pendekatan (approaches) yang berbeda. “Frank M. Cross menafsirkan keberagaman tersebut sebagai bentuk-bentuk teks lokal Palestina, Mesir dan Babilonia, yang berarti bahwa setiap pusat dari pusat-pusat ini memelihara teks PL masing-masing, yang sama sekali berdiri sendiri (independent) dan tak ada hubungan apa pun dengan teks-teks yang digunakan pusat-pusat yang lain. Shemaryahu Talmon menolak teori Cross; sebagai gantinya dia berpendapat bahwa “para pengarang, penghimpun, dan juru tulis dulu itu menikmati apa yang bisa diistilahkan sebuah kebebasan yang terkontrol tentang keragaman teks . . . Dari tahap transmisi manuskripnya yang paling awal, teks Perjanjian Lama memang dikenal dalam sebuah keragaman tradisi yang berbeda satu sama lain sampai pada kadar yang beragam pula.” Jadi , sementara Cross berpendapat bahwa setiap pusat (centre) menentukan bentuk teksnya masing-masing, Talmon berargumen bahwa keberagaman ini tidak disebabkan karena pusat-pusat yang berbeda, akan tetapi karena para penghimpun dan juru tulis teks-teks itu sendiri yang sejak semula memang menggunakan sedikit kebebasan dalam hal bagaimana mereka membentuk ulang teks itu. Apapun jawabannya, wujudnya bentuk-bentuk teks yang berbeda tidak mungkin dipungkiri (Al-A’zami, 2005: 269-270).

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Perjanjian Lama mempunyai versi yang berbeda-beda antara satu penulis atau penghimpun dengan penulis atau penghimpun lainnya, karena mereka mempunyai kebebasan dalam menulisnya. Perbedaan versi Dalam Perjanjian Lama ini mendukung pernyataan Al Qur’an bahwa Al Kitab (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) sudah tidak asli lagi.
Selanjutnya mengenai Perjanjian Baru Dr. Maurice Bucaille, seorang Kristen yang telah masuk Islam, menyatakan:
Banyak orang Kristen yang tidak mengetahui Kontradiksi, kekeliruan atau ketidak sesuaian dengan Sains modern, dan mereka terkejut sewaktu mereka mengetahuinya, oleh karena selama ini mereka terpengaruh oleh tafsiran-tafsiran yang memberikan penjelasan-penjelasan halus untuk meyakinkan mereka dengan bantuan permainan bahasa apologi. Telah dikemukakan beberapa contoh tentang kepandaian ahli tafsir untuk menyembunyikan hal-hal yang mereka namakan “kesukaran-kesukaran.” Sangat jarang paragraph-paragraf Injil yang dianggap tidak autentik karena Gereja telah meresmikannya sebagai “Kanon.”
Karya kritik teks modern telah menunjukkan hal-hal yang menurut R.P. Kannengieser, merupakan “revolusi metode penafsiran Injil,” dan mendorong kita untuk “tidak memahami secara harfiyah kejadian-kejadian tentang Yesus yang tersebut dalam Injil,” tulisan-tulisan pada waktu tertentu atau “tulisan-tulisan perjoangan.” Pengetahuan modern yang telah menyoroti sejarah agama Yahudi Kristen dan persaingan antara kelompok-kelompok, menerangkan adanya fakta-fakta yang menggelisahkan para pembaca zaman sekarang. Anggapan bahwa para penulis Injil adalah saksi mata tidak dapat lagi dipertahankan, walaupun masih banyak orang Kristen yang mempercayainya. Karya sekolah Bibel di Yerusalem (R.P. Benoit dan R.P. Boismard) menunjukkan dengan jelas bahwa Injil-Injil telah ditulis, diperiksa kembali dan dikoreksi beberapa kali. Dengan begitu maka pembaca Injil telah diperingatkan bahwa mereka jangan mengharap mendengarkan suara Yesus secara langsung (Bucaille, 1979: 160-161).

Kutipan di atas menjelaskan bahwa naskah Injil telah ditulis, diperiksa kembali, dikoreksi berulang-ulang, dan bahkan tidak mengesankan suatu tulisan para saksi mata terhadap perbuatan atau kata-kata Yesus langsung. Dengan demikian menguatkan penjelasan Al Qur’an bahwa Al Kitab sudah tidak asli lagi, karena sudah banyak dicampuri tangan-tangan manusia yang merubah-rubahnya.

















SOAL-SOAL
A.Soal-soal Perjanjian Lama
1. Buatlah diagram pembagian Perjanjian Lama !
2. Jelaskanlah pengertian dari Kitab Apokrif dan sebutkan contoh-contohnya !
3. Jelaskanlah pengertian dari Kitab Pseudopigraf dan sebutkan contoh-contohnya !
4. Uraikanlah penulis, masa penulisan, masa diakuinya sebagai kanon, pembagian, dan isi dari Kitab Taurat !
5. Jelaskanlah pembagian Kitab Lima Megillot (Gulungan-gulungan), isinya masing-masing, dan pada peristiwa apa masing-masing kitab tersebut dibaca !
6. Jelaskanlah penulis, masa penulisan, macam-macam, dan isinya masing-masing dari Kitab Mazmur

B. Soal-soal Perjanjian Baru
1. Buatlah diagram pembagian Perjanjian Baru !
2. Uraikanlah 3 teori sumber Perjanjian Baru !
3. Berilah contoh beberapa salinan perkamen yang berupa Codex dan sebutkan cirri-cirinya !
4. Berilah contoh beberapa terjemahan Perjanjian Baru dan sebutkan cirri-cirinya !
5. Berdasarkan salinan-salinan Perjanjian Baru baik dari bahan papyrus maupun perkamen, apa kesimpulan saudara tentang Perjanjian Baru ?
6. Jelaskanlah penulis, masa penulisan, tujuan, dan isi dari Injil Matius !
7. Jelaskanlah penulis, masa penulisan, tujuan, dan isi dari Injil Markus !
8. Bandingkanlah gambaran Yesus menurut Injil Synopsis dengan Injil Yohanes Yahya!
9. Jelaskanlah latar belakang, tujuan, dan isi dari Surat Roma !
10. Jelaskanlah latar belakang, tujuan dan isi dari Surat Efesus !
11. Jelaskanlah latar belakang, tujuan, dan isi dari Surat I Timotius !
12. Simpulkanlah gambaran Yesus menurut Surat-surat Kiriman Paulus !
13. Bagaimanakah pandangan saudara tentang kebenaran isi dari Perjanjian Baru ?
.




TUGAS
1. Bacalah buku Memahami Alkitab II Mengenal Perjanjian Baru karangan Allan Wainrigh, kemudian simpulkanlah dalam bentuk makalah yang isinya mencakup penulis, masa penulisan, latar belakang dan tujuan penulisan, isi singkat dari keempat Injil !
2. Dengan bantuan Kitab Fathurrahman atau Al Mu’jam al-Mufahras carilah ayat-ayat Al Qur’an yang berkaitan dengan Kitab Taurat, Zabur dan Injil , kemudian simpulkanlah isinya.

























DAFTAR KEPUSTAKAAN

Al-A’zami, M.M. Shohirin Solihin at. all. (trans.). Sejarah Teks Al-Qur’an dari Wahyu sampai Kompilasi Kajian Perbandingan dengan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Jakarta: Gema Insani, 2005.

Bloomendal, J. Pengantar kepada Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988.

Bucaille, Maurice. M. Rasjidi (trans.). Bibel, Qur-an dan Sains Modern. Jakarta: Bulan Bintang, 1979.

Dunnet, Walter M. Yayasan Penerbit Gandum Mas (trans.). Pengantar Perjanjian Baru. Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2001.

Duyverman, M.E. Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1975.

Steenbrink, Karel A. Perkembangan Teologi dalam Dunia Kristen Modern. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1987.

Wainwright, Allan. A.S. Hadiwiyata (trans.). Memahami Alkitab mengenal Perjanjian Baru. Yogyakarta: Penerbitan Yayasan Kanisius, 1980.

















BAB V
KRISTENISASI
(MISSIE / ZENDING)


Istilah kristenisasi sangat populer di kalangan orang Islam terutama pada masa setelah pemberontakan PKI di Indonesia. Pada masa itu banyak orang-orang PKI dan keluarganya masuk Kristen dengan imbalan beras, bulgur, uang, dan pendidikan. Hal yang sama juga terjadi pada orang-orang Islam yang miskin, mereka masuk Kristen dengan imbalan makanan pokok, uang dan pendidikan.
Pada saat sekarang orang Islam memahami kristenisasi tidak sekedar pemberian makanan pokok, uang, dan pendidikan, tetapi lebih luas dari pada itu yaitu pendirian Rumah Sakit dan klinik-klinik kesehatan, pendirian sekolah-sekolah dan Perguruan Tinggi, pendirian gereja-gereja, media masa dan sarana-sarana informasi lainnya dan sarana-sarana ekonomi. Pemahaman tersebut tidaklah salah, tetapi di balik semua itu ada hal lain yang perlu diketahui yaitu ajaran-ajaran yang menjadi dasar dari kristenisasi maupun organisasi-organisasi missi dan zending yang melakukan kristenisasi. Hal inilah yang kurang diketahui oleh sebagian orang Islam. Oleh karena itu pada bab ini akan dibahas masalah tujuan, dasar-dasar , organisasi-organisasi atau subyek, obyek dan metose-metode yang dilakukan dalam kristenisasi.
Bab kristenisasi ini berkaitan erat dengan bab gereja sebab pada pembahasan yang lalu tentang gereja telah disinggung bahwa pada abad ke-19 gereja melakukan “pekabaran Injil” atau kristenisasi besar-besaran ke seluruh dunia, sehingga dapat dikatakan bahwa pada abad tersebut dikatakan sebagai abad pekabaran Injil.

A. Pengertian Kristenisasi
Kristenisasi dapat diartikan sebagai usaha-usaha (gereja, badan pekabaran Injil, dan orang Kristen) untuk mengkristenkan (bangsa-bangsa, dunia, semua orang baik yang belum Kristen maupun yang sudah Kristen). Gereja Katolik-Roma biasanya memakai istilah missie, sedang Gereja Protetan memakai istilah zending (Kuiper, 2003: 9).
Adapun istilah missie diartikan sebagai berikut:
Misi berasal dari kata Latin ‘mittere’ yang berarti mengutus; maka misi adalah perutusan (da’wah). Tugas membawa Kabar Gembira sampai ujung bumi ini telah diperintahkan Kristus kepada semua orang beriman: ‘Maka pergilah kamu, jadikanlah segala bangsa muridKu, dan permandikanlah mereka atas nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus’ (Mt. 28, 19). Maka setiap uamat Kristen yang sehat serta giat akan menjalankan misi suci memperkenalkan Kristus dengan perbuatan dan perkataan (Caraka, 1975: 166).

Istilah lain yang cukup popular bagi kristenisasi adalah pekabaran Injil (Berkhof, 1987: 76; PENINJAU,V,No. 3-4: 295) atau penginjilan (Ellis, 1989: 6; Wongso, t.th., 75). Berkaitan dengan istilah pekabaran Injil dan penginjilan di atas, D.W. Ellis mendefinisikan pekabaran Injil atau penginjilan sebagai berikut: Penginjilan adalah:
Upaya orang Kristen melayankan kabar kesukaan ikhwal Yesus Kristus kepada seseorang, sedemikian rupa, sehingga ia berpaling dari dosa-dosanya dan percaya kepada Allah melalui Anak-Nya-Yesus Kristus, dengan kuasa Roh Kudus. Dengan demikian ia dapat menerima Yesus Kristus sebagai Juru selanatnya, lalu taat dan melayani Dia sebagai Rajanya dalam persekutuan gereja (Ellis, 1989: 110).


B. Tujuan Kristenisasi
Tujuan Kristenisasi mencakup tiga hal, yaitu:
1. Conversio gentilium (pertobatan orang-orang kafir, bangsa-bangsa lain). Ini merupakan tujuan pertama yang dapat terlaksana dan menyolok lagi konkrit.
2. Plantatio ecclesiae (penanaman atau ditanamnya atau diperkembangkannya Gereja). Di mana Injil diterima di sana lahirlah Gereja.
3. Gloria et manifestation gratiae divinae (kemuliaan dan penyataan kasih-karunia ilahi). Bagi pengikut Calvin, tujuan yang ketiga ini merupakan yang utama dan tertinggi.

C. Dasar Kristenisasi
Dasar yang dijadikan landasan untuk kristenisasi antara lain:
1. Matius 28: 19-20.
Karena itu pergilah jadikanlah semua bangsa menjadi murid-Ku dan baptiskanlah mereka dalam nama Bapa dan Anak dn Roh Kudus, dan jadikanlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa kepada akhir zaman.
2. Markus 16: 15.
“Lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.’”
3. Yohanes 20: 21.
“Maka kata Yesus sekali lagi: ‘Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.’”
4. Lukas 24: 47-48.
“Damai nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini.”
5. Kisah Para Rasul 1: 8.
“Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”
Di kalangan Gereja Katolik-Roma dasar ini dijabarkan dalam Keputusan Konsili Vtikan II, khususnya dalam dokumen Ad Gentes (Karya Misioner). Pada pasal 1 disebutkan sebagai berikut:
Kepada bangsa-bangsa Gereja diutus untuk menjadi “sakramen keselamatan universal.” Oleh karena itu berdsarkan tuntutan kekatolikannya yang paling dalam dank arena taat kepada perintah Pendirinya, Gereja berikhtiar mewartakan Injil kepada semua orang. Para Rasul sendiri, dalam siapa Gereja dibentuk, mengikuti jejak Kristus, “mewartakan sabda kebenaran dan melahirkan gereja-gereja.” Adalah kewajiban para pengganti mereka untuk melangsungkan karya ini, agar “firman Allah berkumandang maju dan dimuliakan” (2 Tes 3: 1) serta Kerajaan-Nya diwartakan dan didirikan di mana-mana di dunia.
Akan tetapi dalam situasi sekarang ini, dari mana muncul suasana baru bagi umat manusia, Gereja, garam dan terang dunia, terpanggil lebih baik lagi untuk menyelamatkan dan memperbaharui seluruh ciptaan dan untuk menjadikan manusia satu keluarga dan satu bangsa dalam Dia.
Oleh sebab itu, Konsili suci ini bersyukur kepada Allah karena karya cemerlang yang telah dilakukan berdasarkan usaha tanpa pamrih dari seluruh Gereja, lalu ingin menggariskan asas-asas karya missioner dan menghimpun tenaga semua orang beriman, agar umat Allah yang melangkah maju melalui jalan salib yang sempit, di mana-mana menyebarkan Kerajaan Kristus, Tuhan dan Pengamat seluruh sejarah, serta menyiapkan jalan bagi kedatangan Beliau (Riberu, 1983: 370).

Di kalangan Gereja Protestan dasar-dasar kristenisasi dijabarkan lagi dalam keputusan-keputusan konperensi Pekabaran Injil se dunia. Antara lain:
a. Konperensi Pekabaran Injil di Edinburg (1910).
Konperensi ini membahas tentang strategi pekabaran Injil. Pertanyaan pokok dalam pembahasannya adalah “How Missions?”. Sebagian besar peserta menyadari bahwa amanat Kristus dalam Matius 28: 19 merupakan satu-satunya dasar pekabaran Injil. Berkaitan dengan strategi pekabaran Injil maka konperensi mulai memperhatikan soal agama-agama non Kristen.
Dalam konperensi ini ada tiga konsep yang diperhatikan, yaitu:
1) Ide Christendom, Corpus Christianum. Gereja dihubungkan dengan Negara, masyarakat dan kebudayaan. Hal ini didasarkan pada Matius 28: 18. Berdasarkan itu diusahakan agar Kerajaan Kristus diwujudkan di dunia.
2)National Church: gereja nasional.
3)International co-operation. Pada tahun 1921 terbentuklah International Missionary Council (IMC).

b. Konperensi PI di Switzerland (1920).
Pada konperensi ini dibahas dua hal, yaitu hubungan pekabaran Injil dengan pemerintah dan mengenai International Missionary Organization.

c. Konperensi IMC di Yerusalem (1928).
Konperensi ini membicarakan mengenai soal-soal sosial, rasial, sekularisasi, agraris, perekonomian dan perindustrian. Perhatian konperensi dilatarbelakangi oleh situasi pada saat itu, di mana sekularisasi dan sinkretisme mengancam misi Kristen. Konperensi dihadiri 250 utusan. Seperempatnya merupakan utusan dari gereja muda.

d. Konperensi IMC di Tabanan, Madras (1938).
Konpernsi ini dihadiri oleh 471 utusan, lebih dari setengahnya merupakan wakil dari gereja muda. Dilatarbelakangi masa krisis yang mengancam perdamaian dunia (menjelang Perang Dunia II), konperensi memusatkan perhatian pada kesatuan dan kehidupan gereja.

e.Konperensi IMC di Whitby (1947).
Konperensi ini diselenggarakan setelah PD II, di Whitby, Ontorio Canada. Dengan tujuan melihat dan menilai situai akibat PD II, serta merencanakan usaha gereja dalam pekabaran Injil. Pokok pembicaraan konperensi diarahkan pada pertanyaan “Wither Mission.” Ada tiga hal yang diperhatikan, yaitu: Evangelism, Partner in obedience dan Unity.
Evangelism adalah panggilan kembali kepada gereja seluruh dunia untuk pekabaran Injil kepada dunia. Whitby menekankan ke Tuhanan Kristus pada kehidupan. Oleh karena itu perintah-Nya harus dilaksanakan. Adapun Partner in obedience adalah hubungan gereja tua dengan gereja muda sebagai partner dalam mentaati kehendak Tuhan. Akhirnya Unity maksudnya adalah mewujudkan kembali persatuan gereja-gereja yang terputus selama perang berkecamuk.

f. Konperensi IMC di Willingen (1952).
Ciri khas konperensi pekabaran Injil Internasional di Willengen, Jerman adalah perhatian secara khusus pada refleksi theologies pekabaran Injil. Lima tahun setelah PD II, pekabaran Injil dihadapkan pada perubahan-perubahan yang terjadi, terutama perubahan-perubahan yang terjadi, terutama perubahan intelektual dan politik di dunia non-Kristen. Perubahan situasi politik mempengaruhi perubahan struktur agama dan perubahan sikap hidup terhadap dunia.
Faktor penting lain yang menentukan sifat pekabaran Injil tidak dapat dilakukan dengan cara ekspansi kebudayaan Barat, sebagaimana yang dialami gereja-gereja muda pada zaman dulu. Maka pekabaran Injil perlu berpikir ulang. Faktor-faktor tersebut merupakan latar belakang bagi konperensi di Willingen. Dengan demikian pertanyaan yang semula “Why missions.”

g. Sidang Raya WCC di New Delhi (1961).
Dalam Sidang Raya WCC di New Delhi ini IMC disatukan dengan WCC. Yang menjadi dasar theology persatuan ini adalah kesatuan antara pekabaran Injil dengan gereja. Antara pekabaran Injil dengan gereja tidak dapat dipisahkan. Dalam situasi dunia yang makin gelap, sidang raya WCC mengambil thema “kristus terang dunia.” Thema ini dihubungkan dan dikenakan pada suatu dunia yang kebanyakan dikuasai oleh agama-agama non Kristen, juga memperhatikan soal politik.
Akibat dari penggabungan antara IMC dengan WCC, timbullah dua komisi, yaitu: The Commision on World and Evangelism dengan tujuan memberitakan Injil kepada seluruh dunia, dan The Devision of World Mission and Evangelism yang bertanggung jawab terhadap The Commisio. Semua ini bersifat oikumene, sehingga gereja-gereja dapat bersama-sama melaksanakan pekabaran Injil. Dasar Alkitabiah penggabungan atau persatuan ini diambil dari I Sam 7: 12; Yes 54: 2 dan RM 15: 5-6. Pokok-pokok yang dibahas di New Delhi ialah masalah Kesatuan, Kesaksian dan Pelayanan.

h. Sidang Raya WCC di Uppasala tahun 1968.
Sidang Raya WCC di Uppasala sangat dipengaruhi oleh pemikiran Konperensi Geneva 1966 yang membicarakan soal gereja dan masyarakat, karena melihat perkembangan situasi dunia yang mengalami perubahan struktur sosial yang amat cepat. Pada umumnya Sidang Raya Uppasala menekankan peranan Gereja dan tugas orang Kristen di dunia dan masyarakat. Tema Sidang Raya ialah “Tengoklah, Aku menjadikan semuanya baru.” Pembaharuan itu juga tugas pekabaran Injil.

i. Sidang Raya WCC kelima di Nairobi 1975.
Tema Sidang Raya ialah “Yesus Kristus membebaskan dan mempersatukan.”
Tema ini dibagi menjadi enam topic:
1) Mengaku kristus sekarang ini.
2) Keesaan dalam gereja dan kesatuan-kesatuan dalam dunia.
3) Mencari persekutuan sebagai kerinduan bersama manusia-manusia dari agama-agama, kebudayaan-kebudayaan dan ideology-ideologi yang berbeda-beda.
4) Pendidikan untuk pembangunan dan hidup bersama.
5) Struktur-struktur ketidakadilan dan perjungan kea rah pembebasan.
6) Pembangunan manusia, kualitas hidup dan dilemma teknologi (Duta Wacana, t. th.: 3-9).
Selanjutnya pada beberapa Sidang Raya berikutnya pembicaraan tidak lepas dari pekabaran Injil.

D. Subyek Kristenisasi
Subyek kristenisasi dapat berupa gereja, orang Kristen, atau Badan-badan Pekabaran Injil
Beberapa gereja yang melakukan misi misalnya Gereja Katolik-Roma, gereja Protestan dan Gereja Timur.



































































Gereja-gereja Protestan yang melakukan kristenisasi di Indonesia banyak alirannya, dan masing-masing aliran melakuan kegiatan kristenisasi sendiri-sendiri atau bersama-sama dengan gereja-gereja lainnya.
Beberapa gereja tersebut ada yang menjadi angota PGI (Persekutuan Gereja-gereja Indonesia) dan ada yang tidak.
Beberapa gereja yang menjadi anggota PGI antara lain: Huria Kristen Batak Protetan (HKBP), Gereja Batak Karo Protestan (GBKP), Gereja Protestan Maluku (GPM), Gereja Protestan di Bali (GKPB), Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GKIB), Gereja Protestan di Indonesia (GPI), Gereja Protestan Indonesia Gorontalo (GPIG), Gereja Protestan Indonesia Donggala (GPID), Gereja Protestan Indonesia Buol Toli-Toli (GPIBT), Gereja Metodis Indonesis (GMI), Gereja Kalimantan Evangelis (GKE), Gereja Masehi Injili Minahasa (GMIM), Gereja Masehi Injili Halmahera (GMIH), Gereja Masehi Injili di Timor (GPM), Gereja Injili di Tanah Jawa (GITJ), Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST), Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST), Gereja Kristen Sulawesi Selatan (GKSS), Gereja Kriosten di Luwuk Banggai (GKLB), Gereja Kristen Sumba (GKS), Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW), gereja Kristen Jawa (GKJ), Gereja Kristen Indonesia Timur (GKI-JATIM), Gereja Kristen Indonesia JATENG (GKI-JATENG), Gereja Kristen Jawa Tengah Utara (GKJTU), Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI), Gereja Kristen Kalimantan Barat (GKKB), gereja Kristen Protestan Indonesia Pematang Siantar (GKPI-SIANTAR), Gereja Kristen Protestan Mentawai (GKPM), Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS), Gereja Kristen Indonesia Sumatera Utara (GKI-SUMUT), Huria Kristen Batak Protestan Angkola (HKBP-ANGKOLA), Huria Kristen Indoneia (HKI), Gereja Kristen Indoneia (GKI-JABAR), Gereja Kristen Pasundan (GKP), Gereja Kristen Pemancar Injil (GKPI-TARAKAN), Gereja Bethel Injili Sepenuh (GBIS), Gereja Pantekosta Pusat (GPPS),Gereja Gerakan Pantekosta (GPP), Gereja Kristen Tuhan (GKT), dst. (DEPAG RI, 1980: 114-118).
Selanjutnya dari 40 gereja yang menjadi anggota PGI ada 37 gereja yang mempunyai hubungan dengan gereja atau badan-badan pekabaran Injil diluar negeri. Beberapa gereja dan pekabaran Injil luar negeri tersebut antara lain: Raad v.d. Zending Nederlands Hervormd Kerk, Gereformeerde Kerken in Nederland, Verenigte Evangelische Mission (Jerman), Basler Mission (Swiss), Christelijke gereformeerde in Nederland, Basel Missionsgesellschaft (Swiss), United Methodist Church (U.S.A), Waisen und Missionsanstalt (Jerman), United Church of America, Lutheran Church of America, United Presbyterian Church in USA, Presbyterian Church in Ireland, Church of the Bretheren (U.S.A), Australian Methodist and Prebyterian Churches, dst. (Ukur, 1979: 123-124).
Adapun gereja-gereja Protestan dan golongan missi yang tidak menjadi anggota PGI antara lain: Gereja Kristen Protestan (pusat di Pematang Siantar),Kemah Injil Gereja Masehi Indonesia (pusat di Jakarta), Bala Keselamatan (pusat di Bandung), Gereja-gereja Baptis (pusat di Semarang), Gereja Masehi Advend Hari Ketujuh (pusat di Jakarta), Gereja Kristen Injili Indonesia (pusat di Jakarta), Gabungan Gereja-gereja Kristen Baptis, Persekutuan Penginjil Kristen (pusat di Jakarta), dsb. (DEPAG, 1980: 100-101).
Adapun badan-badan pekabaran Injil yang melakukan kristenisasi antara lain:
Verenigte Evangelische Mission (Jerman).
Basler Mission (Swiss).
Waisen und Missionsanstalt (Jerman).
Evangelischen Missionwerks in Sudwestdeutschland (Ukur, 1979: 123-124).
Rheinische Mision (di Indonesia sejak th. 1834).
Neuirchener Mission (di Indonesia sejak 1884) (van den End, 1989: 35).
Nederlands Zendeling Genootschap (Belanda).
Nederlandse Zendings Vereniging (Belanda).
Utrechtse Zending Vereniging (Belanda).
Rheinische Missions Gesellschaft (Jerman).
Christian and Missionary (Amerika) (van den End, 1987: 247-148).
Young Men Christian Association (Assosiasi Pemuda Kristen-1855, Paris), bersidang pada tahun 1855 di Amsterdam.
Young Women Christian Assosiation (Asosiasi Pemudi kristen0, beridang pada tahun 1981 di London).
Christian Syudent Movement – Student Volunteer Mouvement (Gerakan Mahasiswa Kristen- Gerakan Sukarela Mahasiswa). Salah satu angkatan dari mereka mengabarkan Injil ke seluruh dunia.
International Missionary Council (Dewan Misi Internasional), bersidang pada th. 1921 di Lake Mohong, New York, th. 1928 di Yerusalem, th. 1938 di Madras, India, th. 1947 di Whitby, Kanada, th. 1962 di Willingen, Jerman Barat, th.1967 di Acera Ghana, di dalam sidang raya Dewan Gereja-gereja Sedunia pada tahun 1961 di New Delhi, Dewan Missi Internasional menggabungkan diri dengan Dewan Gereja-gereja Sedunia (Koningsmann: 1986: 20-21).
International Foreign Mission Association (IFMA) (Amerika Utara).
Evangelical Foreign Mission Association (EFMA) (Amerika Utara).
Asia Mission Association (Korea Selatan) (Daun, t.th.: 30-34).
Kristenisasi bukan hanya tangung jawab gereja atau badan-badan pekabaran Injil, tetapi juga tanggung jawab setiap pemeluk Kristen (Mtius 5: 13-16), Kis. 1: 8, Kor. 5: 20, Kis. 8: 1,4, Matius 28: 19,20).
Pelaksanaan kristenisasi secara pribadi (setiap pemeluk Kristen) dapat dilakukan di rumah tangga (Kis. 20: 20; Yoh. 1: 40-42; Luk. 10: 10: 38,39), sekolah Minggu, tempat kerja (Matius 9: 9),dan kepada orng yang sakit (Matus 2: 1-12; Yoh. 9: 1-7, 35-38) (Ellis, 1989: 122-123).

E. ObyekKristenisasi
Obyek kristenisasi mencakup:
1. Semua bangsa.
Sebagaimana disebutkan di dalam:
a. Mat. 28: 19.
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan roh Kudus, . . .”
b. Matius 24: 14:
“Dan Injil Keajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudh itu berulah tiba kesudahannya.”
c.Lukas 24: 47.
“dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.”

2. Segala makhluk.
a. Markus 16: 15:
“Lalu Ia berkata kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”
3. Sampai ujung bumi.
Kisah Para Rasul 1: 8:
“Tetepi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi aksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”

4. Di mana-mana semua mereka harus bertobat.
Kisah Para Rasul 17: 30:
“Dngan tidak memandang lagi zaman kebodohan , maka sekarang Allah memberitahukan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka haru bertobat.”

5. Kepada pemerintah dan penguasa-penguasa di surga.
Efesus 3: 10:
“supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di surga.”

6. Kepada kosmos (alam).
Yohanes 16: 8:
“Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman.”


F. Metode Kristenisasi
1. Metode dilihat dari pola pikir manusia.
a. Pola pikir “rational-logical.” Pola pikir ini dominant di Eropa dan Amerika.
b. Pola pikir “imaginative-mytological.” Pola pikir ini dominant di Afrika.
c. Pola pikir “intuitive-meditative.”Pola pikir ini dominant di Asia. Khusus di Indonesia pola pikirnya tergolong “intuitive-meditative dan mungkin sedikit “imaginative-mytological.”

2. Metode dilihat dari pola kultur.
a. Struktur masyarakatindividualis (individual structure).
b. Struktur masyarakat kekeluargaan (family structure).
c. Struktur masyarakat komunity (community structure).
d. Struktur masyarakat kesukuan (tribal structure).
Indonesia mempunyai pola struktur masyarakat kedua dan ketiga, yaitu struktur masyarakat kekeluargaan dan struktur mayarakat komunity.

3. Metode dilihat dari segi Berita.
a. Apologetika Positif (Positive Apologetik).
Maksudnya ialah usaha mendirikan kebenaran Injil secara positif tetapi meyakinkan dan sekaligus mengunggulkan.

b.Polemik tak langsung (Indirect Polemics).
Maksudnya ialah menyampaikan kebenaran Allah dan Injil, dengan sasarn menyerang ketidakbenaran yang beredar dalam masyarakat secara tak langsung dan dengan menjuhkan serangan terhadap golongan tertentu. Prinsip-prinsipyang diserang, bukan pribadi atau lembaga-lembaga tertentu.

c.Penyertaan / Kehadiran yang meyakinkan (Persuactive Presence).
Maksudnya ialah kehadiran dengan kepekaan yang tingi pada kesempatan-kesempatan dan pintu-pintu terbuka di tempat kehadiran tersebut. Kegiatan ini dilakukan dengan cara melalui sarana-sarana sosial, pendidikan, dan sebagainya untuk menyodorkan Injil keselamatan.

d.Pendekatan dengan sarana-srana kunci:
Hal ini meliputi:
1) Metode Housechold-Evangelism (Penginjilan Keluarga).
Pada metode ini setiap orang Kristen diminta membuat pohon keluarga (family-tree) atau barangkali yang tidak bisa membuat seperti itu bisa memuat daftar lima angota keluarga terdekat yang perlu diberi kesaksian (setiap tahun lima orang). Dalam hal ini perlulah direncanakan dengan matang program-program dan strategi-strateginya.



































2) Metode Church Planting (Penginjilan Jemaat Baru).
Pada metode ini didirikanlah jemaat baru di desa-desa atau kampong-kampung, sebagai kelanjutan metode pertama.

3) Pendirian Sekolah Teologia.
Dengan pendirian Sekolah Teologia ini dapat dididik kader-kader penginjil yang berkualitas untuk ke dalam negeri atau ke luar negeri. Di amping itu dapat dididik pendeta-pendeta dan pendidik agama bagi semua tingkat pendidikan.

4) Program pendidikan dari Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi
Program ini menjadi sarana yang sangat ampuh untuk kristenisasi, terutama di kota-kota kecil dan desa-desa.

5) Sarana-sarana Sosial.
Beberapa sarana sosial yang dapat digunakan sebagai sarana kristenisasi antara lain Puskesmas berjalanatau Klinik Berjalan, proyek tambak ikan di desa-desa, proyek penanaman cengkeh di lereng-lereng gunung. Diharapkan setiap gereja mempunyai satu proyek sebagai salah satu sumber dana.

6) Penyegaran Rohani (Kebangunan Rohani).
Penyegaran rohani ini diberikan kepada para pendeta dan gembala sidang, guru Kristen, pegawai, petani, pemudi, dan sebagainya.

7) Penginjilan Publik Masal (Public Evangelism).
Public Evangelism mencakup:
a) Penginjlan Sinagoge.
Metode ini dilakukan dengan penginjilan melalui kelompok-kelompok dan gereja local.
b) Penginjilan di luar gedung gereja.
Hal ini dilakukan oleh seorang pendeta atau guru pada masyarakat di luar gedung gereja.
c) Penginjilan dengan khotbah nubuatan dan penyembuhan.
d) penginjilan melalui mengajar.
Maksudnya pengnjilan dilakukan dengan mengajar dengan penekanan pada dialog yang meyakinkan “persuasive dialogue” (dialego-menos kalpeithon, Kis. 19: 8).

8) Penginjilan Pribadi.
Penginjilan pribadi biasa juga diistilahkan dengan “personal conversation” (percakapan wajar antara dua atau tiga orang), seperti Yesus dan wanita Samaria, Filipus dan orang Ethiopia, Paulus dan Onisimus. Yang perlu diperhatikan dalam metode ini ialah apologetika positif, persahabatan, dan dialog yang meyakinkan.

9) Penginjilan Mass Media.
Metode ini khususnya digunakan dalam bentuk apologetika. Hal ini dilkukan dengan cara distribusi Alkitabiah, literature Kristen, radio, TV, surat kabar dan majalah, film, recording, cassette tape, dsb.
10) Penginjilan Persekutuan.
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini yaitu persekutuan, pengjaran, dan penginjilan.
Penginjilan persekutuan ini antara lain mencakup:
a) Kelompok kecil (cell group, KTB, dsb.).
b) The Christian Business Men’s Fellowship (CBMF).
c) Campus Crusades for Christ (LPMI).
d) Navigator (Pembuat Murid).
e) Penginjilan Anak-anak.
f) Youth for Christ.
g) Young Life Movement.
h) Teen Evangelism.
i) Inter-Varsity Christian fellowship (Perkantas).
j)Christian Service Men’s Center (di antara para anggota TNI dan Keplisian Kristen).
11) Life Style Evangelism.
Metode ini merupakan kesaksian yang diberikan secara wajar dalam kehidupan sehari-hari tanpa direncanakan. Beberapa konsep yang dipraktekkan ialah informal, rasa kekeluargaan, rasa saling memiliki, persahabatan, saling menolong, tidak saling mempersalahkan, tindakan dan ucapan yang tidak diprogramkan.
Contohnya:
a) Penginjilan Retret. Mengadakan peristirahatan dan secara wajar disodorkan dengan Injil. Bisa juga penginjilan yang terencana.
b) Penginjlan Makan Bersama.
Dalam metode ini pada saat jamuan makan orang secara wajar diperkenalkan tentang Yesus. Jamuan makan ini bisa diadakan di restoran, tempat-tempat pertemuan dengan memperhatikan sifat santai, persahabatan, dan kekeluargaan.
c) Penginjilan Rumah Kopi (Metode Kongkow-kongkowan).
Metode ini popular pada masa gerakan “hippy.” Kebanyakan di antara pemuda-pemudi yang bersahabat dengan orang lain (Damaledo dkk, 1987: 108-116).

G. Informasi Al Qur’an tentang Kristenisasi.
Uraian di atas menjelaskan bahwa secara garis besar kristenisasi merupakan usaha untuk mengkristenkan orang lain. Yang dikristenkan adalah orang di luar Kristen maupun orang Kristen sendiri. Orang di luar Kristen dikristenkan dengan tujuan supaya pindah agama dan memeluk Kristen, sedang bagi orang Kristen sendiri dengan tujuan meningkatkan kualitas ajaran Kristennya.
Usaha kristenisasi berdasarkan perintah yang ada di dalam Perjanjian Baru maupun hasil keputusan dari konsili-konsili maupun dari sidang-sidang Gereja. Kristenisasi dilakukan oleh setiap pemeluk Kristen, Gereja, maupun dari gabungan Gereja-gereja. Metode kristenisasi bermacam-macam disesuaikan dengan situasi dan kondisi sasarannya.
Mengenai kristenisasi atau penginjilan Surat Al Baqarah: 120 menjelaskan sebagai berikut:
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُوْدُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ اِنَّ هُدَى اللهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَآءَ هُمْ بَعْدَ الَّذِى جَآءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَالَكَ مِنَ اللهِ مِنْ وَلِىٍّ وَلاَ نَصِيْرٍ.
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar).” Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.

Quraish Shihab menjelaskan ayat tersebut di atas sebagai berikut:

Selanjutnya, ayat ini mengingatkan kaum muslimin bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani yang dimaksud di atas, bukan hanya mempertahankan keyakinan mereka yang sesat, bahkan mereka juga akan berusaha agar Nabi Muhammad mengikuti keinginan-keinginan yang dilahirkan oleh hawa nafsu mereka. Jika beliau mengikuti kemauan-kemauan hawa nafsu mereka setelah pengetahuan datang kepada beliau, maka Allah tidak lagi akan menjadi pelindung dan penolong baginya. Keinginan mereka itu banyak dan bermacam-macam, sebagaimana dipahami dari penggunaan kata ( أهواء ) ahwa’, yang menggunakan bentuk jamak/ plural.
Redaksi ayat di atas tertuju kepada Nabi Muhammad saw. Manusia paling bertakwa pun diupayakan oleh orang Yahudi dan Nasrani itu untuk disesatkan, apalagi orang kebanyakan. Di sisi lain, Nabi Muhammad sebagai kekasih Allah dan pilihan-Nya pun diancam oleh-Nya dengan ancaman keras bila mengikuti mereka: “Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” Beliau saja diancam, apalagi selain beliau. Sekali lagi perlu diingat bahwa ayat ini bukan berbicara tentang semua Ahl al-Kitab (Shihab,I, 2000: 296).

Di dalam Surat Ali ‘Imran: 69 disebutkan sbb:
وَدَّتْ طَّآئِفَةٌ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْيُضِلُّوْنَكُمْ وَمَايُضِلُّوْنَ اِلاَّ أَنْفُسَهُمْ وَمَايَشْعُرُوْنَ.
“Segolongan dari Ahli Kitab ingin menyesatkan kamu, padahal mereka (sebenarnya) tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak menyadarinya.”
Di dalam Surat Ali Imran: 72 disebutkan sbb:
وَقَالَتْ طَّآئِفَةٌ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ ءَامِنُوْا بِالَّذِى أُنْزِلَ عَلَى الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا وَجْهَ النَّهَارِ وَاكْفُرُوْآ ءَاخِرَهُ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ.
Segolongan (lain) dari Ahli Kitab berkata (kepada sesamanya): “Perlihatkanlah (seolah-olah) kamu beriman kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang beriman (sahabat-sahabat Rasul) pada permulaan siang dan ingkarilah ia pada akhirnya, supaya mereka (orang-orang mu’min) kembali (kepada kekafiran).

























SOAL-SOAL
1. Jelaskanlah pengertian kristenisasi dari segi bahasa maupun istilah !
2. Berdasarkan Alkitab apa yang menjadi tujuan dari kristenisasi ?
3. Uraikanlah landasan kristenisasi menurut Perjanjian Baru !
4. Bandingkanlah focus dari Sidang Raya WCC di New Delhi (1961) dengan Sidang Raya WCC di Uppasala (1968) dan Sidang Raya WCC di Nairobi (1975) !
5. Berdasarkan beberapa ayat yang ada di dalam Perjanjian Baru simpulkanlah yang menjadi subyek dari kristenisasi dan berilah contoh-contohnya !
6. Menurut Perjanjian Baru, simpulkan siapakah yang menjadi sasaran dari usaha kristenisasi ? Berikan juga contoh-contohnya !
7. Uraikanlah 5 metode kristenisasi beserta contoh-contohnya !
8. Bagaimanakah pandangan saudara tentang kristenisasi ?















TUGAS
1. Bacalah keputusan Konsili Vatikan II tentang Ad Gentes (Karya Missioner) dalam buku Tonggak Sejarah Pedoman Arah Dokumen Konsili Vatikan I karangan Dr. Riberu, kemudian simpulkanlah dalam bentuk makalah !
2. Obsevasilah usaha kristenisasi yang ada di sekitar saudara, kemudian tulislah dalam bentuk makalah yang berisi tentang subyek, obyek, dan metode kristenisasi !
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Berkhof, H dan I.H. Enklaar. Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987.

Damaledo, Daniel at. all. (ed.). Gereja dalam Pendakian Puncak Sejarah Dunia. Yogyakarta: Yayasan Andi, 1987.

Daun, Paulus D.H. Apakah Ekumene itu? Ujung Pandang: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray Ujung Pandang, t.th.

Ellis, D.W. Metode Penginjilan Istimewa Tepat Guna bagi Penginjil Awam Praktis dan Taktis. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih OMF, 1989.

End, Th. Van den. Harta dalam Bejana Sejarah Gereja Ringkas. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987.

_______________. Ragi Cerita Sejarah Gereja di Indonesia. Jil. II. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989.

Koningsmann, Josef. Gerakan dan Praktek Ekumene. Flores: Penerbit Nusa Indah, 1986.

Kuiper, Arie de. Missiologia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.

Lembaga Alkitab Indonesia. Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 1983.

Lembaga Penelitian dan Studi Dewan Gereja-gereja di Indonesia. PENINJAU, Th. V. No. I. Semarang: Penerbit Satya Wacana, 1978.

Riberu, J. Tonggak Sejarah Pedoman Arah Dokumen Konsili Vatikan II. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan MAWI, 1983.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. II. Cilandak Timur: Penerbit Lentera Hati, 2000.

Team Penyusun Naskah Monografi Kerukunan Hidup Beragama. Monografi Kelembagaan Agama di Indonesia. Jakarta: Proyek Pembinaan Kerukunan Hidup Beragama Departemen Agama R.I, 1979/180.

Ukur, F dan F.L. Cooley. Jerih dan Juang Laporan Nasional Survai Menyeluruh Gereja di Indonesia. Jakarta: Lembaga Penelitian dan Studi - DGI, 1979.







BAB VI
EKUMENE

Istilah ekumene merupakan istilah yang masih asing bagi kebanyakan orang Islam, kecuali orang Islam yang secara khusus mempelajari Kristologi atau Ilmu Perbandingan Agama. Meskipun demikian ada beberapa peristiwa yang sesungguhnya menunjukkan peristiwa ekumene pernah dilihat oleh orang Islam, misalnya kerjasama antar kelompok Kristen dalam usaha kristenisasi, bakti sosial, kesehatan, politik, ekonomi, dan sebagainya. Sesungguhnya istilah ekumene ini analog dengan istilah ukhuwah Islamiyah dalam Islam, yang wujudnya kerjasama antar kelompok.
Bab ekumene ini berkaitan erat dengan bab gereja, sebab pada pembahasan gereja telah dijelaskan bahwa setelah gereja mengalami perpecahan karena perselisihan di bidang teologis, kemudian timbullah gagasan untuk kerjasama atau bersatu dalam mengatasi berbagai masalah dalam pekabaran Injil ke seluruh dunia. Pada bab ekumene ini akan dibahas masalah pengertian, dasar-dasar teologis dan perkembangan ekumene.

A. Pengertian Ekumene
Kata ekumene berasal dari bahasa Yunani “ha oikumena ga,” yang berarti bumi yang layak didiami.
Menurut Visser T Hooft, ekumene berarti:
1. Hal yang berhubungan dengan dunia seluruhnya dan yang mewakilinya.
2. Hal yang berhubungan dengan kerajaan Romawi dan yang mewakilinya.
3. Hal yang berhubungan dengan Gereja seluruhnya dan yang mewakilinya.
4. Hal yang berlaku secara umum dalam Gereja.
5. Hubungan antara dua atau tiga Gereja yang mengusahakan kesatuan.
6. Sikap batiniah yang mengungkapkan kesatuan Kristen dan keinginan atas kesatuan itu.
Sebelum Konsili Vatican II, gerakan ekumene berarti membina persatuan di antara semua orang Kristen, golongan atau Gereja-gereja yang bukan Katolik.
Sesudah Konsili Vatican II, gerakan ekumene berarti membina persatuan di antara semua orang Kristen, dan usaha persatuan dari Gereja Katolik dan gereja-gereja Kristen yang lain (Konigsmann, 1986: 11-12).
Chris Hartono menyatakan bahwa pengertian orang sekarang terhadap “ekumene”, adalah Gereja-gereja yang bersama-sama bergumul sampai mencapai keesaan Injil dan yang melalui sikapnya kegiatannya dan aktivitasnya mau membuktikan keesaan yang asasi ini di dalam dunia dan pada masa kini.” Selanjutnya dikatakan bahwa gerakan yang bersifat ekumene adalah suatu usaha gereja-gereja dalam mewujudkan keesaannya di dunia ini’ supaya hakekatnya yang asasi itu, yakni selaku Gereja Kristen yang esa itu, dapat dihayati dan dinampakkan dengan jelas (Hartono,1974 : 1-2).
Gerakan ekumene ini bertujuan untuk menghubungkan atau mempersatukan kembali gereja-gereja yang terpecah-pecahuntuk menampakkan kesatuan mereka dalam hidup dan pelayanan mereka (Abineno, 1984: 12).
Menurut Alkitab istilah “ekumene” mempunyai arti sebagai berikut:
1. Dunia atau bumi yang didiami.
Pengertian ini diungkapkan di dalam Mazmur 24: 1 “Tuhanlah yang mempunyai bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya.” Pengertian yang sama juga terdapat di dalam Maz. 19: 5; Luk. 4: 5, 21: 26; Rm. 10: 18; mat. 24: 14; Kis. 11: 28; Why. 3: 10; 16: 14.

2. Kerajaan.
Istilah ekumene pada umumnya dipakai untuk menggambarkan kebesaran dari satu kerajaan. Permulaan kata ekumene dimaksudkan untuk kerajaan Romawi, tetapi kemudian juga dipakai untuk kerajaan lainnya. Hal ini dapat dilihat dalam Luk. 2: 1 “Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendftarkan semua orang di seluruh dunia (oikoumenen).” Yang dimaksud dengan kata “seluruh dunia” adalah kerajaan Romawi beserta tanah jajahannya. Hal yang sama juga disebutkan di dalam Kis/ 17: 6; 24: 5 Menurut sebagian pendapat bahwa yang dimaksud dengan semua Kerajaan yang diperlihatkan iblis kepada Yesus yang terdapat dalam Lukas 4: 5 adalah kerajaan Romawi. Pendapat lain menyatakan bahwa semua kerajaan yang diperlihatkan oleh iblis bukan hanya kerajaan Romawi dan tanah jajahannya atau dunia yang dikenal pada saat itu, tetapi juga kerjaan-kerajaan lainnya. Paling tidak ada tiga alasan dari pendapat tersebut di atas. Alasan pertama, adalah kata “semua” ( ). Maksud kata ini tidak miungkin hanya ditujukan pada suatu kerajaan Romawi saja , melainkan juga kerajaan-kerajaan lainnya. Alasan kedua, dalam Efesus 6: 12 disebutkan bahwa iblis dan antek-anteknya adalah pemerintah-pemerintah, penguasa-penguasa, penghulu-penghulu dunia ini. Sebagai penguasa dunia ini, dan dipertegas lagi dalam Lukas 4: 6 dengan kata “sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku “tentu bukan hanya kerajaan Romawi saja, tetapi juga yang lainnya. Alasan ketiga, Kerajaan yang diperlihatkan, tentu bukan hanya kerajaan yang dikenal orng pada waktu itu, karena dalam posisi dunia roh dan mata rohani, yang terlihat tentu meliputi seluruh kerajaan dunia. Oleh karena itu kata “ekumene” boleh dimaksudkan untuk kerajaan Romawi dan juga kerajaan-kerajaan lainnya.

3. Penggunaan khusus.
Secara khusus kata ‘ekumene” mengandung arti dunia akhirat, dunia roh. Sebagaimana diungkapkan dalam kitab Ibrani 2: 5 “Sebab bukan kepada malaikat-malaikat telah Ia taklukkan dunia (oikumenen) yang akan datang . . . .” (Daun, t.th.: 3-5).

B. Dasar-dasar Teologis Ekumene.
Dasar-dasar teologis ekumene sebagaimana diungkapkan dalam Alkitab adalah sebagai berikut:
1. Menyatakan isi hati Tuhan:
“Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti kita” (Yoh. 17: 11). Berdasarkan perkataan atau doa Tuhan tersebut, dengan jelas mengungkapkan isi hati dan kerinduan-Nya, agar orang yang percaya pada-Nya bersatu.
2. Menyatakan kemuliaan Tuhan.
“Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu” (Yoh. 17: 22).
Menurut mereka dengan kesatuan yang dinyatakan umat Kristen dalam kehidupannya, maka akan membawa pengaruh yang positip dari segi kesaksian yang pada akhirnya membawa kemuliaan nama Allah. Sebagaimana dinyatakan oleh Tuhan sendiri bahwa jika di antara umat Kristen terjalin saling mengasihi, maka orang dunia akan mengetahui bahwa mereka adalah pengikut-pengikut kristus (Yoh. 13: 35).
3. Menyatakan kuasa dan kasih Allah.
“Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku, supaya merka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku” (Yoh. 17: 23). Di dalam ayat tersebut dikemukakan bahwa kesatuan yang sinyatakan dalam kehidupan umat Kristen dapat menyatakan kuasa Allah yang mempersatukan dan kasih Allah yang melestarikan kesatuan tersebut.
Beberapa prinsip Alkitab tersebut di atas telah dipraktekkan oleh umat Kristen pada abad pertama. Hal ini dapat diketahui berdasarkan beberapa ayat di dalam Alkitab sbb:
1. Di dalam Kisah para Rasul 1: 14 dinyatakan bahwa akibat dari persatuan jemaat mula-mula, sehingga Roh Kudus dicurahkan atas diri mereka.
2. Di dalam Kisah Para rasul 1: 14 dinyatakan bahwa akibat dari persatuan Jemaat mula-mula, sehingga jiwa-jiwa yang diselamatkan, dari hari ke hari ditambah.
3. Di dalam Kisah Para Rasul 4: 24 dinyatakan bahwa persatuan mereka mengakibatkan Injil Tuhan disebar luaskan ke seluruh pelosok.
4. Di dalam Kisah Para Rasul 4: 32 sinyatakan bahwa persatuan Jemaat Tuhan membawa dampak saling memperhatikan antar mereka dan diwujudkan dalam bentuk harta kekayaan menjadi milik bersama.
5. Di dalam Kisah Para Rasul 4: 33 diungkaplan bahwa akibat dari persatuan antara mereka, maka para Rasul memiliki kuasa rohani yang sangat luar biasa.
6. Di dalam Kisah Para Rasul 4: 33 disebutkan pula bahwa kesatuan dan persatuan antara mereka, sehingga berkat-berkat surgawi dicurahkan atas mereka.
7. Di dalam Kisah Para Rasul 5: 14 dinyatakan bahwa efek dari kesatuan jemaat mula-mula, membawa api kebangunan bagi Gereja Tuhan.
Beberapa prinsip dan kehidupan praktis yang dikemukakan Alkitab, cukup menjadi Dasar Teologia Ekumene. Tetapi sejarah menunjukkan bahwa abad-abad berikutnya jemaat Tuhan bercerai berai dengan bentuk berbagai aliran, denominasi dst. (Daun, t.th.: 9-11).

C. Organisasi-organisasi Ekumene.
Di dunia banyak organisasi besar yang bersifat ekumene. Di antaranya yang paling menonjol adalah sebagai berikut:

1. World Council of Churches.
Kurang lebih pada pertengahan abad ke-19, umat Kristen merasa bahwa bebrapa kontak pribadi orang percaya antar Negara yang selama ini mereka lakukan belum memuaskan hati. Oleh karena itu mereka merasa perlu mengadakan hubungan yang lebih luas dan jelas yang dituangkan dalam bentuk organisasi. Berdasarkan alasan di atas maka mulailah terdapat gerakan kerjasama di kalangan pemuda yang selanjutnya melahirkan organisasi-organisasi yang bersifat internasional. Misalnya Young Men’s Christian Association (YMCA) didirikan pada tahun 1844. Young Women’s Christian Association (YWCA) didirikan pada tahun 1855. World Federation of Christian Students (WFCS) didirikan pada tahun 1895. World Evangelical Alliance (1846) di London. Beberapa organisasi tersebut mempunyai pengaruh pada timbulnya gerakan ekumene pada abad ke-20.
Pada tahun 1910 para pimpinan dan misionaris di seluruh dunia menyelenggarakan World Missionary Conference di Edinburgh. Konferensi ini bertujuan mencari jalan keluar untuk menghilangkan konflik, salah paham dan bermacam-macam denominasi. Lebih jauh dibicarakan juga mengenai kerjasama antara denominasi di daerah penginjilan. Konferensi ini menghasilkan tiga keputusan yang membuka jalan bagi gerakan ekumene. Pertama, peserta merasakan pentingnya gerakan penginjilan ke seluruh dunia. Kedua, berusaha membentuk dan mengembangkan gereja nasional yang berdikari dalam mencukupi kebutuhan sendiri (self-supporting), mengatur diri sendiri (self-governing0 dan mengembangkan diri sendiri (self-propagating). Ketiga, menjalin kejasama menciptakan keesaan gereja (cooperation dan unity).
Konferensi tersebut menggerakkan para piminan gereja untuk melakukan usaha-usaha ekumene sebagai berikut:
a) International Missionary Council (1921).
Setelah konferensi di Edinburg selesai, sebagian pimpinan gereja mulai membuat program dan setelah mengadakan persiapan, maka pada tahun 1921 membentuk satu badan yang diberi nama International Missionary Council di Jenewa. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kerja sama di lingkungan umat Kristen dalam penginjilan.
Badan ini menyelenggarakan pertemuan sebanyak tujuh kali, dengan mengambil tempat di Jenewa (1921), Yerusalem (1928), Madras (1938), Whitby (1947), Willingen (1957), Ghana (1958), New Delhi (1981).
Berdasarkan isi dan hasil yang diperoleh dari pertemuan tersebut di atas jauh berbeda dengan jiwa dan tujuan Konferensi World Missionary Conference (1921). Bersamaan dengan itu beberapa angota konferensi yang berpandangan liberal cukup besar pengaruhnya, sehingga badan ini akhirnya secara resmi menggabungkan diri dengan World Council os Churches.


b) Universal Christian Cauncil for Life and Work.
Setelah Konferensi Edinburg selesai, sebagian peserta merasakan perlunya kebenaran Injil dapat dihayati dalam kehidupan masyaratakat. Oleh karena itu mereka mengadakan aksi pelayanan di bidang kemasyarakatan. Pada tahun 1925 diselenggarakan Life and Work Conference di Stockholm. Tokoh penting dalam terselenggaranya konfernsi ini adalah Nathan Soderblom, uskup besar dari Uppsala (Swedia). Menurut Natan perpecahan dan sikap acuh tak acuh antar gereja tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Cara terbaik untuk mengatasi hal tersebut adalah masing-masing gereja harus lebih banyak memperhatikan pada soal-soal kemasyarakatan (dunia). Ia berpendapat bahwa ajaran dapat memisahkan, tetapi kehidupan mempersatukan (de leer verdeelt, maar het leven verenigt). Pemikiran ini menjadi titik pangkal yang mendorong untuk memprakarsai konferensi ini. Dengan semboyan “The World is too Srong for the Divided Churches” (Kekuatan dunia dapat mencegah perpecahan gereja) organisasi ini ampai tiga kali mengadakan konferensi, yaitu: di Stockholm (1925), Oxford (1937), dan Utrecht (1938).
Berdasarkan pemikiran di atas, maka focus pembicaraan di dalam beberapa pertemuan ini adalah usaha untuk menyingkirkan kecenderungan yang bersifat memecah-belah, sehinga mencapai kesatuan dan persatua. Peserta konferensi berusaha mempersatukan pandangan dan pemikiran teologia dan arah pelayanan, sehingga menghasilkan dampak positif bagi kesaksian jemaat terhadap dunia. Usaha dan motivasi ini sangat positif dan tepat, khususnya pada saat pemikiran Marxisme dan Ateisme sedang naik daun, sehingga kesatuan umat Kristen menjadi senjata yang ampuh untuk berapologia terhadap pemikiran tersebut.
Sebelum perang dunia kedua pecah, pimpinan konfernsi Life and Work (Hidup dan Karya Gereja) dan Panitia Konferensi Faith and Order (Iman dan Tata Gereja) mengadakan pertemuan di Utrecht. Di dalam persidangan tersebut menemukan bahwa antara mereka tidak terdapat perbedaan yang jelas antara ajaran dan kehidupan, sehingga antara mereka sepakat untuk lebih memperkokoh dan menyempurnakan organisasi yang ada dengan mengusulkan didirikannya World Council of Churches (Dewan Gereja-gereja Sedunia). Untuk merealisasikan maksud tersebut maka dibentuklah secretariat dari dewan Gereja-gereja Sedunia yang berkedudukan di Jenewa dengan tugas mempersiapkan terbentuknya Dewan Gereja-gereja Sedunia. Setelah melalui pergumulan dan persiapan kira-kira sepuluh tahun, akhirnya dalam Konferensi di Amsterdam, Belanda (1948) dengan resmi dibentuk WORLD COUNCIL OF CHERCHES (Dewan Gereja-gereja Sedunia) yang disingkat dengan WCC.

c) World Conference of Faith and Order.
Setelah pertemuan di Edinburgh sebagian peserta merasa perlu secara serius, aktif dan konkret membicarakan tentang masalah teologia dan tata gereja. Oleh karena itu pada tahun 1927 diadakan pertemuan di Lausanne, Swiss dengan focus pembicaraan tentang Iman Kepercayaan (Faith) dan Tata Gereja (Order). Pimpinan gereja menharapkan dalam pertemuan ini dibicarakan atau dibahas perbedaan pandangan teologia untuk mencapai kesepakatan bersama. Tetapi mungkin karena kurang persiapan, kendala bahasa, kurang keterbukaan dan sebagainya, sehingga masing-masing mempertahankan pendiriannya dan tidak mau saling mengalah. Akhirnya tujuan yang diharapkan dalam konferensi tersebut tidak tercapai.
Selanjutnya pada tahun 1937 para pimpinan gereja memutuskan untuk mengadakan pertemuan lagi dalam rangka membicarakan permasalahan yang sama di Edinburgh (London). Dalam pertemuan kali ini masing-masing berusaha mencari jalan keluar untuk menyelaraskan perbedaan di antara mereka. Pada tahun berikutnya, berdasarkan kesepakatan bersama, maka pimpinan Konperensi Iman dan Tata Gereja dan Panitia Kehidupan dan Pelayanan bergabung menjadi dan membentuk satu secretariat yang bertugas mempersiapkan terbentuknya Dewan

































Gereja-gereja Sedunia (WCC). Tugas ini dipercayakan kepada Bishop Agung Canterbury William Temple. Karena meletus Perang Dunia kedua, maka tugas persiapan ini mengalami kemacetan. Sampai pada tahun 1948 persiapan ini digalakkan dengan terbentuknya World Council of Churches.
Pada saat World Council of Cherches mengadakan persidangan ketiga di New Delhi (India), International Missionary Council secara resmi bergabung dengan WCC. Dengan demikian badan-badan yang terbentuk sebagai pengaruh dari World Missionary Conference pada pertemuan di New Delhi telah lengkap bergabung di bawah panji WCC.
Beberapa peridangan yang pernah diadakan oleh World Council of Cherches antara lain sebagai berikut:
`` (1)Tahun 1945 sidang di Amsterdam (Belanda) dengan tema “God’s Design and man’s Disorder” (Rencana Allah dan Kerusakan manusia). Sidang ini dihadiri oleh 341 wakil dari 147 gereja yang berasal dari 44 negara; 20 wakil dari gereja Ortodoks; wakl Katolik tidak hadir. Dalam sidang ini dengan resmi Dewan Gereja-gereja Sedunia (WCC) dibentuk. Dalam sidang ini dijelaskan bahwa keberadaan WCC adalah persatuan Gereja-gereja yang mengakui Tuhan Yesus sebagai Kristus, Allah dan penyelamat. WCC bukan satu organisasi super gereja atau kumpulan gereja se dunia. WCC tidak berkuasa untuk campur tangan dal hal-hal dasar suatu gereja. WCC hanya bertugas memberi nasihat dan membina kerja sama.
(2) Pada tahun 1954 bersidang di Evanston (Amerika). Sidang ini bertema “Christ The Hope of The World” (Kristus Pengharapan Dunia).
(3) Pada tahun 1961 bersidang di New Delhi (India). Sidang ini bertema “Christ – The Light of The World” (kristus adalah Terang Dunia). Sidang ini dihadiri oleh 625 wakil remi dari 175 gereja; peninjau sebanyak 370 (termasuk wakil Katolik). Pada saat itu secara resmi diterima 23 gereja Ortodoks menjadi anggota WCC. Pada persidangan ini ditegaskan kembali bahwa WCC adalah persekutuan persaudaraan Gereja-gereja yang mengakui Tuhan Yesus sebagai Kristus, Allah penyelamat. Berdasarkan firman Allah memberi jawaban terhadap panggilan bersama demi kemuliaan Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus.
(4) Pada tahun 1968 bersidang di Uppsala (Swedia). Sidang ini bertema “Behold; I make all things new” (Lihatlah; Aku menjadikan semua baru).


































































Fokus pembicaraan dalam sidang ini, di antaranya adalah masalah sosial dan protes mahasiswa. Di dalam persidangan ini angota WCC bertamah menjadi 220. Tampak juga dalam pertemuan ini hubungan dengan gereja Roma Katolik berdampak lebih positif.
(5) Pada tahun 1975 bersidang di Nairobi (Kenya). Sidang ini bertema “Christ Frees and Unites” (Kristus membebaskan dan Mempersatukan). Pertemuan ini dihadiri oleh 271 utusan anggota WCC. Sesungguhnya dalam persidangan di Uppsala (Swedia) diputuskan Sidang Umum Kelima akan diadakan di Jakarta (Indonesia). Tetapi karena ada berbagai persoalan, maka Sidang Umum dialihkan ke Nairobi.
(6) Pada tahun 1983 bersidang di Vancouver (Canada). Sidang ini bertema “Yesus kristus Hidup Dunia”. Di dalam sidang ini anggota WCC bertambah menjadi 847. Peninjau yang hadir pada sidangtersebut berjumlah 86. Sub tema yang dibahas adalah “Hidup hadiah Allah , Hidup dalam kepenuhan, Hidup dalam kesatuan.”
Beberapa orang yang pernah menjabat sebagai sekretaris jenderal dalam World Council of Churches adalah sebagai berikut:
DR. W.A. Visser’T Hooft (1938 – 1988).
DR. E.C. Blake (1966 – 1972).
DR. Philip Potter (1972 – 1984).
DR. Emilio Castro (1985 - ).

2. World Evangelical Fellowship.
Keinginan dan kerinduan untuk bersatu dan bekerja sama juga dirasakan oleh kaum Injili. Pada tahun 1848 pimpinan kaum Injili membentuk suatu badan yang dinamakan World Evangelical Alliance (Persekutuan kaum Injili Sedunia). Suasana ini juga melanda Benua Amerika, sehingga gereja-gereja Injili di pesisir timur Amerika membentuk persekutuan yang bersifat ekumenis. Tetapi mungkin karena tidak cocoknya tujuan, iman kepercayaan, posisi dan sebagainya, terjadilah perpecahan antara mereka. Selanjutnya mumgkin karena dampak dari pertmuan di Edinburgh pada tahun 1910, empat Misi Injili di Amerika Utara membentuk International Fpreign Mission Association dengan tujuan meningkatkan persekutuan rohani dan kerja sama dan membentuk pula para rohaniwan dan gereja dalam memajukan misi mereka.
Setelah selesainya Perang Dunia pertama, pada tahun 1929 beberapa gereja di sebelah timur Amerika membentuk badan yang dinamakan “Persekutuan gereja-gereja Injili.” Selanjutnya pada tahun 1942 secara resmi seluruh gereja Injili di Amerika membentuk “National Association of Evangelicals” (Persekutuan Nasional Injili). Pada tahun 1951 pimpinan kaum Injili dari Eropa dan Amerika bertemu di Belanda dan membicarakan kemungkinan untuk membentuk organisasi yang bersifat internasional dari kaum Injili. Setelah melalui beberapa kali pertemuan dan pembahasan, maka akhirnya terbentuklah suatu badan yang dinamakan “World Evangelical Fellowship” (persekutuan Kaum Injili Sedunia) atau disingkat WEF. Gerakan kaum Injili yang bersifat ekumenis ini kemudian diikuti oleh kaum Injili di berbagai tempat, misalnya India, Formosa, Manila, Kongo, Indonesia dan sebagainya. Menurut Paul C.C. Szeto pada tahun 1978 anggota WEF berasal dari 20 negara yang mewakili 30 denominasi yang mempunyai anggota 15. 000. 000 (lima belas juta).
Organisasi WEF yang bersifat internasional ini mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain:
a. WEF mengakui keberadaan beberapa denominasi yang ada di dunia dan bahkan menganjurkan untuk tetap mempertahankan keistimewaan dari masing0masing enominasi trsebut.
b. WEF tidak menekankan pada segi organisasi, tetapi dari segi kebersamaan, khususnya segi iman kepercayaan, pandangan teologia dan pekabaran Injil.
c. WEF tidak menggunakan istilah “Dewan” (Council), tetapi “Persekutuan” (Fellowship) untuk badan ini, dengan tujuan untuk lebih menitik-beratkan pada ikatan rohani antar anggota dari pada organisasi.
d. WEF lebih menitik-beratkan pada pembinaan rohani, iman kepercayaan, perkembangan pelayanan antar denominasi.
e. WEF selalu menekankan tentang kewajiban pekabaran Injil, tetapi tidak mau melibatkan diri pada masalah sosial, ekonomi, politik, peperangan, rasialis dan sebagainya.
Ada beberapa pertemuan besar yang mempengaruhi kaum Injili se dunia. Beberapa pertemuan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1) Sidang The Church’s World Wide Mission pada tangal 9 sampai dengan 16 Apil 1966 di Universitas Wheaton, Illionis, Amerika. Sidang ini dihadiri 938 utusan resmi dari 71 negara di dunia. Mereka mewakili 150 badan misi, 29 badan yang mempunyai beban playanan misi luar negeri, 14 badan pnginjilan di Amerika Utara dan 55 Sekolah Tinggi Teologia dan Universitas.
Persidangan ini diprakarsai oleh dua badan misi besar, yaitu International Fpreign Misiion Assosiation (IFMA) dan Evangelical Foreign Mission Association (EFMA).
Pertemuan yang berifat konsolidasi antar kaum Injili ini menghasilkan kemantapan sikap dalam masalah Misi dan Sinkritisme (Mission and Syncretism), Misi dan Neo-Universalisme (Mission and Neo-Universalism), Misi dan Proselitisme (Mission and Proselytism), Misi dan Neo-Romanisme (Mission and Neo-Romanism), Misi dan Pertumbuhan gereja (Mission & Church Growth), Misi dan Misi Luar-negeri (Mission and Foreign Mission), Misi dan Kesatuan kaum Injili (Mission & Evangelical Unity), Misi dan Evaluasi Metode (Missi and Evaluating method), Mission dan Pelayanan Kemasyarakatan (Mission and Social Concern), Misi dan Kekuatan yang beroposisi (Mission and a Hostile World). Keputusan yang sangat penting dan perlu digarisbawahi dalam pertemuan ini adalah sikap bulat dari peserta yang mengakui bahwa Alkitab adalah wahyu Roh Kudus, Firman Allah, memiliki otoritas mutlak dan menjadi ukuran bagi iman kepercayaan dan kehidupan umat Kristen. Sebagaimana dikatakan Rasul Paulus: “ . . . Aku percaya sebab itu aku berkata-kata” (II Kor. 4: 13). Hal ini dengan jelas diucapkan oleh dekan Trinity Evangelical Theological Seminary, DR. Kenneth Kantzer bahwa Alkitab adalah firman Allah, wahyu Allah, yang dapat dipercaya, tidak ada kesalahan.
Ada terobosan baru bagi kaum Injili terhadap pelayanan sodial. Mereka dulu tidak mau terlibat dalam pelayanan sosial, tetapi pada pertemuan tersebut mereka menerima usulan untuk tidak mengabaikan masalah pelayanan sosial.
2) Sidang International Congress on World Evangelitation pada bulan Juli 1974 di Lausanne, Swiss. Sidang ini dihadiri 2. 700 orang lebih yang berasal dari 150 negara. Pada pertemuan tersebut dibicarakan masalah program yang bersifat menyeluruh bagi pekabaran Injil.
Pertemuan ini mempunyai dampak yang besar bagi terbentuknya beberapa organisasi di berbagai tempat. Misalnya:
a) Federation of Evangelical Churches. Didirikan di India pada tahun 1974. Federasi ini mempunyai anggota 15 denominasi dengan tujuan mengamankan iman kepercayaan terhadap Alkitab.
b) Asia Mission Association. Didirikan pada bulan Agustus 1975 di Soul, Korea Selatan. Asosiasi ini bertujuan meningkatkan pekabaran Injil untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang tersesat.
c) Chinese Coordination Centre of World Evangelism. Didirikan pada tahun 1976 dalam Kongress gereja-gereja yang berlatar belakang Tionghoa di Hongkong dengan tema “Ei Siang I Se Ming” (Penglihatan dan Tugas Kewajiban). Pertemuan ini dihadiri oleh 1. 600 wakil dari berbagai Negara. Sekretaris Jemderal organisasi tersebut adalah Rev. Thomas Wang.
Badan ini telah berhasil mengadakan beberapa pertemuan berikutnya di Singapura, Taiwan dan diprogramkan di Hongkong.
d. Persekutuan Para Teolog Injili Eropa. Didirikan pada bulan September 1976 dalam pertemuan para teolog Injili di Benua Eropa dan dihadiri oleh 90 orang lebih pakar teologia yang berasal dari 17 negara di Eropa.

3. International Council of Christian Churches.
Terbentuknya International Council of Churches (ICCC) melalui sejarah yang panjang. Pada tahun 1929 seorang dosen yang tidak puas terhadap arah teoogia yang mulai condong pada Liberalisme, lalu membawa 20 orang lebih rekan dosen dan mahasiswa meninggalkan Princeton Theological Seminary dan membentuk Orthodox Presbyterian Church. Oleh karena kebutuhan zaman maka aktivitas mereka berkembang dngan bentuk organisasi yang lebih besar yang membawahi beberapa gereja dan bersifat interdenominasi. Banyak anggota gereja lain yang tidak puas karena gerejanya dimasuki oleh pengajaran liberal lalu memishkan diri dan masuk dalam organisasi ini yang dipandang masih mempertahankan aliran murni dari firman Allah.
Berhubung pelopor gerakan ini satu persatu meninggalkan dunia (diantaranya J. Gresham Machen), maka tugas dantanggung jawab seluruhnya bertumpu pada tokoh muda Carl Mc Intire. Di bawah pimpinan tokoh muda yang penuh semangat gerakan ini mencapai beberapa kemajuan dan meneliti jalan terbentuknya ICCC.
Beberapa hasil yang penting dari gerakan ini adalah sebagai berukut:
a) Majalah Christian Beacon
Berhubung meningkatnya aktivitas ajaran sesat dan ajaran atheis sekaligus untuk mempertahankan kebenaran firman Allah, maka pada tahun 1935 diterbitkanlah majalah Christian Beacon (Mercu Suar Kristen). Majalah ini menitikberatkan pada pengungkapan dan jawaban ajaran bidat dan atheisme. Ruang lingkup pengedarannya sampai di 95 negara.
b) American Council of Christian Churches (ACCC)
Pada pertengahan Agustus 1948 diadakan pertemuan di british Reformed Church Amsterdam, Belanda. Pertemuan ini dihadiri wakil dari 61 denominasi yang berasal dari 29 negara. Pada pertemuan tersebut dibentuklah dewan gereja-gereja Kristen Sedunia (ICCC) dengan ketuanya Mc Intire. Menurut C.C. Szeto badan ini sampai tahun 1976 telah mempunyai anggota 220 denominasi dan organisasi Kristen dari 70 negara.
Sejak berdirinya ICCC telah mengadakan beberapa pertemuan, yaitu:
a) Di Amsterdam diadakan persidangan pada tanggal 11-19 Agustus 1948 dengan tema “Kristus dalam Alkitab.” Pertemuan ini dihadiri kurang lebih 400 orang, terdiri dari wakil 61 denominasi dan organisasi gereja yang berasal dari 29 negara.
b) Di Genewa, Swiss pada tanggal 16-23 Agustus 1950 diadakan pertemuan dengan tema “Reformasi abad XX.” Pertemuan ini dihadiri kurang lebih 40 wakil dari 82 denominasi dan organisasi Kristen yang berasal dari 46 negara.
c) Di Philadelphia, Pensylvania, Amerika pada tanggal 3-12 Agustus 1954 diadakan pertemuan dengan tema “Iman percaya Kristen Ortodoks.” Pertemuan ini dihadiri 1. 500 orng termasuk wakil resmi 54 gereja dan peninjau dari 50 negara.
d) Pada tanggal 12-21 Agustus diadakan pertemuan dengan tema “kristus dan Alkitab. Pertemuan ini dihadiri kurang lebih 1000 orng dari 60 denominasi gereja dan peninjau yang berasal dari 50 negara.
e) Di Amsterdam, Belanda pada tanggal 14-20 Agustus 1962 diadakan pertemuan dengan tema “Yesus kristus kemarin, hari ini dan selamanya sama adanya”. Pertemuan ini dihadiri lebih dari seribu orang dari 70 denominasi, gereja dan peninjau yang berasal dari 55 negara.
f) Di genewa, Swiss pada tanggal 5-11 Agustus 1965 diadakan pertemuan dengan tema “Yesus adalah jalan, kebenaran dan hidup.” Pertemuan ini dihadiri lebih dari seribu orang dari berbagai denominasi, gereja dan peninjau yang berasal dari 80 negara.
g) Di Amerika pada tanggal 14-25 Agustus 1968 diadakan pertemuan dengan tema “Ya Allah Firman-Mu tetap di langit.” Pertemuan ini dihadiri 2.000 utusan dari berbagai denominasi, gereja dan peninjau yang berasal dari 70 negara.
h) Di Amerika pada tanggal 13-24 Juni 1973 diadakan pertemuan dengan tema “Domba yang disembelih sudah sepatutnya mendapat kuasa, kelimpahan, hikmat, kekuatan, kehormatan, kemuliaan dan pujian.”pertemuan ini dihadiri 1. 500 wakil dari 220 denominasi,gereja dan peninjau yang berasal dari 72 negara.
i) Di Kenya, Nairobi, Afrika Timurpada tanggal 7-16 Juli 1975 diadakan pertemuan dengan tema “Yesus adalah Permulaan dan Yesus adalah Akhir.”
Setelah administrasi ICCC dibenahi, organisasi ini semakin hari semakin maju. Menurut C.C. Szeto sampai pada tahun 1978 anggota badan ini kira-kira 3. 500. 000 (tiga setengah juta) yang berasal dari berbagai Negara kecil maupun besar. Keistimewaan International Council of Christian Churches adalah sebagai berikut:
a) Beroposisi dengan World Council of Churches dan menganjurkan para anggota keluar dari WCC.
b) Secara agresif mengabarkan Injil melalui mas media cetak, siaran-udara, mimbar dan sebagainya.
c) Menentang ajaran atheisme (Paulus, t.th. : 20-40).

4. Gerakan Ekumene di Indonesia.
Gerakan ekumene di dunia internasional mempengaruhi gerakan ekumene di Indonesia. Apalagi dengan hadirnya utusan dari Indonesia, yaitu Prof. Dr. T.S.G. Moelia SH di konperensi International Missionary Council II pada tahun 1928 di Yerusalem dan tokoh-okoh gereja lainnya dalam beberapa konperensi yang bersifat internasional, menimbulkan keinginan dan kerinduan dari jemaat untuk mempersatukan gereja-gereja yang bercerai-berai di Indonesia. Keinginan dan kerinduan tersebut dapat dilihat dalam beberapa tangapan positif terhadap usaha-usaha yang bersifat ekumene.
Beberapa usaha konkrit untuk mewujudkan ekumene antara lain dengan diselenggarakannya Konperensi Gereja-gereja di Indonesia pada tangal 6-12 November 1949. Oleh karena pertemuan ini berorientasi pada pembentukan Dewan Gereja-gereja Indonesia, maka pertemuan tersebut dterkenal dengan sebutan Konperensi Persiapa Pembentukan Dewan Gereja-gereja di Indonesia. Di dalam pertemuan tersebut ada kesadaran para peserta bahwa perpisahan dan perpecahan antara gereja-gereja adalah dosa, sebab perpisahan dan perpecahan menyatakan ketidak-taatan pada kehendak Allah untuk menyatakan keesaan Gereja selaku tubuh Kristus.
Sebagai tindak lanjut dari usaha ekumene pada tanggal 21-28 Mei 1950 bertempat di STT Jakarta diselenggarakan konperensi Pembentukan DGI. Pertemuan ini dihadiri oleh HKBP, GBKP, GMI, BNKP, GKE, GPI, GPIB, GKP, GITJ, GKJ, GKJW, GKI Jabar, GK, GKI Jateng, GKI Jatim, GKPB, GKS, GMIST, GMIM, GMIBM, GKST, GKSS, GEPSULTRA, GMIH, GPM, GTM, GT dan lain-lainnya, menghasilkan keputusan untuk membentuk DEWAN GEREJ-GEREJA DI INDONESIA dan sepakat bahwa hari bersejarah tersebut ditetapkan pada Hari Pentakosta, yaitu tanggal 25 Mei 1950. Pernyataan resmi terbentuknya DGI berbunyi sebagai berikut:
“Kami anggota-anggota Konperensi Pembentukan Dewan Gereja-gereja di Indonesia, mengumumkan dengan ini, bahwa sekarang Dewan Gereja-gereja di Indonesia telah didirikan, sebagai tempat permusyawaratan dan usaha bersama dari Gereja-gereja di Indonesia, menuju pada ke-esaan Gereja-gereja di Indonesia, seperti termaktub dalam Anggaran dsar Dewan Gereja-gereja di Indonesia, yang telah ditetapkan oleh sidang pada tanggal 25 Mei 1950.”

Terbentuknya Dewan Gereja-gereja di Indonesia menurut Ds. S. Marantika didorong oleh beberapa peristiwa sebagai berikut:
1. Pada Perang Dunia kedua (1942-1945) Indonesia dijajah oleh Jepang. Gereja tidak dapat berbuat banyak kecuali melanjutkan pelayanan dan kesaksiannya. Berdasarkan permintaan penguasa Jepang, maka dibentuklah badan kerja-sama antar gereja yang diberi nama “rengokai.” Gereja Roma Katolik juga ikut serta dalam badan ini.
2. Setelah selesai Perang Dunia kedua, yaitu pada tahun 1946, diselenggarakan musyawarah di Yogyakarta. Musyawarah ini diprakarsai oleh Peneta B. Probowinoto. Meskipun membicarakan mengenai maksud dan tujuan membentuk Dewan Gereja-gereja di Indonesia, tetapi pembicaraannya lebih bersifat penjajagan dari pada persiapan untuk membentuk Dewan Gereja-gereja.
3. Setelah kembalinya zendeling di Indonesia, maka di bawah pimpinan Zendingsconsulaat diadakan konperensi zending pada tahun 1946. pada pertemuan tersebut istilah “ekumene” mulai dipakai dengan pengertian “Kesatuan Gereja dan Zending.”


































































4. Pada bulan maret 1947 diadakan Konperensi Gereja-gereja yang ada di wilayah Indonesia Timur bertempat di Malino. Konperensi yang dihadiri oleh utusan-utusan gereja-gereja di Bali, Sulawesi Selatan, Sulawesi tenggara, Kalimantan, Irian Jaya dan lain-lainnya, menghasilkan kesepakatan membentuk Majelis Gereja-gereja di Indonesia Timur yang disingkat dengan sebutan “Majelis Kristen.” Di dalam pertemuan tersebut juga ada kesadaran para peserta untuk persiapan pembentukan Dewan Gereja-gereja di Indonesia yang meliputi seluruh wilayah Indonesia.
5. Pada bulan Juni 1948 di Bogor Sinode Am Gereja protestan di Indonesia menyelengarakan persidangan. Para peserta sidang dengan suara bulat menyetujui untuk membentuk keesaan gereja di Indonesia. Di samping itu juga dibicarakan bentuk keesaannya bersifat federasi atau kesatuan yang bulat.
6. Ketika IMC bersidang pada bulan Juli 1948 di Whitby, utusan Indonesia yang bernama Pendeta Rumambi dan Pendeta Sihombing melaporkan pada sidang mengenai persiapan pembentukan dewan gereja-gereja di Indonesia.
7. Pada tahun 1949 di Jakarta diadakan sidang persiapan pembentukan DGI. Sidang ini dihadiri oleh Dr. Visser’t Hooft, Sekjen Dewan Gereja-gereja Sedunia dan Dr. Ranson, Sekjen IMC. Di dalam pertemuan ini disusun konsep peraturan dasar DGI dan disetujui juga pembentukan DGI pada sekitar Hari Pentakosta tahun depan.
Setelah DGI terbentuk telah mengadakan beberapa kali sidang, antara lain:
1. Sidang Raya I diadakan pada tanggal 21-28 Mei 1950, di Sekolah Theologia Jakarta. Pada sidang tersebut secara resmi diumumkan berdirinya DGI dan disahkan Anggaran Dasar dan Rumah Tangga DGI sekaligus membentuk badan-badan pembantu DGI.
2. Sidang Raya II diadakan pada tanggal 20-30 Juni 1953 di Jemaat GPIB Paulus Jakarta. Tema dalam sidang ini adalah “Yesus Kristus Pengharapan Dunia. Pertemuan ini banyak dihadiri oleh peserta baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Sidang tersebut membicarakan upaya gereja yang esa di Indonesia dan tanggung jawab gereja pada masyarakat di bidang politik dan kenegaraan.
3. Sidang Raya III diadakan pada tanggal 8-17 Juli 1956 di STT Jakarta. Sidang ini bertema “Keesaan dalam Kristus dan Perpecahan Kita sebagai Gereja.” Tema ini berlatar belakang pada perselisihan yang memprihatinkan dari beberapa gereja anggota, yaitu antara HKBP dengan HKI, GKJTS dengan GKJTU dan sebagainya. Pada pertemuan tersebut diharapkan dapat terwujud program satu gereja yang esa dan mengadakan hari Ekumene setiap tahun pada tanggal 25 Mei.
4. Sidang Raya IV diadakan pada tanggal 3-13 Juli 1960 di Aula SMAK-PSKD, Jakarta. Tema sidang tersebut adalah “Yesus Kristus Terang Dunia”, sama dengan tema Sidang Raya World Council of Churches (DGD) III di New Delhi. Pada sidang ini dibahas perkembangan politik pada saat itu dan perpecahan antar gereja.
5. Sidang Raya V diadakan pada tanggal 3-14 Mei 1964 di Ganefo Conference Hall, Senayan, Jakarta. Sidang ini bertema “Yesus Kristus Gembala Yang Baik” dan sub tema “Tugas Kristen dalam Revolusi.” Sidang ini agak istimewa sebab mendapat perhatian dari pemerintah. Sidang ini tidak hanya dihadiri oleh umat Kristen, tetapi juga dihadiri oleh beberapa pejabat pemerintah Indonesia dan pemerintah asing. Pada sidang ini tampak ada kemajuan dalam usaha ekumenis.
6. Sidang Raya VI diadakan pada tanggal 29 Oktober-8 November 1967 di Komplek Sekolah Tinggi Theologia Intim, Makasar. Tema sidang ini adalah “Tengoklah Aku Jadikan Semuanya Baru” dan sub tema “Pembaharuan manusia, Gereja dan Masyarakat.” Sidang ini berlatar belakang munculnya Orde Baru dan kerukunan hidup beragama belum mantap benar sebagai akibat adu domba dari sisa-sisa G 30 S dan indiden pengrusakan beberapa gedung gereja dan gedung-gedung sekolah Kristen di kota tersebut.
7. Sidang Raya VII diadakan pada tanggal 18-28 April 1971 di Universitas HKBP Nommensen, Pematang Siantar. Tema sidang ini adalah “Disuruh ke dalam Dunia” dan sub tema “Tugas Kita dalam Negara Pancasila Yang Membangun.” Salah satu pembicaraan yang penting dalam sidang ini adalah tugas yang diberikan Sidang Raya kepada Badan Pekerja Lengkap DGI untuk mengadakan pendekatan dalam rangka menghasilkan usul-usul konkrit tentang bentuk keesaan gereja di Indoneia pada Sidang Raya berikutnya.
Pada Sidang Pekerja Lengkap DGI pada tahun 1975 disimpulkan sebagai berikut:
a. Gereja-gereja di Indonesia makin memahami keesaan Gereja sebagai keesaan dalam kepelbagian dan bukan keesaan yang seragam.
b. Meskipun demikian gereja-gereja tetap terpanggil untuk mewujudkan Gereja yang esa.
c. Pengembangan keesaan di Indonesia yang penuh unsure-unsur kebinekaan diperlukan banyak pemikiran dan bayangan (imajinasi) dan proses untuk membangun keesaan agar dapat diatasi unsure-unsur hambatan yang kuat yang masih terdapat.
d. Mengusulkan perubahan nama menjadi “Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia” mengganti nama Dewan Gereja-gereja di Indonesia dan Wilayah.
e. Mengingatkan program-program kerjasama di antara Gereja-gereja dalam semua bidang, khususnya oleh pemuda, wanita dan kaum pria.
8. Sidang Raya VIII diadakan pada tanggal 1-12 Juli 1976 di Kompleks Universitas Satya Wacana Salatiga. Tema sidang adalah “Yesus Kristus Membebaskan dan Mempersatukan” dengan sub tema “Panggilan Pembebasan dan Persatuan dalam Gereja, Masyarakat dan Dunia.” Pada sudang tersebut bidang keesaan dan kesaksian tetap merupakan pembahasan yang hangat, kemudian diputuskan mengenai haluan umum kegiatan-kegiatan di bidang ini dalam rangka menuju gereja yang esa di Indonesia.
Pembahsan yang tidak kalah hangatnya pada sidang ini adalah mengenai peranan Dewan Gereja-gereja Wilayah dalam menghayati gerakan ekumenis di daerah masing-masing. Sidang menyadari bahwa peranan Dewan Gereja-gereja Wilayah (DGW) dalam mengembangkan hubungan yang bersifat ekumenis antar jemaat akan menentukan bagi tercapainya keesaan di Indonesia. Keputusan yang sangat penting dalam pertemuan ini adalah kesepakatan dalam perubahan Anggaran Dasar DGI. Pada asasnya AD yang baru ini tidak berbeda dengan yang lalu, perbedaannya terletak dalam ruang ingkup pelayanan di diperluas sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan sebagainya.
9. Sidang Raya IX diadakan pada tangal 19-31 Juli 1980 di Tomohon, Sulawesi Utara. Tema pada sidang tersebut adalah “Datanglah Kerajaan-M” dan sub temanya adalah “Roh Kudus memperbaharui Gereja menjadi saksi dalam Pergumulan Bangsa.” Di dalam sidang tersebut disadari bahwa di antara Gereja-gereja anggota DGI belum terdapat kesepakatan tentang rumusan tujuan DGI, di antaranya adalah bentuk keesaan dalam Gereja yang esa di Indonesia. Peserta mengharapkan dalam sidang berikutnya yang direncanakan di Ambon tujuan membentuk satu gereja yang esa di Indonesia sudah dapat diwujudkan secara konkret.
Di samping ekumene dalam DGI di Indonesia juga ada ekumene dalam PII (Persekutuan Injili Indonesia) dan DPI (Dewan Pantekosta Indonesia).
Persekutuan Injili Indonesia (PII) didirikan pada tahun 1971. PII membawahi 41 Sinode, 31 gereja local, 120 Yayasan yang bergerak di bidang penginjilan, pendidikan, sosial dan kesehatan, 45 Perguruan Teologia Injili, di antaranya 23 Perguruan Tinggi Teologia. PII mempunyai beberapa keistimewaan antara lain: memegang kuat-kuat iman kepercayaan yang murni, misi penginjilan dan sebagainya. Sebagaimana dinyatakan oleh ketua Persekutuan Sekolah-sekolah Teologia Injili Indonesia (PASTI), Rektor Seminari teologia Injili Indonesia (STII) dan Universitas Kristen Immanuel (UKRIM) segabai berikut:
1. Mengakui “Ketanpasalahan Alkitab” (Innerrancy of the Scripture).
2. Menekankan penginjilan ke seluruh dunia.
3. Menitik beratkan pada beberapa pembinaan dengan menyelengarakan retret, kebangunan rohani dan sebagainya.
4. Menekankan kelahiran baru sebagai prasyarat keanggotaan Gereja Universal dan local.
5. Menekankan keseimbangan di antara Mandat-Ilahi Pembaharuan, khususnya di bidang pembangunan mental spiritual.
Selanjutnya Dewan Pantekosta Indonesia (DPI) didirikan pada tahun 1979. DPI dapat dianggap sebagai dewan dari gereja-gereja yang berpegang pada aliran Pantekosta. Salah satu dari anggotanya adalah gereja Pantekosta di Indonesia, merupakan organisasi Pantekosta yang terbesar di Indonesia. Organisasi ini mempunyai kurang lebih 5000 gereja local, anggota kurang lebih 3. 000. 000 (tiga juta) orang, puluhan Sekolah Alkitab, beberapa Sekolah Tinggi Alkitab dan Institut dan Seminari Tinggi Theologia Indonesia (ISTTI) yang bersifat interdenominasi. Beberapa tokoh GPdI yang cukup menonjol antara lain Pdt. H.N. Runkat, Pdt. E. Lesnusa, Pdt. W.H. Bolang dan Pdt. A.H. Mandey (Daun, t.th. : 51-62).

C. Informasi Al Qur’an tentang Ekumene
Gerakan ekumene berlatar belakang ingin menyatukan gereja yang terpecah-pecah dalam rangka usaha kristenisasi atau penginjilan. Gereja-gereja berusaha menghidari perbedaan-perbedaan, meskipun pasti ada antara gereja yang satu dengan gereja lainnya, dan berusaha menekankan persamaannya terutama dalam usaha bersama untuk penginjilan ke seluruh dunia.
Meskipun demikian usaha ekumene ini menurut Institut Oikoumene Indonesia mempunyai banyak kendala. Pertama, adanya kecenderungan gereja-gereja yang lebih mementingkan dan menyibukkan dirinya sendiri daripada kepentingan bersama pada usaha-usaha ekumenis. Kedua, adanya industri penginjilan dalam pengertian gereja-gereja saling berlomba untuk menunjukkan bendera atau panji-panjinya masing-masing dalam pelayanan dan pengembangan diri dari pada kerja sama. Ketiga, adanya sikap dan sifat-sifat tertentu dari gereja-gereja yang menganggap gerejanya lebih benar dari pada gereja-gereja lainnya (Institut Oikoumene Indonesia, 1979: 18).
Sebagaimana pendapat Institut Oikoumene Indonesia, pendeta J.L.Ch. Abineno berpendapat bahwa kendala ekumene adalah sebagai berikut.
Salah satu bahaya yang terus menerus mengancam kesatuan gereja dalam hidup dan pelayanannya adalah polarisasi dan pertentangan. Polarisasi dan pertentangan dengan berbagai sebab, hampir selalu mengakibatkan mementingkan diri dan prestise. Hal ini kalau tidak cepat-cepat diberantas akan mengakibatkan bencana perpecahan (skhisma). Perpecahan yang nyata terjadi dalam sejarah gereja, termasuk gereja di Indonesia, kadang-kadang hampir tidak dapat dicegah. Hal ini terjadi karena hal-hal yang dianggap prinsip dari gereja sehingga mreka merasa harus memutuskan hubungan persekutuannya dengan saudara-saudaranya dan memulai membentuk persekutuannya yang baru sebagai gereja. Beberapa sebab prinsip yang menimbulkan perpecahan biasanya mengenai kebenaran Injil dan ketaatannya kepada Kristus, Tuhan Gereja. Misalnya pemahaman tentang keselamatan atau penebusan dosa, pembenaran, pengudusan, Gereja, sakramen, dan lain-lainya.
Di samping itu ada beberapa sebab lain yang menyebabkan perpecahan, misalnya keadaan sosial dan politik di mana gereja hidup dan melayani, perbedaan bahasa yang digunakan oleh anggota-anggota gereja, pertentangan di bidang adapt dan kebudayaan, salah paham di bidang ajaran, ketidaksabaran dari para pemimpinnya, keterbatasan pengetahuan dari anggota-anggotanya, dan sebagainya (Abineno, 1984: 23-24).
Hal yang senada juga diungkapkan dari pihak Katolik, yaitu Pastur Josef Konigsmann, yang menyatakan bahwa ekumene mengalami rintangan-rintangan. Rintangan tersebut adalah indeferentisme dan proselitisme.
Indeferentisme adalah pandangan bahwa perbedaan-perbedaan antara gereja Katolik dan Gereja Protestan tidak penting lagi bagi pimpinan Gereja. Atau dengan kata lain sama saja Gereja Kristen Sumba dan Roma Katolik. Atau dengan ungkapan yang senada Gereja Kristen Sumba baik, Gereja Roma Katolik baik juga. Jadi sama saja. Di samping itu ada di antara mereka yang menganggap bahwa tidak penting lagi mengikatkan diri pada salah satu Gereja tertentu. Mereka acuh tak acuh terhadap organisasi Gereja masing-masing selama kesatuan Gereja belum tercapai.
Selanjutnya proselitisme menjadi batu sandungan untuk ekumene di daerah-daerah misi atau zending. Proselitisme adalah kesaksian Kristen yang keterlaluan, yang buruk, yang menggunakan cara-cara yang tidak jujur untuk menarik orang pada suatu persekutuan, terutama pada orang miskin atau orang tak terpelajar, misalnya dengan bujukan manis, uang suap, hadiah-hadiah, tekanan, ancaman dan sebagainya. Berhubung setiap Gereja berhak mewartakan Injil kapanpun dan di manapun, maka seringkali timbul persaingan antara Gereja-gereja Kristen yang semuanya mengusahakan kedudukan yang kuat bagi golongannya sendiri dan merebut anggota-anggota dari Gereja lain dengan cara yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Tindakan proselitisme yang buta dan fanatik diakibatkan pikiran dan sikap saingan di masa lampau sangat meracuni hubungan antara Gereja Kristen Sumba dan Gereja Katolik di Sumba (Konigsmann, 1986: 61).
Pemaparan di atas menunjukkan bahwa meskipun usaha-usaha ekumene telah dilakukan, tetapi perpecahan di kalangan gereja-gereja terus terjadi.
Salah satu tujuan ekumene untuk kristenisasi telah diinformasikan di dalam Al Quran Surat Al Baqarah: 120 sebagai berikut:
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُوْدُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ اِنَّ الْهُدَى اللهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَآءَهُمْ بَعْدَ الَّذِى جَآءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَالَكَ مِنَ اللهِ مِنْ وَلِىٍّ وَلاَ نَصِيْرٍ.
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar).” Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.

Selanjutnya Al Qur’an menginformasikan bahwa meskipun kelihatannya orang-orang Kristen bersatu, tetapi sesungguhnya mereka terpecah-pecah. Sebagaimana disebutkan di dalam Surat Al Hasyr: 14 sbb:
لاَ يُقَاتِلُوْانَكُمْ جَمِيْعاً اِلاَّ فِى قُرَى مُّحَصَّنَةٍ أَوْ مِنْ وَرَآءِ جُدُرِ بَأْسُهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيْدٌ تَحْسَبُهُمْ جَمِيْعاً وَقُلُوْبُهُمْ شَتَّى ذَالِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لاَّيَعْقِلُوْنَ.
Mereka tidak akan memerangi kamu dalam keadaan bersatu padu, kecuali dalam kampung-kampung yang berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan antara sesama mereka adalah sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tiada mengerti.

Perpecahan di kalangan Kristen juga disebutkan di dalam Surat Al Maidah: 14 sbb:
وَمِنَ الَّذِيْنَ قَالُوْا اِنَّانَصَارَى أَخَذْنَا مِيْثَاقَهُمْ فَنَسُوْا حَظاًّ مِّمَّا ذُكِّرُوْابِهِ فَأَغْرَيْنَابَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَآءَ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَسَوْفَ يُبِّئُهُمُ الله ُ بِمَاكَانُوْا يَصْنَعُوْنَ.
Dan di antara orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya kami ini orang-orang Nasrani,” ada yang telah Kami ambil perjanjian mereka, tetapi mereka (sengaja) melupakan sebahagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya; maka Kami timbulkan di antara mereka permusuhan dan kebencian sampai hari kiamat. Dan kelak Allah akan memberikan kepada mereka apa yang selalu mereka kerjakan.

Muhammad Ali, dalam bukunya Qur’an Suci Terjemah dan Tafsir, menjelaskan Surat Al Maidah di atas sebagai berikut:
Ramalan bahwa di antara bangsa-bangsa Nasrani akan selalu terjadi permusuhan dan kebencian, ini benar-benar terbukti kebenarannya di segala abad, dan lebih jelas lagi pada abad kita sekarang ini. Mereka hanya akan memperoleh perdamaian jika mereka mau memeluk Islam (Ali, 1984: 316).










SOAL-SOAL
1. Jelaskanlah pengertian ekumene menurut bahasa maupun istilah !
2. Uraikanlah dasar-dasar teologis dari ekumene di kalangan Kristen!
3. Jelaskanlah sejarah terbentuknya World Council of Churches !
4. Jelaskanlah sejarah terbentuknya World Evangelised Fellowship !
5. Jelaskanlah sejarah terbentuknya International Council of Christian Churches !
6. Bedakanlah tujuan pendirian WCC, WEF dan ICCC !
7. Bagaimanakah pandangan saudara tentang ekumena yang terjadi di kalangan Kristen ?














TUGAS
1. Observasilah ekumene pada gereja-gereja yang yang ada di sekitar saudara, kemudian tulislah dalam bentuk makalah !
2. Bacalah hasil Konsili Vatikan II tentang Unitatis Redintegratio (Ekumene) dalam buku Tonggak Sejarah Pedoman Arah Dokumen Konsili Vatikan II karangan Dr. J. Riberu, kemudian simpukanlah dalam bentuk makalah.
DAFTAR KEPUSTAKAAN


Abineno, J.L.Ch. Oikumene dan Gerakan Oikumene. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1984.

Ali, Muhammad. M. Bachrun (trans.). Qur’an Suci Terjemah dan Tafsir. Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah, 1984.

Daun, Paulus D.H. Apakah Ekumene itu ? Ujung Pandang: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray Ujung Pandang, t.th.

Hartono, Chris. Gerakan Ekumenis di Indonesia. Yogyakarta: Duta Wacana, 1984.

Institut Oikoumene Indonesia DGI. Kepeloporan Gereja. Sukabumi: Institut Oikoumene Indonesia DGI, 1979.

Konnigsmann, Josef. Gerakan dan Praktek Ekumene. Flores: Penerbit Nusa Indah, 1986.

Lembaga Alkitab Indonesia. Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 1983.


























INDEKS



A
A. Koenen, 81 Anak Manusia, 136, 144
Abu Hurairah, 64 Anak Maryam, 61
Abyatar, 89 Anak-Nya, 49
Ad Gentes, 204 An Najm, 190
Adolf von Harnack, 62 An Nisa’, 62, 66, 69, 190
Afrika, 7, 22 Anselmus, 18
Afrika Utara, 3, 15, 22, 40 Antiokhia, 6
Agama Kristen, 72 Antipos, 185
Agustus, 224 Antonius, 163
Agustinus, 133 Apokaliptis, 121
Ahasyweros, 111 Arabia, 15
Ahlul Injil, 40, 44 Aram, 93, 94, 102
Ahlul Kitab, 40, 42, 43, 44, 48 Aramik, 122
Ahmad, 68 Arius, 61
Ahwa’,219 Asia, 30
Akhaya, 145 Asia Barat, 7, 13
Al An’am, 195 Atheisme, 239
Al A’raaf, 192 Avignon, 19, 20
Al Baqarah, 40, 41, 43, 65, 71, 72 Ayyub, 190
194, 196, 218, 240
Alexander, 99 B
Alexandria, 7, 130 Babel, 89, 187, 198
Al Hadid, 190 Babylon, 106, 110
Al Hajj, 40, 42 Babylonia, 91
Al Hasyr, 43, 248 Bait Allah, 97, 115
Alhawariyyin, 40, 41, 43 Bani Israil, 46, 68
Ali Imran, 68, 69, 70, 192, 196, 219 Bapa, 11, 203
Al Isra’, 191 Barnabas, 134, 143, 165
Alkitab, 9, 25, 28, 32, 63, 65, 71, 76, Barukh, 84
77, 186, 190, 192, 195, 197, 198, Bel, 84
219, 221, 224, 225, 226 Belanda, 31, 33, 229, 238
Allah, 22, 26, 203 Bezae, 130
Allah Bapa, 49, 51, 54, 61, 66, 67 Biara, 12, 16, 18
Allah Putera, 62 Biarawan, 16
Al Maidah, 63, 64, 70, 191, 193, Bible, 76
194, 195, 240 Bidat, 102
Al Masih, 44, 63, 65, 66, 67 Bilangan, 77, 80, 87
Al Masih putera Maryam, 63, 68 Bishop Agung, 231
Al Qur’an, 1, 40, 62, 65, 68, 71, 72, Bologna, 18
76, 190, 192, 197, 198, 218, 248, Bucer, 50
Am, 11, 120 Buddha, 1
Amerika, 6, 13, 22, 299 Buddhisme,
Amos, 79, 91, 92 Bufianus, 49
Amsal, 80, 104, 106 Bizantium, 6
Anak, 11
C
Caesarius, 50 Edom, 89
Calvin, 50 Efesus, 119, 120, 149, 157, 158, 160,161,
Cambridge, 18 162, 168, 213
Canada, 205 Eklesia, 4
Canterbury, 18 Ekumene, 40, 223, 224, 225, 227, 239,
Chalcedon, 11 240, 246
Charles, 130 Elifas, 102
Christos, 120 Elihu, 102
Codex Alexandrianus, 130 Elohim, 81, 82
Codex Eprahemi Rescrpto, 130 Elohist, 82
Codex Reer, 130 Episkopal, 8
Codex Sinaiticus, 129 Episkopos, 7, 8
Codex Vaticanus, 129 Eropa, 6, 15, 22
Codices, 131 Eropa Barat, 6, 10, 12, 13, 15, 16, 21, 29
Columbus, 6, 13 Esau, 100
Cyprianus, 26 Eskhatologis, 121
Ester, 80, 83, 110, 111, 112
D Etiopia, 7, 84
Dalmatia, 167 Exodus, 86
Daniel, 80, 84, 85, 112, 114 Ezra, 80, 84, 85, 113, 114, 115, 117
Daud, 58, 117, 188
Dekapolis, 135 F
Dematrianus, 185 Febe, 155
Demetrius, 183, 184 Fenomenologis, 2
Deuteronomis, 81, 82 Ferdinand Christian Baur, 184
Deutero-Yesaya, 79 Filemon, 119, 120, 157, 160
Deutero-Zakharia, 99 Filipi, 119, 120, 157, 163, 164
Devotio Madena, 21 Filipus, 142
Dewan, 31 Filsafat Aristoteles, 18, 30
Diakanat, 7 Filsafat Plato, 18
Diakonia, 8 Filsafat Yunani, 18, 62
Diakonos, 8 Final Lukas, 123
Dialektika, 18 Final Markus, 123
Diaspora, 85 Final Matius, 123
Diatessaron, 131 Final Yahya, 123
Diglot, 130 Firman-Nya, 59
Dioteefes, 183 Frank M. Cross, 197
Dodeka prophetan, 90 Friedrich Engels, 35
Dogma, 11, 15
Dogmatika, 17 G
Dosa, 9 Gabriel, 113
Galatia, 119, 120, 145, 153, 156, 165, 171,
E 175
Ebed Yahwe, 32 Galilea, 135, 136, 174
Ecllesiam catholicam, 19 Gayus, 183
Edenburg, 204, 227, 229 Gembala Kristen, 154
Edikt , 10, 11 Genesis, 86
Edikt, Milano, 10, 11 Geneva, 218
Edikt Toleransi, 10 Gereja, 4, 6, 7, 9, 11, 12, 13, 14, 15,
16, 17, 23, 25, 29, 32, 40, 76, 120, 140, Ibrani, 77, 85, 102, 117, 119, 120
158, 162, 185, 198, 204, 207, 218, 223, Igreya, 4
240, 247, 248 Ilmu-mantic, 18
Gerejani, 17 Imam, 18
Gereja Barat, 50 Imamat, 77, 80, 86
Gereja Katolik, 188 Incidental, 10
Gereja Katolik-Roma, 6, 15, 16, 21, 26, Indeferentisme, 247
27, 28, 29, 37, 202, 204, 207 Indonesia, 2, 86
Gereja Kuno, 23 Injil, 15, 120, 126, 158, 196, 248 Injili, 235
Gereja Kristen Protestan, 211 Injil Lukas, 66, 136
Gereja Kristen Injili Indonesia, 211 Injil Markus, 135
Gereja Masehi Indonesia, 211 Injil Matius, 133
Gereja Masehi Advend Hari Ketujuh, 211 Injil Sinopsis,
Gereja Ortodoks, 16, 36, 37 Injil Yohanes, 137, 139
Gereja Protestan, 26, 28, 37, 188, 204, 207 Isa, 65, 190
Gereja Rakyat, 12 Isa anak Maryam, 61
Gereja Timur, 16, 207 Isa putera Maryam, 63, 66, 68, 69
Ghana, 212 Ishak, 190
Gnosis, 9 Iskandaria, 7 , 129
Gnostik, 8, 9, 49 Israil, 148
Gregorius I, 6 Italia, 7, 10, 18, 33
Guru, 55

H J
Habakuk, 79, 94 Jaboel-jaboel, 84
Hadis, 189 Jemaat, 188
Hagai, 79, 97 Jerman, 33
Hakim-hakim, 77, 80, 88 J. Wellhausen, 81
Hamba, 67 Juru Selamat, 203
Hamba Allah, 66 Jurusan Ushuluddin, 1
Hamba Yehova, 135
Harklensis, 131 K
Harun, 190 Kabar Gembira, 203
Hellenisme, Kaisar Dekios, 185
Hexapla, 85 Kaisaria, 142, 143
Hilema, 103 Kanon, 9, 83
Hilkia, 89 Kanon Alkitab, 9
Hindia Selatan, 7 Kanonik, 83
Hindu, 1 Katolik, 11, 82, 120
Hinduisme, 1 Kaum, 4
Hirarki, 8, 61 Kapadokia, 175
Holtzmann, 122 Katekismus Kecil, 50
Hosea, 91 Katekismus Heidelberg, 54
Hukum Gereja, 17 Kebijaksanaan Salomo, 84
Hukum Taurat, 150 Kejadian, 77, 80, 86
Humanisme, 22, 27 Keluaran, 77, 80, 86
Kematian, 138
I Kerajaan Kristus, 204
Ibrahim, 190 Ketubim, 77, 100
Khalik, 54 Makabe, 84, 111
Kisah Para Rasul, 119, 120, 140, 143, Makkah, 43
169, 170, 204, 213, 226 Malaikat, 66
Kitab Suci,4 Malaikat Jibril, 71
Kitab Taurat, 191 Maleakhi, 79, 81, 94, 148
Kolose,119, 157, 159, 160 Malehior Leydecker, 85
Konperensi, 205 Malino, 243
Konsili, 15, 28 Markus, 76, 119, 122, 123, 124, 125, 189,
Konsili Suci, 204 212, 203
Konsili Vatikan I, 33 Markus Intermedier, 123, 174
Konsili Vatikan II, 223, 224 Martin Luther, 23
Konstantinopel, 6, 13 Maryam, 65, 191
Konstantinus Agung, 10 Maryam, Surat 67
Kontrareformasi, 27, 28 Matius, 76, 119, 122, 124, 125, 133, 189,
1 Korintus, 119, 120, 145, 149, 151, 212, 203
2 Korintus, 119, 120, 145, 149, 152 Matius Intermedier, 123
Kristen, 2, 10, 11, 15, 76, 154, 207, 229 Maurice Bucaille, 197
Kristen Ortodoks, 238 Mazmur, 100, 224
Kristologi, 223 Meditative, 213
Kristologia, 6, 15 Melakim, 77
Kristus, 1, 11, 22, 58, 59, 62, 139, Metode, 213, 214, 218
187, 188, 204, 247 Metode Fenomenologis, 2
Kristus Yesus, 49 Metode teologis, 2
Metodisme, 31
L Mikha, 79, 81, 94, 148
Latin, 131 Milano, 10
Lausanne, 236 Minuskel, 129
Leviticus, 86 Misa, 77
Lembaga Alkitab Indosesia, 86 Misi, 6, 202, 236, 248
Liberal, 34, 35, 237 Missioner, 204
Liberalisme, 35, 237 Mittere, 203
Likus, 158, 224 Muhammad, 68
Lima Megillot, 106 Muhammad Ali, 249
Listra, 165 Musa, 77
Liturky, 6 Mujizat, 138
Local, 10
Logical, 219 N
Logos, 1 Nabi, 55, 67, 68
Lukas, 36, 62, 76, 117, 119, 122, Nabi-Besar, 77
123, 124, 125, 140, 143, 189, 202 Nabi-nabi Besar 79
Lukas Intermedier, 124 Nabi Isa, 66, 70, 71
Luther, 25 Nabi Kecil, 71, 79
Lyon, 7 Nabi Muhammad saw, 73
Nabi Yeremia, 84
M Nairobi, 207, 234, 239
Macedonia, 62, 145, 149 Nashara, 40, 43
Madras, 205 Nasrani, 40, 43, 193, 219, 248, 249
Majlis Tarjih, 43 Nahum, 79


Nebiim, 77, 87 Perjanjian Baru, 9, 77, 117, 119, 120, 121,
Nebiim Akharonim, 79 126, 131, 189
Nebiim Risyonim, 77 Perjanjian Lama, 9, 77, 80, 81, 85,
Nehemia, 80, 113, 114, 115, 117 86, 87, 120, 189
Nero, 172 Perkamen, 126, 129
New Delhi, 206, 207, 231 Persia, 7
Nudub Yeremis, 1097 Pesjitto, 131
Numeri, 86 Petrus, 13, 19, 126, 134, 142, 170
1 Petrus, 174
O 2 Petrus, 121, 131, 177, 178
Obaja, 92, 93, 148 Philadelphia, 238
Ockham, 18 Philoxiana, 131
Ode-ode Salomo, 85 Pietisme, 29, 38
Oikomene, 36, 247 Politik, 12
Oikomenen, 225 Portugal, 15
Oikomenis, 15 Polarisasi, 247
Oknum, 11, 12, 72, 73, 134, 139 Presbyteros, 7, 8
Oktavianus, 163 Priester Codex, 81, 82
Onesimus, 160 Prisallianus, 50
Ordo, 12 Proselitisme, 247
Ordo Yesuit, 27 Protestan, 6
Origines, 85, 172 Proto Lukas, 123
Oxford, 228 Psalterium Aetheistani, 50

P Q
Palestina, 115 Qohelet, 108
Papias, 134 Quraish Shihab, 42, 72, 219
Papyrus, 126
Paris, 18 R
Paroki, 8 Raja-raja, 77, 80
Paulus, 76, 120, 156, 159, 162, 163, Ramson, 243
165, 176, 142, 148 Rasionalisme, 31
Paus, 6, 12, 16, 18, 19, 20 Rational, 213
Paus Bonifatius VII, 19 Rasul, 68, 220
Paus Bonifatius VIII, 19 Rasul Allah, 69
Paus Damasus, 133 Rasul Paulus, 154
Paus Gregorius I, 12 Rasul Yohanes, 137
Pekabaran Injil, 6, 30, 202, 203, 223 Ratapan, 80, 109
Pemberitaan Iman, 8 Reformasi, 6, 13, 17, 23, 28, 29
Pengakuan Iman, 9, 49 Reformasi Katolik, 27
Pengakuan Iman Rasuli, 50, 51, 54 Reformasi Martin Luther, 13
Pengakuan Nicea-Konstantinopel, 50, Reformasi Radikal, 27
53 Reformator, 29
Penginjilan, 203, 246 Renaisance, 21, 22, 27
Pengkhotbah, 80, 81, 83, 108 Rescriptus, 136
Pentateuch, 77, 86 Restorasi, 33, 34
Perancis, 17, 19, 20, 29, 33 Retret, 218
Perang Salib, 8, 19 Roh Kudus, 30, 49, 53, 55, 56, 61, 62, 65,
Perbandingan Agama, 1 73, 136, 149, 153, 156, 161, 167, 178,
Perjamuan Kudus, 8 203, 204
Roh Suci, 72 Symbolum Apostolikum, 49, 50, 54
Roma, 6, 12, 15, 19, 20, 119, Symbolum Romane, 50
120, 143, 154, 167, 170 Symbolum Romanum, 49, 50
Romawi, 6, 7, 9, 10, 12, 116, 20, 23 Symmachus, 85
Ruhul Kudus, 71, 72
Romawi Timur, 13 T
Rumambi, 243 Tabanan, 205
Rut, 80, 106 Taoisme, 1
R.P. Benoit, 198 Targum, 85
R.P. Boismard, 122, 198 Taurat, 59, 65, 71, 77, 153, 190, 192, 195
R.P. Kannengieser, 198 Tawarikh, 80, 113, 116, 117
Teolog, 62
S Teologi, 1, 160
Sakramen, 8, 204, 247 Teologi Dogmatis, 1
Salinan, 126 Teologia, 246
Salomo, 104 Teologis, 2, 223, 225
Samaria, 142 1 Tesalonika, 119, 145, 148
Samuel, 77, 80, 88 2 Tesalonika, 119, 145, 147, 148
Sang Anak, 54 Testamentum, 85
Sang Bapak, 54 Theodosius, 1
Sekolah Teologia, 216 Theodotion, 85
Sekte, 11 Theologia Dialektis, 35
Septuaginta, 83, 85, 114 Theologia Modern, 35
Serikat Yesus, 27 Theologia Pietes, 35
Shemaryahu, 197 Theologia Skolastik, 18
Shuhuf, 190 Theologia Skolastik Protestan, 30
Sidang Raya, 206, 207, 243, 244, Timotius, 142, 166, 168, 169
Sihombing, 243 1 Timotius, 119, 145, 161, 164,
Silas, 163 165, 166, 168
Sion, 89 2 Timotius, 119, 145, 168
Sinagoge, 216 Titus, 119, 165, 166, 167, 168
Sintoisme, 1 Trio Yesaya, 79
Siria, 13 Trio Zakharia, 79
Skhisma, 12 Trito Yesaya, 90
Skhisma Barat, 20 Tuhan Anak, 61
Slavia, 15 Tuhan Bapak, 61
Societas Jesu, 27 Tuhan Roh Kudus, 61
Sola fide, 25, 26
Sola gratia, 26 U
Sola Scriptura, 25, 28 Ulangan, 77, 80, 87
Sorbone, 18 Unam Sanctam, 19
Sorga, 59 Unitarian, 62
Stocholm, 228 Universalis, 82
Subyek, 207 Uppasala, 207, 231
Surat Damsyik, 85 Urgeschichte, 85
Surat Kiriman, 164 Uskup, 7, 8, 11, 18
Susana, 84 Uskup Mercellius, 49
Swiss, 210, 236 Utrecht, 228, 229
Switzerland, 205 Utusan Allah, 68
Symbolum, 49, 61 Uzair, 42
V Yom Yahwe, 91
Vatikan, 129 Yordan, 87
Vetus Latina, 85, 88 Yosua, 77, 87, 173
Vetus Syra, 131 Yudaisme, 1
Visser T. Hooft, 223 Yudit, 84
Vulgata, 86, 108, 114, 133 Yunani, 7, 13, 21, 77, 83, 84, 117, 120,
121, 144
W Yunus, 93, 94, 190
Wahyu, 117, 119, 120, 184,
185, 187 Z
Wasti, 111 Zabur, 190
Whitby, 205 Zakaria, 79, 98
William, 18 Zakharia, 79, 81, 138
William Temple, 231 Zefanya, 79, 80, 95, 148
Willingen, 206 Zekaryah, 79
World Allience, 37 Zending, , 202, 240, 248
Zendingsconsulaat, 240
Y Zofar, 102
Ya’cub, 204
Yahudi, 1, 7, 40, 41, 42, 77
112, 133, 143, 155, 156,
194, 248
Yahudi Kristen, 122, 219
Yahwe, 81, 82, 91, 100
Yahwist, 81
Yahya, 123
Yahya Intermedier, 124
Yairus, 175
Yakobus, 119, 120, 169, 170
174, 175, 179, 180
Yakub, 100
Yefanya, 81, 82
Yehezkiel, 79, 81, 90
Yeremia, 79, 81, 84, 89, 113
Yerusalem, 19, 166, 169
Yesaya, 79
Yesayahu, 79
Yesus, 61, 62, 125, 133, 136,
138, 169, 181, 189, 190
Yesus Kristus, 1, 51, 62, 147, 156,
178, 204
Yesus Sirach, 97
Yoel, 79, 81, 91, 92, 148
Yohanes, 125, 126, 131, 138, 174,
182, 204, 213
1 Yohanes, 119, 120, 177, 180, 181
2 Yohanes, 119, 120, 177, 182, 183
3 Yohanes, 119, 120, 177, 183
Yohanes Calvin, 25
Yohanes Markus, 165