bekajar besama

bekajar besama

Minggu, 17 April 2011






Teologi Islam Rasional

dalam Pemikrian Harun Nasution


Makalah ini untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Perkembangan Teologi Islam Modern (PTIM)

Dosen Pengampu: Drs. Suharjianto. M.Ag.



Oleh:



Presented by:


Ali Ardianto H 000 080 006






USHULUDDIN

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2011


  1. Pendahuluan


Dalam sejarah Islam, mulanya berkembang pemikiran rasional, tetapi kemudian berkembang pemikiran tradisional. Pemikiran rasional berkembang pada zaman klasik Islam, sedangkan pemikiran tradisional berkembang pada zaman pertengahan Islam (1250-1800 M).

Pemikiran rasional dipengaruhi oleh persepsi tentang bagaimana tingginya kedudukan akal seperti terdapat dalam Al-Quran dan Hadits. Pertemuan Islam dan peradaban Yunani ini melahirkan pemikiran rasional di kalangan ulama Islam zaman klasik. Oleh karena itu, kalau di Yunani berkembang pemikiran rasional yang sekular, maka dalam Islam zaman klasik berkembang pemikiran rasional yang agamis. Pemikiran ulama filsafat dan ulama sains, sebagaimana halnya pada para ulama dalam bidang agama sendiri, terikat pada ajaran-ajaran yang terdapat dalam kedua sumber utama tersebut. Dengan demikian, dalam sejarah peradaban Islam, pemikiran para filosof dan penemuan-penemuan ulama sains tidak ada yang bertentangan dengan Al-Quran dan Hadits (Harun, 1995, hal. 7).

Di zaman Klasik, Eropa sedang berada pada zaman pertengahan yang terbelakang. Tidak mengherankan kalau orang-orang Eropa dari Italia, Prancis, Inggris dan lain-lain datang ke Andalusia untuk mempelajari sains dan filsafat yang berkembanga dalam Islam. Kemudian mereka pulang ke tempat masing-masing membawa ilmu-ilmu yang mereka peroleh itu. Buku-buku ilmiah Islam mereka terjemahkan ke dalam bahasa Latin.

Melalui mereka pemikiaran rasional Islam yang agamis itu beserta sains dan filsafatnya di bawa ke Eropa, tetapi disana mendapat tantangan dari pihak Gereja. Pertentangan itu membuat sains dan Filsafat melepaskan diri dari gereja dan pemikiran rasional di sana berkembang terlepas dari ikatan agama. Pemikiran rasional di Eropa pada zaman renaisans dan zaman modern kembali menjadi sekuler seperti zaman Yunani sebelumnya. Pemikiran rasional sekuler itu membawa kemajuan pesat dalam bidang filsafat, sains, dan teknologi di Eropa sebagaimana saat ini.

Sementara di dunia Islam zaman pertengahan berkembang pemikiran tradisional, menggantikan pemikiran rasional agamis yang ada sebelumnya. Dalam pemikiran tradisional ini, para ulama bukan hanya terikat pada Al-Qur’an dan Hadits, tetapi juga pada ajaran hasil ijtihad ulama klasik yang amat banyak jumlahnya. Oleh karena itu, ruang lingkup pemikiran ulam zaman pertengahan sangat sempit. Mereka tidak punya kebebasan berpikir. Akibatnya sains dan Filsafat, bahkan juga ilmu-ilmu agama tidak berkembang.

Ketika umat Islam Timur Tengah menjalin kontak dengan barat pada abad ke 18 M. mereka amat terkejut melihat kemajuan Eropa. Mereka tidak menyangka bahwa Eropa yang belajar pada mereka pada abad ke 12 dan 13 M telah begitu maju.

Hal ini membuat ulama-ulama abad ke 19 merenungkan apa yang perlu mereka dilakukan umat Islam untuk mencapai kemajuan kembali seperti zaman Islam klasik dulu. Meka lahirlah tokoh pembaharuan di Mesir seperti Al-Thahtawi, Jamaluddin Al Afgani dan Muhammad Abduh. Di Turki ada Mehmet Shidik Rifat, Nemik Kamal dan Zia Gokalp. Di India seperti Ahmad Khan, Ameer Ali. Pakistan ada Muhammad Iqbal. Semua pembaharu ini berpendapat bahwa untuk mengejar ketertinggalan umat Islam harus menghidupkan lagi pemikiran rasional agamis zaman klasik dengan perhatian yang besar pada sains dan teknologi.

Sejak abad kesembilan belas ini kembali tumbuh di dunia Islam pemikiran rasional yang agamis dengan perhatian pada filsafat, sains, dan teknologi. Di abad kedua puluh perkembangan itu lebih maju lagi, lahir interpretasi rasional dan baru atas Al-Qur’an dan hadits. Pemikiran tradisional Islam segera mendapat tantangan dari pemikiran rasional agamis ini.

Dalam pemikiran rasional agamis manusia punya kebebasan dan akal mempunyai kedudukan tinggi dalam memahami ajaran-ajaran Al-Qur’an dan hadits. Kebebasan akal hanya terikat pada ajaran-ajaran absolut kedua sumber utama Islam itu, yakni ajaran-ajaran yang disebut dalam istilah qath‘iy al-wurud dan qath’iy al-dalalah. Maksud ayat Al-Qur’an dan hadits ditangkap sesuai dengan pendapat akal.


  1. Riwayat Hidup Harun Nasution


Harun Nasution lahir selasa, 23 September 1919 di Pematang Siantar, Sumatera Utara. Putra dari Abdul Jabbar Ahmad, seorang pedagang asal mandailing dan qadhi (penghulu) pada masa pemerintahan Belanda di kabupaten Simalungun, Pematang Siantar. Ayah Harun juga seorang ulama yang menguasai kitab-kitab Jawi dan suka membaca kitab kuning berbahasa melayu. Sedangkan, ibunya seorang boru Mandailing Tapanuli, Maimunah keturunan seorang ulama, pernah bermukim di Mekkah, dan mengikuti beberapa kegiatan di masjidil haram. Harun berasal dari keturunan yang taat beragama, keturunan orang terpandang, dan mempunyai strata ekonomi yang lumayan. Kondisi keluarganya yang seperti itu membuat Harun bisa lancar dalam melanjutkan cita-citanya mendalami ilmu pengetahuan.

Harun memulai pendidikannya di sekolah Belanda, Hollandsch Inlandche School (HIS) pada waktu berumur 7 tahun. Selama tujuh tahun, Harun belajar bahasa Belanda dan ilmu pengetahuan umum di HIS itu. Dia berada dalam lingkungan disiplin yang ketat. Di lingkungan keluarga, Harun memulai pendidikan agama dari lingkungan keluarganya dengan belajar mengaji, shalat dan ibadah lainnya. Selama 7 tahun ia belajar di HIS dan tamat pada tahun 1934 ketika berumur 14 tahun. Pelajaran yang disenanginya adalah ilmu pengetahuan alam dan sejarah.

Harun melanjutkan pendidikan ke sekolah agama yang bersemangat modernis, Moderne Islamietische Kweekschool (MIK). Setelah sekolah di MIK, ternyata sikap keberagamaan Harun mulai tampak berbeda dengan sikap keberagamaan yang selama ini dijalankan oleh orang tuanya, termasuk lingkungan kampungnya. Harun bersikap rasional sedang orang tua dan lingkungannya bersikap tradisional. Karena desakan orang tua kemudian ia meninggalkan MIK dan melanjudkan ke Saudi Arabia. Di negeri gurun pasir itu, Harun tidak lama dan memohon pada orang tuanya agar mengizinkannya pindah studi ke Mesir. Di Mesir, dia mulai mendalami Islam pada Fakultas Ushuluddin, Universitas Al-Azhar, di Kairo.

Pada usia 24 tahun beliau rnenikahi gadis Mesir, Sayedah. Pada saat itu pula Harun telah menyelesaikan studinya di Uninversitas Amerika di Cairo yang berhasil mendapatkan gelar B. A (serjana muda) tahun 1952. Pada 1953 Ia kembali ke Indonesia dan bertugas di Departemen Luar Negeri bagian Timur Tengah. Tugas diplomatnya di luar negeri berlanjut kembali sejak ia bekerja di Kedutaan Republik Indonesia di Brussels mulai akhir Desember 1955.

Karena pengaruh komunis semakin kuat di Indonesia, Harun yang antikomunis memutuskan untuk keluar dari kedutaan. Untuk kedua kalinya, ia ke Mesir untuk melanjutkan studinya. Harun memilih belajar di lembaga Ad-Dirasat al-Islamiyah (1960). Studinya di Mesir, lagi-lagi, tidak dapat diteruskan akibat kekurangan biaya. Ketika itulah ia menerima tawaran dari Prof Rasjidi -orang yang kemudian menjadi partner polemiknya di bidang pembaharuan dan pemikiran Islam- untuk menerima beasiswa dari Institute of Islamic Studies McGill, Montreal, Kanada. Pada 1965, Harun memperoleh gelar Magister dari Universitas tersebut dengan judul tesis yang masih dekat dengan sejarah tanah airnya: The Islamic State in Indonesia: The Rise of The Ideology, The Movement for Its Creation and the Theory of the Masjumi. Tiga tahun berikutnya (1968), Ia memperoleh gelar Doktor (PhD) dalam bidang studi Islam pada Universitas yang sama, dengan disertasi The Place of Reason in 'Abduh's Theology: Its Impact on His Theological System and Views. Setahun kemudian (1969), Ia kembali ke Indonesia. Berbagai jabatan pernah ia pegang, baik akademis maupun pemerintahan.


  1. Pemikiran Harun Nasution

Dari segi pemikiran, gagasan Prof Harun tak lepas dari petualangan panjangnya. Yang paling menonjol tentu saat ia menuntut ilmu di Makkah dan Mesir. Di kedua negeri inilah, ia terkagum dengan pemikiran tokoh dan pembaru Muhammad Abduh, terutama sekali tentang paham Mu'tazilah yang banyak menganjurkan sikap-sikap qadariah. Di kemudian hari, Harun dikenal sebagai intelektual Muslim yang banyak memperhatikan pembaharuan dalam Islam, meliputi pemikiran teologi, filsafat, mistisisme (tasawuf), dan hukum (fikih) saja, hingga masalah segi kehidupan kaum Muslim. Berikut pemikiran dan gagasan Harun Nasution terkait dengan term teologi rasional yang penulis nukil dari bukunya yang berjudul Islam Rasional dan dari berbagai sumber:


  1. Teologi Islam dan Upaya Peningkatan Produktivitas

Dalam agama terdapat dua ajaran yang erat kaitannya dengan produktivitas. Pertama, agama mengajarkan bahwa sesudah hidup pertama di dunia yang bersifat materialini, ada hidup kedua nanti di akhirat yang bersifat spiritual. Bagaimana ajaran ini terhadap produktivitas dari penganut agama bersangkutan sangat bergantung dari kedua corak hidup tersebut. Apabila kehidupan duniawi dipandang penting, maka produktivitas akan meningkat. Tetapi, sebaliknya, kalau hidup akhirat yang diutamakan, produktivitas akan menurun.

Kedua agama memiliki ajaran mengenai nasib dan perbuatan manusia. Kalau nasib manusia telah ditentukan Tuhan sejak semula, dalam arti bahwa perbuatam manusia adalah ciptaan Tuhan. Maka produktivitas masyarkat yang menganut paham keagamaan seperti demikian akan sangat rendah sekali. Tetapi dalam masyarkat yang menganut paham bahwa manusialah yang menciptakan perbuatannya, produktivitas akan tinggi. Paham pertama dikenal dengan filsafat fatalisme (Jabariyah) dan paham kedua disebut Qodariyah atau kebebasan manusia dalam kemauan dan perbuatan.

Di dalam Al-Qur’andan hadis, hidup di dunia yang bersifat material dam hidup di akhirat yang bersifat spiritual sama pentingnya.

Carilah apa yang dianugerahkan Allah bagimu di akhirat dan jangan lupakan bagianmu di dunia.(QS 28:77)

Suatu doa yang diambil dari bunyi al-Qur’an berbunyi:

Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. (QS 2: 201).

Sebuah hadis menyatakan:

Berbuatlah untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup selama-lamanya, dan berbuatlah untuk kahiratmu seolah-olah engkau akan mati esok hari.

Al-Qur’an sendiri mengandung ajaran-ajaran yang dapat melahirkan baik filsafat fatalism (Jabariyah) maupun Qodariyyah. Yang dapat membawa orang pada faham fatalisme dapat ditemukan misalnya pada ayat-ayat berikut:

Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. (QS 57:22).

Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar (QS 8: 17)

Sementara itu yang dapat membawa orang pada paham Qodariyah, dapat dilihat misal dalam ayat berikut:

Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir" (QS 18:29).

Pada sejarah Islam, yang bisanya dibagi ke dalam tiga periode yakni periode Klasik (650-1250 M) Periode pertengahan (1250-1800) dan Periode Modern (1800-seterusnya). Kedua macam ajaran pernah mempengaruhi Islam untuk masa tertentu. Sebagaimana telah penulis jelaskan secara singkat di atas.


  1. Periode Klasik

Pada Periode Klasik bekembang teologi sunnatullah. Sunnatullah adalah hukum alam, yang di barat disebut dengan natural laws. Bedanya natural laws adalah ciptaan alam, sedangkan sunnatullah adalah ciptaan Tuhan.

Ciri-ciri Teologi Sunnatullah adalah:

  1. Kedudukan akal yang tinggi.

  2. Kebebasan manusia dalam kemauan dan perbuatan

  3. Kebebasan berfikir hanya diikat oleh ajaran-ajaran dasar Al-Qur’an dan hadis yang sedikit sekali jumlahnya.

  4. Percaya adanya sunnatullah dan kausalitas

  5. Mengambil arti metamorphosis dari teks wahyu

  6. Dinamika dalam sikap dan berfikir.

Ulama Periode Klasik itu memakai metode berfikir rasional, ilmiah dan filosofis. Dan yang cocok dengan metode berfikir ini adalah filsafat Qodariyah, yang menggambarkan kebebasan manusia dalam kehendak dan perbuatan. Oleh kerena itu sikap umat Islam zaman itu adalah dinamis, orietasi dunia mereka tidak dikalahkan oleh orientasi akhirat. Keduanya berjalan berimbang. Tidak mengherankan kalau pada periode klasik itu, soal dunia dan akhirat sama-sama dipentingkan, dan produktifitas meningkat pesat.

Sekiranya ulama Islam pada zaman klasik itu hanya berorientasi pada akhirat saja, tanpa orietasi dunia, dan memakai filsafat fatalisme (Jabariyah), kemajuan dalam berbagai bidang tidak akan tercapai.

Teologi sunnatullah dengan filsafat Qodariyahnya serta orientasi duniawi disamping akhirat, juga membuat umat Islam produktif dalam bidang ekonomi dan peradaban pada zaman klasik tersebut. Mesir, Suriah, Irak dan Persia pada waktu itu menjadi pusat perdangangan di Timur Tengah. Kemajuan juga ada dalam bidang pertanian.

Pada periode klasik ini, dalam bidang sains juga mengalami kemajuan yang pesat. Ilmu kedokteran, Kimia, Matematika, Astronomi dan ilmu-ilmu lain. Ulama-ulama klasik bukan hanya produktif dalam soal keduniaan. Sejalan dengan sikap tidak meninggalkan hidup spiritual, ilmu agama juga berkembang pada zaman itu, seperti Ilmu Tafsir, Fiqih, Akidah, Tasawuf dan lan-lain.

Demikianlah teologi sunnatullah zaman klasik dengan pemikiran rasional agamais, filosofis dan ilmiahnya, yang membuat ulama dan umat Islam produktif dalam hidup keduniawian di bidang politik, ekonomi, industry, pertanian, sains. Juga produktif dalam bidang hidup keakhiratan di bidang akidah, teologi, tafsir, filsafat, tasawuf dan lain-lain.


  1. Periode Pertengahan

Teologi sunnatullah dengan pemikiran rasional, filosofis dan ilmiah zaman klasik tidak dapat dipertahankan oleh umat Islam dan gantikan oleh teologi kehendak mutlak Tuhan (Jabariyah atau Fatalisme) yang besar pegaruhnya bagi umat Islam di dunia, mulai dari pertengahan abad 12 sampai zaman kita sekarang ini.

Ciri-ciri teologi fatalisme itu adalah:

  1. Kedudukan akal yang rendah

  2. Ketidak bebasan manusia dalam kemauan dan perbuatan.

  3. Kebebasan berpikir yang diikat banyak dogma.

  4. Ketidak percayaan pada sunnatullah dan kausalitas.

  5. Terikat pada arti tekstual dariAL-Quaran dan Hadis

  6. Statis dalam sikap dan berfikir.

Sikap-sikap yang dimiliki oleh orang-orang berteologi fatalisme itu mempengaruhi umat secara umum. Di kalangan mereka terdapat sikap lebih mementingkan hidup spiritual dan sikap tawakal serta menunggu dengan sabar datangnya rahmat Tuhan. Sikap ini di kalangan awam di perkuat lagi oleh paham fatalisme dengan teologi kehendak mutlak Tuhan. Akibatnya berbagai sektor yang sebelumnya sangat maju pada periode klasik menjadi sangat mundur. Produktifitas ulama dan umat Islam periode pertengahan statis jalan ditempat.


  1. Periode Modern

Abad ke 19, dimana orang Eropa yang dahulu mundur sekarang terlah maju itu, datang ke Dunia Islam. Dunia Islam terkejut dan tidak menyangka bahwa Eropa yang telahmereka kalahkan pada Periode Klasik dahulu, pada zaman modern menguasai mereka. Kerajaan turki utsmani, adikuasa pada zaman pertengahan mulai mengalami kekalahan-kekalahan dalam peperangannnya di Eropa. Napoleon Bonaparte dalam waktu tiga minggu mampu menguasai seluruh Mesir pada 1798 M. Inggris memasuki India dan menghancurkan kerajaan Mughal pada 1857 M.

Hal ini membuat ulama-ulama abad ke 19 merenungkan apa yang perlu mereka dilakukan umat Islam untuk mencapai kemajuan kembali seperti zaman Islam klasik dulu. Maka lahirlah tokoh pembaharuan di Mesir seperti Al-Thahtawi, Jamaluddin Al Afgani dan Muhammad Abduh. Di Turki ada Mehmet Shidik Rifat, Nemik Kamal dan Zia Gokalp. Di India seperti Ahmad Khan, Ameer Ali. Pakistan ada Muhammad Iqbal. Semua pembaharu ini berpendapat bahwa untuk mengejar ketertinggalan umat Islam harus menghidupkan lagi pemikiran rasional agamis zaman klasik dengan perhatian yang besar pada sains dan teknologi.

Mulailah abad ke 19 didirikan sekolah-sekolah model barat di Mesir, Turki dan India. Disini di ajarkan metode berfikir rasional, filosofis dan Ilmiah. Sains di sekolah-sekolah ini sangat dipentingkan, sehingga timbullah di dunia Islam golongan terpelajar barat di samping ulama-ulama lulusan sekolah agama. Inilah keadaan umat Islam zaman modern di timur tengah. Adapaun di Indonesia keadaanya berbeda. Islam mungkin telah datang ke Indonesia pada abad-abad pertama Hijriah, yaitu abad ke 7 dan 8 M. tetapibaru berkembang pada abad ke 13 M. dengan kata lain, bersamaan dengan pada periode pertengahan Islam. Maka yang berkembang bukanlan permikiran terologi sunnatullah zaman klasik. Tetapi teologi kehedak mutlak Tuhan (Jabariyah) dengan pemikiran tradisional, nonfilosofis, dan nonilmiahnya.

Teologi ini sangat besar pengaruhnya terhadap umat Islam di Indonesia sejak semula. Banyak umat Islam indoensia yang sangat percaya bahwa nasib secara mutlak terletak di tangan Tuhan. Manusia tak berdaya dan hanya menyerah kepada qadha dan qadar Tuhan.

Sekolah-sekolah model barat, seperti halnya di Dunia Islam timur tengah, juga telah berkembang di Indonesia, meskipun seabad lebih terlambat, yaitu abad 20 M. Pemikiran rasional, filosofis dan ilmiah ini masuk pula ke dalam masyarakat Indonesia. Tetapi, pemikiran ini tidak menimbulkan teologi sunnatullah di Indonesia, kecuali di kalangan kecil umat. Kaum terpelajar yang berpendidikan barat sendiri, masih banyak dipengaruhi paham qodha dan qodar, dan kelihatannya kurang mantap dengan pendapat adanya sunnatullah atau hokum alam, ciptaan Tuhan,dan kausalistik. Kaum terpelajar kelihatannya terombang-ambing antara keyakinan kepada qadha dan qodar yang diperoleh dari pendidikan agama dan pengalaman sunnatullah yang diperoleh dari pendidikan model barat. Kaum terpelajar masih belum yakin bahwa kesuksesan dan ketidaksuksesan dalam usaha, tergantung pada ikhtiarnya. Tapi mereka merasa bahwa qadha dan qodar Tuhan mempunyai peran di dalamnya.

Pada saat yang sama kaum terpelajar agama yang dikenal dengan nama ulama tidak kenal dengan teologi sunnatullah dengan pemikiran rasional, filosofis dan ilmiahnya. Yang mereka kenal sejak semula adalah teologi tradisional. Sejarah perkembangan pemikiran Islam tidak diajrakan baik di madarasah maupun pesantren. Mereka memandang teologi sunnatullah tidaklah Islami. Yang berkembang di Indonesia sampai dewasa ini adalah kehendak mutlak Tuhan dengan qodha dan qodar-nya yang menyokong bagi peningkatan produktifitas. Juga tradisi tarekat berkembang subur di Indonesia yang mengajarkan orientasi pada keakhiratan mengakibatkan orang hanya berorientasi pada kepentingan akhirat saja.

Oleh kerena itu, kalau produktifitas di kalangan umat Islam di Indoensia kurang meningkat, padangan keagamaan itulah (teologi kehendak mutlak Tuhan dengan paham qadha dan qodar-Nya dan orientasi kehidupan keakhirantan) yang antara lain menjadi penyebabnya.

Untuk meningkatkan produktifitas itu, teologi sunatullah dengan pemikiran rasional, filosofis dan ilmiahnya perlu dikembangkan di kalangan umat Islam di Indonesia, sebagai pengganti teologi fatalisme. Sementara itu perlu juga dikembangkan keseimbangan antara orientasi spiritual dan orientasi keduniaan.

Dalam hal ini, ada dua obsesi Harun yang paling menonjol.

Pertama, bagaimana membawa umat Islam Indonesia ke arah rasionalitas. Kedua, terkait dengan yang pertama, bagaimana agar di kalangan umat Islam Indonesia tumbuh pengakuan atas kapasitas manusia qadariah.

Harun sering menyatakan bahwa salah satu sebab kemunduran umat Islam Indonesia adalah akibat dominasi Asy'arisme yang sangat bersifat Jabariah (terlalu menyerah pada takdir). Untuk itu, dalam berbagai tulisannya Harun selalu menghubungkan akal dengan wahyu, dan lebih tajam lagi melihat fungsi akal itu dalam pandangan Al-Quran yang demikian penting dan bebas. Harun memang sangat tersosialisasi dalam tradisi intelektual dan akademis cosmopolitan (Barat). Tapi, sesungguhnya hampir sepenuhnya dia mewarisi dasar-dasar pemikiran Islam abad pertengahan. Penguasaannya yang mendalam terhadap pemikiran-pemikiran para filusuf Islam, termasuk pengetahuannya yang luas terhadap dunia Tasawuf, membuat Ia dapat merumuskan konsep yang akurat tentang terapinya untuk membangun masyarakat Muslim Indonesia. Ia selalu mengatakan bahwa kebangkitan umat Islam tidak hanya ditandai dengan emosi keagamaan yang meluap-luap, tapi harus berdasarkan pemikiran yang dalam, menyeluruh, dan filosofis terhadap agama Islam itu sendiri.

Semua itu dia buktikan dengan mewujudkan tiga langkah, yang kerap disebut sebagai ''Gebrakan Harun''.

  1. Gebrakan pertama, dia meletakkan pemahaman yang mendasar dan menyeluruh terhadap Islam. Menurutnya, dalam Islam terdapat dua kelompok ajaran. Ajaran pertama bersifat absolut dan mutlak benar, universal, kekal, tidak berubah, dan tidak boleh diubah. Ajaran yang terdapat dalam Alquran dan Hadis mutawatir berada dalam kelompok ini. Kedua, bersifat absolut, namun relatif, tidak universal, tidak kekal, berubah dan boleh diubah. Ajaran yang dihasilkan melalui ijtihad para ulama berada dalam kelompok ini. Dalam ajaran Islam, lanjutnya seperti ditulis dalam Islam Rasional (Mizan), yang maksum atau terpelihara dari kesalahan hanyalah Nabi Muhammad SAW. Karena itu, kebenaran hasil ijtihad para ulama bersifat relatif dan bisa direformasi. Menurutnya, kedinamisan suatu agama justru ditentukan oleh sedikit banyaknya kelompok pertama itu. Semakin sedikit kelompok ajaran pertama, semakin lincahlah agama tersebut menghadapi tantangan zaman dan sebaliknya. Kenyataannya, kata Harun, jumlah pertama sedikit.

  2. Gebrakan kedua dilakukan saat dia menjabat rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1973 (kini Universitas Islam negeri/UIN). Saat itu, secara revolusioner dia merombak kurikulum IAIN seluruh Indonesia. Pengantar ilmu agama dimasukkan dengan harapan akan mengubah pandangan mahasiswa. Demikian pula filsafat, tasawuf, ilmu kalam, tauhid, sosiologi, dan metodologi riset. Menurut dia, kurikulum IAIN yang selama ini berorientasi fikih harus diubah karena hal itu membuat pikiran mahasiswa jumud.

  3. Gebrakan ketiga, bersama menteri agama, Harun mengusahakan berdirinya Fakultas Pascasarjana pada 1982. Menurutnya, di Indonesia belum ada organisasi sosial yang berprestasi melakukan pimpinan umat Islam masa depan. Baginya pimpinan harus rasional, mengerti Islam secara komprehensif, tahu tentang ilmu agama, dan menguasai filsafat. Filsafat, ujarnya, sangat penting untuk mengetahui pengertian ilmu secara umum. Pimpinan seperti itulah yang diharapkannya lahir dari Fakultas Pascasarjana. Dampak dari usaha Harun sungguh luar biasa. Ciputat jadi hidup.


Berbagai gagasan Harun yang dikenal amat menjunjung tinggi rasionalitas dan metode ilmiah itu, tak sedikit kalangan menuduhnya sebagai pelopor gerakan Mu'tazilah dan salah seorang penyokong sekularisme di Indonesia. Ini jelas terlihat dari karyanya berjudul Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Toh demikian, Harun tetap melaju membumikan Islam. Menurut Nurcholish Madjid, Harun telah memberikan sumbangan nyata bagi bangsa Indonesia dalam hal menumbuhkan ''tradisi intelektual'' yang dirintis di IAIN Jakarta, dan kemudian menghasilkan suatu gejala umum bahwa doktrin bukan sebagai taken for granted, justru di saat doktrin itu sudah mapan. Dia mempertanyakan relevansi doktrin itu kepada sejarah, bagaimana kaitannya dulu dan sebagainya. Inilah yang menghasilkan suatu kemampuan tertentu yang secara teknis disebut learning capacity. Menurut Cak Nur, Ia telah berhasil menciptakan intellectual capacity sekaligus learning capacity.

Pola pemikiran Harun, dalam pandangan Cak Nur, sangat Abduhis. Etos atau penghargaannya terhadap Muhammad Abduh sangat tinggi. Obsesi Harun kepada Mu'tazilah mempunyai relevansi terhadap dua hal. Pertama, rasionalitas, sebab dampak dari etos kerasionalan itu ialah pembukaan yang mempunyai efek pembebasan. Kedua, pengakuan atas kapasitas manusia qadariah. Kemunduran kaum Muslim, kata Harun, salah satunya lantaran dominasi Asy'ariyah yang Jabbari. Betapapun, Harun telah menanamkan fondasi Islam modern Indonesia. Perjuangan panjangnya itu berakhir pada 18 September 1998, ketika Sang Khaliq memanggilnya untuk selama-lamanya. Kini, persis 5 tahun wafatnya, Harun seakan terus 'hidup' melalui gagasan dan pemikirannya.




Sumber bacaan:

  1. Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran Prof. Dr. Harun Nasution, 1996, Mizan. Jakarta.

  2. Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’atazillah, 1987, UI Press, Jakarta.

  3. Sumber-sumber artikel di internet.












Konsep Dakwah untuk masyarakat Pesisir
(Strategi dan metode dakwah di Jepara)

By: Ali Ardianto


A. Pendahuluan

Dalam proses pengertian yang integralistik, dakwah merupakan proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah dalam rangka mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah, dan secara bertahap menuju perkehidupan yang Islami. Suatu proses yang berkenambungan adalah suatu proses yang bukan insidental atau kebetulan, melainkan benar-benar direncanakan, dilaksanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara terus menerus oleh para pengemban dakwah dalam rangka mengubah perilaku sasaran dakwah sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan. (http://basyirin.blog.man18-jkt.sch.id/2010/02/27/definis-dakwah/http://basyirin.blog.man18-jkt.sch.id/2010/02/27/definis-dakwah/ )
Al-Qur'ân merupakan sumber utama dan pertama bagi umat muslim sebagai dasar pedoman yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, dan Hadîts sebagai sumber yang kedua. Oleh karenanya, sebagai umat Islam harus dapat mempelajari dan berusaha untuk melaksanakan segala sesuatu yang ada di dalam al-Qur‘ân dan Hadîts tersebut. Kandungan al-Qur‘ân secara umum ada enam hal pokok, yaitu: Akidah, Akhlak, hukum, kisah-kisah, dasar-dasar ilmu pengetahuan, dan janji dan ancaman Kedudukan Hadîts sangat penting, sebab Hadîts itu menjelaskan masalah-masalah yang belum dijelaskan dalam al-Qur‘ân Untuk mensosialisasikan kan- dungan al-Qur‘ân dan Hadîts tersebut, diperlukan dakwah, sebab dakwah adalah suatu usaha bagaimana terwujudnya ajaran al-Qur‘ân dan Hadîts pada semua aspek kehidupan manusia.
Awal mula dakwah Nabi Muhammad Saw. secara sembunyi-sembunyi, yaitu dengan menbyeru keluarga yang tinggal dalam satu rumah dan para sahabat beliau yang dekat. Tiga tahun lamanya beliau melakukan dakwah face to face. Setelah itu beliau melakukan dahwah terang-terangan setelah ada perintah dari Allah. Kebehasilan dakwah beliau, mulai ada titik kecermelangan setelah perang Badar tahun 2 Hijriyah, dan puncaknya pada penaklukan Makkah pada tahun 8 Hijriyyah. Untuk itu bagimana dakwah itu berhasil perlu dikaji konsep dakwah dalam Islam. (Jurnal Suhuf vo.l 19 no. November, Budi Rahardjo, 2007, hal 89)
Kabupaten Jepara, adalah salah satu kabupaten di ProvinsiProvinsi Jawa TengahJawa Tengah . Ibukotanya adalah JeparaJepara . Kabupaten ini berbatasan dengan Laut JawaLaut Jawa di barat dan utara, Kabupaten PatiKabupaten Pati dan Kabupaten KudusKabupaten Kudus di timur, serta Kabupaten DemakKabupaten Demak di selatan. Wilayah Kabupaten Jepara juga meliputi Kepulauan KarimunjawaKepulauan Karimunjawa , yang berada di Laut Jawa. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Jepara)
Keagamaan masyarakat jepara tidak bisa dipisahkan dari keberadaan dan eksistensi kerajaan Isalam pertama di Jawa, yaitu Kerajaan Demak Bintoro. Jepara yang pernah menjadi salah satu pusat pelabuhan bagi kerajaan Demak secara tidak langsung juga menjadi wilayah penyebaran dakwah Islam dari kerajaan Demak. Terlebih Jepara berbatasan langsung dengan wilayah Demak.
Corak Islam yang dikembangkan oleh kerajaan Islam di Jawa pada masa itu dapat dikatakan adalah islam Egaliter yang sangat menghormati perbedaan pendapat dan kepercayaan. Bidikan dakwah Islam langsung menuju substansi ajaran Islam meski tidak mengabaikan syariah. Sikap islam yang egaliter menghargai kebudaan setempat (Hindu, Budha, Jawa) berakibat terjadinya akulturasi budaya antara Islam dan kebudayaan setempat. Problematika yang timbul dalam dakwah saat ini di daerah jepara tidaklah hanya masalah perlu adanya purifikasi seperti apa yang disuarakan oleh KH. Ahmad Dahlan Tokoh pendiri Muhammadiyah dan juga oranganisasi-organisasi Islam lain yang getol dengan urusan purifikasi. Tapi juga menyangkut masalah Ekonomi, Sosial masyarakat, Politik, dan Budaya. Dalam karya tulis ini penulis mencoba menguraikan metode dan strategi dakwah apa yang mungkin tepat digunakan untuk menjawab tantangan dakwah di Jepara saat ini.

B. Gambaran Umum Obyek Dakwah
1. Keadaan Geografis









Peta Administrasi Kabupaten Jepara

Jepara sebagai salah satu kabupaten di Jawa Tengah terletak pada 5°43`20,67” sampai 6°47`25,83” LS dan 110°9`48,02” sampai 110°58`37,40” BT. Ketinggian permukaan tanah dari permukaan air laut mulai dari 0 m sampai dengan 1.301 m.
Ketinggian Dari Permukaan Laut / Height of Sea Level :.
1. Kedung : 0 - 2 m
2. Pecangaan : 2 - 17 m
3. Kalinyamatan : 2 - 29 m
4. Welahan : 2 - 7 m
5. Mayong : 13 - 438 m
6. Nalumsari : 13 - 736 m
7. Batealit : 68 - 378 m
8. Jepara : 0 - 46 m
9. Tahunan : 0 - 50 m
10. Mlonggo : 0 - 300 m
11. Pakisaji : 25 - 1.000 m
12. Bangsri : 0 - 594 m
13. Kembang : 0 - 1.000 m
14. Keling : 0 - 1.301 m
15. Donorojo : 0 - 619 m
16. Karimunjawa : 0 - 100 M

2. Demografi Penduduk Jepara
Jumlah penduduk Kabupaten Jepara tahun 2009 adalah sebanyak 1.107.973 jiwa yang terdiri dari 557.576 laki-laki (50,32%) dan 550.397 perempuan (49,68%). Dengan jumlah penduduk terbanyak merupakan Kecamatan Tahunan (98.052 jiwa atau 8,85%) dan jumlah penduduk paling sedikit merupakan Kecamatan Karimunjawa (8.823 jiwa atau 0,80%). Sedangkan kepadatan penduduknya pada tahun 2009, Kabupaten Jepara mencapai 1.103 jiwa per km2. Penduduk terpadat berada di Kecamatan Jepara (3.136 jiwa per km2), sedangkan kepadatan terendah berada di Kecamatan Karimunjawa (124 jiwa per km2).
Menurut kelompok umur, sebagian besar penduduk Kabupaten Jepara termasuk dalam usia produktif (15-64 tahun) sebanyak 732.419 jiwa (66,10%) dan selebihnya usia non produktif atau berusia di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas. Sedangkan besarnya angka ketergantungan (dependency ratio) Kabupaten Jepara adalah 512,76 yang berarti setiap 1.000 jiwa berusia produktif menanggung sebanyak 513 jiwa penduduk usia non produktif.
Selama tahun 2009 di Kabupaten Jepara terdapat 21.841 kelahiran. Kelahiran tertinggi terjadidi Kecamatan Tahunan yaitu sebanyak 1.978 kelahiran atau sekitar 9,25% dari total kelahiran di Kabupaten Jepara, sedangkan jumlah kelahiran terkecil terdapat di Kecamatan Karimunjawa yang hanya sebanyak 189 kelahiran atau 0,86% dari total kelahiran. Dilihat dari tingkat Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate - CBR) yang merupakan jumlah anak yang dilahirkan per 1.000 orang penduduk tercatat sebesar 19,71.
Program keluarga berencana (KB) aktif di Kabupaten Jepara selama tahun 2009 tercatat sebanyak 173.709 peserta. Peserta KB baru tercatat sebanyak 27.121 pesertanamun hal ini melampaui target pemerintah sebesar 26.253. Alat kontrasepsi yang digunakan sebagian besarpeserta KB aktif menggunakan suntik sebanyak 99.335 (57,18%), kemudianpil (21,73%), dan implant (9,50%). (http://kitakelompok4.blogspot.com/2011/03/3-demografi-sumberdaya-manusia-sosial.htmlhttp://kitakelompok4.blogspot.com/2011/03/3-demografi-sumberdaya-manusia-sosial.html )

3. Sumber Daya Manusia
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Jepara, banyaknya pencari kerja yang terdapat sampai dengan tahun 2009 sebanyak 23.859 orang, sebagian besar dari pencari kerja tersebut berpendidikan Sarjana Muda ke atas (59,46%), setingkat SLTA (37,26%) selebihnya (3,28%) berpendidikan setingkat SD dan SLTP. Tahun 2009 telah terjadi penyusutan kontribusi sektor industri. Penduduk Kabupaten Jepara berdasarkan lapangan usaha (sektor) dari data hasil Susenas 2009 sebagian besar berusaha atau pun bekerja di sektor Industri (39,59%) dan Pertanian (20,28%), selebihnya di sektor Pertambangan, Listrik, Konstruksi, Keuangan dan Jasa-jasa.
Program transmigrasi merupakan upaya untuk memperluas lapangan usaha dan kesempatan kerja. Selama tahun 2009 telah diberangkatkan sebanyak 15 KK dari empat kecamatan, yaitu Kecamatan Kedung 2 KK, Kecamatan Mayong 5 KK, Kecamatan Jepara 1 KK dan Kecamatan Donorojo 7 KK dengan tujuan Kabupaten Musi Banyu Asin, Sumatera Selatan.

4. Sosial Budaya
Potensi sosial budaya masyarakat Jepara yang mempunyai orientasi pengembangan pada wilayah pantai cukup banyak. Potensi budaya tearsebut meliputi kebijakan pemerintah, lokasi peninggalan sejarah yang sekaligus difungsikan sebagai cagar budaya, upacara tradisional dengan nilai-nilai kebaharian yang dijasikan sebagai daya tarik wisatawan, kerajinan yang berakar pada budaya laut serta tempat-tempat wisata yang dimungkinkan sebagai arena dunia fantasi yang mempunyai lokasi di laut. Selain berasal dari laut, kesenian budaya di Jepara yang terkenal adalah seni ukirnya terutama ukiran bungaukiran bungaukiran bungaukiran bunga .Kerajinan ukir mebel khas Jepara ini tersebar merata hampir di seluruh kecamatan dengan ciri khas masing-masing. Pusat perdagangan seni ukir Jepara dengan motif bunga biasanya terdapat di daerah Ngabul, Senenan, Tahunan, Pekeng, Kalongan, dan Pemuda.
Hampir setiap perajin di daerah tersebut cukup ahli dalam membuat ukiran bunga pada mebel mereka. Mulai bunga sepatu, bunga matahari, bunga anggrekbunga anggrekbunga anggrekbunga anggrek . Bahkan, bunga edelweis yang pengerjaannya sulit karena bentuknya kecil pun dapat dipesan dan dikerjakan dengan baik di wilayah ini.
Sejarah Jepara menunjukkan bahwa pada tahun 1470 Jepara merupakan kota pantai yang baru dihuni oleh 90-100 orang serta dipimpin oleh Aryo Timur. Dengan ketekunan, keuletan, ketabahan dan kegigihannya, Aryo Timur berhasil mengembangkan kota pantai kecil yang dikelilingi benteng berupa kayu dan bambu ini, menjadi sebuah bandar yang cukup besar. Di Kabupaten Jepara saat ini terdapat empat situs bersejarah. Kebesaran Kabupaten Jepara pada masa lalu serta potensi sosial budaya dan ekonomi yang dimiliki, saat ini dihadapkan pada perubahan yang dinamis dalam konteks globalisasi pada satu sisi, dan kecenderungan menguatnya semangat otonomi daerah pada sisi yang lain, menuntut adanya paradigma pembangunan yang adaptatif terhadap dua kutub kecenderungan tersebut sebagai upaya untuk menempatkan Kabupaten Jepara tetap menjadi Kabupaten yang terkemuka. Terkait hal tersebut berikut akan diuraikan kondisi sosial budaya daerah, antara lain pada aspek pendidikan, kesehatan, agama, kesejahteraan sosial, pariwisata, kebudayaan dan Indeks Pembangunan Manusia. (Ibid)

5. PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi APBD Jepara mengacu pada APBN yang mengasumsikan pertumbuhan ekonomi pada 2011 sebesar 6,3 persen. Angka itu sangat dari jauh capaian dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2007, pertumbuhan ekonomi di Jepara sebesar 4,74 persen, lalu menjadi 4,49 persen pada tahun 2008, dan 5,02 persen pada tahun 2009. Pada saat yang sama, pertumbuhan ekonomi di tingkat provinsi adalah 5,59 lalu 5,47 dan 4,71. Sedangkan secara nasional berada pada angka 6,28, lalu 6,06, dan 4,51. Sejak tahun 2001, hanya pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi di Jepara tercatat di atas capaian provinsi dan nasional. Selebihnya pada rentang waktu itu, hampir tiap tahun pertumbuhan ekonomi Jepara selalu di bawah provinsi dan nasional.

6. Kebijakan dan Produk Hukum Pemerintah Kabupaten Jepara
Produk Hukum Daerah


C. Konsep Dakwah
1. Hakikat Dakwah
Hakekat Dakwah jika difahami dari penjelasan dalam pengertian dakwah sebelumnya, maka hakekat yang paling penting adalah sebagai jalan Ketauhidan Kata ketauhidan berasal dari kata tauhid, dari bahasa Arab , kata tersebut berarti menunjukkan pada kesendirian atau keesaan9 Jadi yang dimaksud dengan ketauhidan adalah adanya keyakinan atau kepercayaan bahwa Allah hanya satu dan tiada satu pun yang dapat menyamai-Nya. Hal ini sesuai dengan Q.S. al- Qashash (28): 87- 88 sebagai berikut:
“Dan janganlah biarkan mereka menghalangimu (untuk menyampaikan) ayat-ayat Allah sesudah diturunkan kepadamu, dan jangan sekali-kali termasuk golongan orang-orang mu syrik. Janganlah menyeru di samping Allah ada sembahan yang lain, tiada Tuhan selain Dia, segala (yang ada) akan binasa kecuali wajah-Nya, kepunyaan- Nyalah segala ketentuan, dan kepada- Nyalah kamu dikembalikan.”
Dua ayat tersebut menunjukkan bahwa berdakwah adalah mengajak ke- pada umat manusia agar tidak berbuat syirik atau menyekutukan Allah Swt, sebab kalau masih ada sesembahan lain selain Dia, berarti sama saja memiliki dua keyakinan atau kepercayaan.
2. Metode Dakwah
Metode dakwah adalah cara mencapai tujuan dakwah, untuk mendapatkan gambaran tentang prinsip-prinsip metode dakwah harus mencermati firman Allah Swt, dan Hadits Nabi Muhammad Saw :
‫ “Serulah [ manusia ] kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik .......“ [ Q.S. An-Nahl 16: 125 ].
Dari ayart tersebut dapat difahami prinsip umum tentang metode dakwah Islam yang menekankan ada tiga prinsip umum metode dakwah yaitu ; Metode hikmah, metode mau’izah khasanah, meode mujadalah billati hia ahsan, banyak penafsiran para Ulama‟ terhadap tiga prinsip metode tersebut antara lain :
a. Metode hikmah menurut Syeh Mustafa Al-Maroghi dalam tafsirnya mengatakan bahwa hikmah yaitu; Perkataan yang jelas dan tegas disertai dengan dalil yang dapat mempertegas kebenaran, dan dapat menghilangkan keragu-raguan.
b. Metode mau‟izah khasanah menurut Ibnu Syayyidiqi adalah memberi ingat kepada orang lain dengan fahala dan siksa yang dapat menaklukkan hati.
c. Metode mujadalah dengan sebaik-baiknya menurut Imam Ghazali dalam kitabnya Ikhya Ulumuddin menegaskan agar orang-orang yang melakukan tukar fikiran itu tidak beranggapan bahwa yang satu sebagai lawan bagi yang lainnya, tetapi mereka harus menganggap bahwa para peserta mujadalah atau diskusi itu sebagai kawan yang saling tolong-menolong dalam mencapai kebenaran. Demikianlah antara lain pendapat sebagaian Mufassirin tentang tiga prinsip metode tersebut. Selain metode tersebut Nabi Muhammad Saw bersabda :
“Siapa di antara kamu melihat kemunkaran, ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan hatinya, dan yang terakhir inilah selemah-lemah iman.” [ H.R. Muslim ].
Dari hadis tersebut terdapat tiga tahapan metode yaitu ;
a. Metode dengan tangan [bilyadi], tangan di sini bisa difahami secara tektual ini
terkait dengan bentuk kemunkaran yang dihadapi, tetapi juga tangan bisa difahami dengan kekuasaan atau power, dan metode dengan kekuasaan sangat efektif bila dilakukan oleh penguasa yang berjiwa dakwah.
b. Metode dakwah dengan lisan [billisan], maksudnya dengan kata-kata yang lemah lembut, yang dapat difahami oleh mad‟u, bukan dengan kata-kata yang keras dan menyakitkan hati.
c. Metode dakwah dengan hati [bilqolb], yang dimaksud dengan metode dakwah
dengan hati adalah dalam berdakwah hati tetap ikhlas, dan tetap mencintai mad‟u dengan tulus, apabila suatu saat mad‟u atau objek dakwah menolak pesan dakwah yang disampaikan, mencemooh, mengejek bahkan mungkin memusuhi dan membenci da‟I atau muballigh, maka hati da‟i tetap sabar, tidak boleh membalas dengan kebencian, tetapi sebaliknya tetap mencintai objek, dan dengan ikhlas hati da‟i hendaknya mendo‟akan objek supaya mendapatkan hidayah dari Allah SWT. Selain dari metode tersebut, metode yang lebih utama lagi adalah bil uswatun hasanah, yaitu dengan memberi contoh prilaku yang baik dalam segala hal. Keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW banya ditentukan oleh akhlaq belia yang sangat mulia yang dibuktikan dalam realitas kehidupan sehari-hari oleh masyarakat. Seorang muballigh harus menjadi teladan yang baik dalam kehidupan sehar-hari.

3. Dakwah Kultural dan Pengembangan Masyarakat
Terminologi Dakwah kultural memberikan penekanan makna yang berbeda dari dakwah konvensional yang disebut juga dengan dakwah struktural. Dakwah kultural memiliki makna dakwah Islam yang cair dengan berbagai kondisi dan aktivitas masyarakat. Sehingga bukan dakwah verbal, yang sering dikenal dengan dakwah bil lisan (atau tepatnya dakwah bi lisan al-maqal), tetapi dakwah aktif dan praktis melalui berbagai kegiatan dan potensi masyarakat sasaran dakwah, yang sering dikenal dengan dakwah bil hal (atau tepatnya dakwah bi lisan al-hal).
Dengan makna di atas, dakwah kultural Muhammadiyah sebenarnya mengembangkan makna dan implementasi Geraakan Jamaah dan Gerakan Dakwah Jamaah (GJ-GDJ) yang diputuskan oleh Muktamar Muhammadiyah ke 37 di Yogyakarta, tahun 1967, yang disempurnakan pada Rapat Kerja Nasional dan Dialog Dakwah Nasional, Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 1987 di Kaliurang.
Dakwah dengan pengembangan masyarakat dilakukan dengan pengembangan sumber daya manusia, yaitu memberikan bekal sesuai dengan kebutuhan dan kecenderungan kehidupannya, dengan memasukkan prinsip-prinsip kehidupan Islami. Sehingga mereka dapat melakukan pemenuhan kebutuhan, kepentingan dan kecenderungan hidupnya dengan bimbingan nilai-nilai ajaran Islam. (DAKWAH KULTURAL DAN PEMURNIAN AJARAN ISLAM, Dr. Syamsul Hidayat)
a. Dakwah Kultural dan Pluralitas Budaya
Interaksi Muhammadiyah dengan pluralitas budaya, dan lebih khusus seni budaya dan komunitasnya telah melahirkan sejumlah ketegangan, baik yang bersifat kreatif maupun destruktif.
Ketegangan tersebut bersumber pada realitas historis-sosiologis, bahwa banyaknya kebudayaan dan seni budaya pada khususnya yang dikembangkan berasal dari ritual-ritual keagamaan sebelum kedatangan Islam. Sehingga banyak seni-budaya dan tradisi budaya lokal yang mengandung nilai-nilai dan norma-norma yang bertentangan dengan aqidah, syari’ah dan akhlak Islam. Di samping itu, juga bersumber dari kerigidan pemahaman agama, yang tidak memberi ruang kepada pluralitas budaya dan pemahaman keagamaan, dan pemahaman terhadap ajaran Islam yang terlalu tekstual dan literal, dengan tidak melakukan pemekaran makna, tidak menggunakan pendekatan rasional dan pendekatan integratif (tauhidi).
Dalam kaitan dengan dengan pluralitas budaya dan tradisi lokal, dakwah kultural, sebagaimana dikemukakan di muka, Muhammadiyah memberikan sikap ko-eksistensi dan pro-eksisten dalam rangka tabsyiriyah, tetapi pada saatnya Muhammadiyah melakukan islah dan tajdid, sehingga seni dan budaya lokal yang tidak bertentangan dengan aqidah, syari’ah dan akhlak Islam dapat dipertahankan dengan memberikan isi dengan pesan-pesan keislaman. Di samping itu melakukan kreasi baru dengan menawarkan kultur alternatif yang merupakan ekspresi dari pengahayatan ajaran Islam, serta meluruskan segala kultur, dan seni-budaya yang membawa nilai-nilai kemusyrikan, takhayul, bid’ah dan khurafat menuju al-tauhid al-khalis. Dengan demikian sikap ko-eksistensi dan pro-eksistensi merupakan konsekwensi pluralitas budaya dan sikap rasional Muhammadiyah, akan tetapi sikap ini merupakan bagian dari proses dalam tahapan dan marhalah dakwah.


4. Aplikasi Metode Dakwah
Ketiga metode dakwah tersebut diaplikasikan dalam berbagai pendekatan, diantarnya
yaitu :
a. Pendekatan Personal; pendekatan dengan cara ini terjadi dengan cara individual yaitu antara da’i dan mad’u langsung bertatap muka sehingga materi yang disampaikan langsung diterima dan biasanya reaksi yang ditimbulkan oleh mad’u akan langsung diketahui.
b. Pendekatan Pendidikan; pada masa Nabi, dakwah lewat pendidikan dilakukan beriringan dengan masuknya Islam kepada kalangan sahabat. Begitu juga pada masa sekarang ini, kita dapat melihat pendekatan pendidikan teraplikasi dalam lembaga-lembag pendidikan pesantren, yayasan yang bercorak Islam ataupun perguruan tinggi yang didalamnya terdapat materi-materi keislaman.
c. Pendekatan Diskusi; pendekatan diskusi pada era sekarang sering dilakukan lewat berbagai diskusi keagamaan, da‟i berperan sebagai nara sumber sedang mad’u berperan sebagai undience.
d. Pendekatan Penawaran; cara ini dilakukan Nabi dengan memakai metode yang tepat tanpa paksaan sehingga mad‟u ketika meresponinya tidak dalam keadaan tertekan bahkan ia melakukannya dengan niat yang timbul dari hati yang paling dalam.
e. Pendekatan Misi; maksud dari pendekatan ini adalah pengiriman tebaga para da‟i ke daerah-daerah di luar tempat domisisli. (Metode Dakwah; Solusi Untuk Menghadapi Problematika Dakwah Masa Kini Oleh: Sudirman)

D. Kesimpulan
Melihat persoalan ummat Islam di atas, nampaknya dakwah Islam harus dilakukan dengan upaya yang seriaus dan tidak hanya cukup dilakukan dengan dakwah bil lisan, dakwah yang dibutuhkan adalah kerja nyata yang mampu menimbulkan perubahan- perubahan sosial kemasyarakatan dan mampu memberikan solusi bagi permasalahan umat. Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa memberikan kekuatan dan petunjuk agar kita tidak salah pilih dan tidak terlambat, insya Allah.

Rujukan Makalah
1. (Jurnal Suhuf vo.l 19 no. November, Budi Rahardjo, 2007, hal 89)
2. (DAKWAH KULTURAL DAN PEMURNIAN AJARAN ISLAM, Dr. Syamsul Hidayat
3. Metode Dakwah; Solusi Untuk Menghadapi Problematika Dakwah Masa Kini Oleh: Sudirman)
4. (http://basyirin.blog.man18-jkt.sch.id/2010/02/27/definis-dakwah/http://basyirin.blog.man18-jkt.sch.id/2010/02/27/definis-dakwah/ )
5. (http://kitakelompok4.blogspot.com/2011/03/3-demografi-sumberdaya-manusia-sosial.htmlhttp://kitakelompok4.blogspot.com/2011/03/3-demografi-sumberdaya-manusia-sosial.html )

PENYAKIT HATI

(Sebuah Kajian terhadap ayat-ayat Al-Qur’an term Penyakit Hati

di pandang dari berbagai Sudut Pandang Ilmu)



Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah Nusus Qur’aniyah

Dosen Pengampu: Dr. Syamsul Hidayat, M. Ag.













Presented By:


Ali Ardianto

H. 000 080 006



JURUSAN USHULUDDIN

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2011

  1. Penyakit Hati Mengindikasikan Adanya Gangguan Kejiwaan

Kita mengenal tiga macam penyakit; penyakit hati, penyakit jiwa, dan penyakit fisik. Membedakan penyakit fisik dengan penyakit jiwa lebih mudah ketimbang membedakan penyakit jiwa dengan penyakit hati. Walaupun demikian, ketiganya memiliki persamaan. Apa pun yang dikenai oleh ketiga penyakit itu, ia tidak akan mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Tubuh kita disebut berpenyakit apabila ada bagian tubuh kita yang tidak menjalankan fungsinya dengan benar. Telinga Anda disebut sakit apabila ia tidak dapat mendengar lagi.

Di antara fungsi hati, menurut Al-Ghazali, adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Allah telah menciptakan hati sebagai tempat Dia bersemayam. Tuhan berkata dalam sebuah hadis Qudsi: Langit dan bumi tidak dapat meliputi-Ku. Hanya hati manusia yang dapat meliputi - Ku. Dalam hadis Qudsi lain, Tuhan berkata: "Hai anak Adam, Aku telah menciptakan taman bagimu, dan sebelum kamu bisa masuk ke taman ciptaan-Ku, Aku usir setan dari dalamnya. Dan dalam dirimu ada hati, yang seharusnya menjadi taman yang engkau sediakan bagi-Ku."

Hadis ini menunjukkan bahwa fungsi hati adalah untuk mengenal Tuhan, mencintai Tuhan, menemui Tuhan, dan pada tingkat tertentu, melihat Tuhan atau berjumpa dengan-Nya. Hati yang berpenyakit ditandai dengan tertutupnya mata batin kita dari penglihatan-penglihatan ruhaniah. Ada hubungan antara penyakit jiwa dengan penyakit fisik. Sebagai contoh, penyakit jiwa yang paling populer pada masyarakat modern adalah stres. Stres pada penyakit jiwa adalah seperti sakit flu pada penyakit fisik.

Dari beberapa penelitian ilmiah, diketahui bahwa orang-orang yang stres mengalami gangguan pada sistem immune atau sistem kekebalan dalam tubuhnya. Orang yang banyak mengalami stres cenderung gampang sekali terkena penyakit. Ini menunjukkan bahwa penyakit jiwa amat berpengaruh dalam menimbulkan gangguan fisik. Demikian pula sebaliknya, penyakit fisik dapat menimbulkan gangguan jiwa. Orang yang sakit terus menerus, sudah berobat ke mana-mana, tetapi belum sembuh, juga bisa mengalami penyakit jiwa. Orang tersebut boleh jadi cepat tersinggung, mudah marah, dan sebagainya.

Salah satu di antara penyakit jiwa adalah perasaan cemas; takut akan sesuatu yang tidak jelas. Ada dua macam ketakutan; Pertama, takut kepada sesuatu yang terlihat, misalnya ketakutan pada harimau. Kedua, takut kepada sesuatu yang abstrak, umpamanya seorang istri yang takut suaminya akan berbuat macam-macam. Sang istri membayangkan sesuatu yang bersumber dari imajinasinya sendiri. Ini berarti istri tersebut mengalami gangguan psikologis. Ada juga orang yang merasa bahwa semua orang di sekitarnya tidak suka kepada dia dan mereka semua bermaksud mencelakakannya. Dia selalu dibayangi ketakutan seperti itu. Para psikolog menyebut ketakutan seperti ini sebagai anxiety.

Penyakit hati menimbukan gangguan psikologis dan gangguan psikologis berpengaruh pada kesehatan fisik. Contoh penyakit hati adalah dengki, iri hati, dan dendam kepada orang lain. Dendam adalah rasa marah yang kita simpan jauh di dalam hati kita sehingga menggerogoti hati kita. Akibat dari menyimpan dendam, kita menjadi stres berkepanjangan. Adapun akibat dari iri hati ialah kehilangan perasaan tentram. Orang yang iri hati tidak bisa menikmati kehidupan yang normal karena hatinya tidak pernah bisa tenang sebelum melihat orang lain mengalami kesulitan. Dia melakukan berbagai hal untuk memuaskan rasa iri hatinya. Bila ia gagal, ia akan jatuh kepada frustrasi.

Imam Ali berkata, "Tidak ada orang zalim yang menzalimi orang lain sambil sekaligus menzalimi dirinya sendiri, selain orang yang dengki."

Selain menyakiti orang lain, orang yang dengki juga akan menyakiti dirinya sendiri. Ada penyakit hati yang langsung berpengaruh kepada gangguan fisik. Bakhil, misalnya. Bakhil adalah penyakit hati yang bersumber dari keinginan yang egois. Keinginan untuk menyenangkan diri secara berlebihan akan melahirkan kebakhilan. Penyakit bakhil berpengaruh langsung pada gangguan fisik.

Keberadaan jiwa seseorang akan dapat diketahui melalui sikap, prilaku atau penampilannya, yang dengan fenomena itu seseorang dapat dinilai bahwa kejiwaannya atau rohaniahnya dalam keadaan baik, sehat dan benar atau tidak. Indikasi kejiwaan yang negative dapat dikatakan sebagai suatu penyakit hati, diantaranya:

Beberapa Ayat yang memaparkan adanya suatu penyakit di hati manusia.

  • Surat al-Baqarah (2: 7)


Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka[20], dan penglihatan mereka ditutup[21]. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.”

[20]. Yakni orang itu tidak dapat menerima petunjuk, dan segala macam nasehatpun tidak akan berbekas padanya.

[21]. Maksudnya: mereka tidak dapat memperhatikan dan memahami ayat-ayat Al Quran yang mereka dengar dan tidak dapat mengambil pelajaran dari tanda-tanda kebesaran Allah yang mereka lihat di cakrawala, di permukaan bumi dan pada diri mereka sendiri.

  • Surat Al-Baqarah (2: 74)

Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.”

Adapaun dalam surat al-Baqarah yang menyebutkan kata kunci penyakit hati dapat di jumpai di ayat, 10, ayat 88, ayat 93, 109, dan 204.


  • Surat Al Anfal (8: 49)

(Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata: "Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya". (Allah berfirman): "Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".”


Serta masih banyak lagi ayat-ayat yang memaparkan tentang tema penyakit hati, seperti dalam surat At-Taubah ayat 125, Yunus 57, Al-Hajj 53, An Nur 50, Al Ahzab 60, Muhammad 20, 29. Pada bagian berikutnya penulis akan memaparkan macam-macam bentuk penyakit hati yang mengindikasikan gangguan kejiwaan. Berikut ini:


    1. Pemarah

tûüÏJÏà»x6ø9$#ur xáøtóø9$# tûüÏù$yèø9$#ur Ç`tã Ĩ$¨Y9$# 3 ª!$#ur =Ïtä šúüÏZÅ¡ósßJø9$#

“…dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. (Ali Imran 3:134)


Sifat atau sikap mudah marah adalah suatu hal yang sangat membahayakan bagi perkembangan jiwa bahkan dapat memberikan celaka bagi orang lain dan lingkungannya. Oleh karena itu islam menbimbing umatnya untuk menjauhkan diri dari marah dan mendekatkan diri kepada Allah. Firman Allah dalam hadits Qudsi:

Barang siapa telah mengingat Aku ketika sedang marah, niscaya Aku ingat kepadanya ketika Aku sedang marah, dan Aku tidak menghilangkan rahmat-Ku sebagai orang-orang yang Aku hilangkan rahmatnya”. (HQR. Dailami dari Anas RA.).


    1. Dendam Kesumat

÷Pr& |=Å¡ym šúïÏ%©!$# Îû OÎgÎ/qè=è% íÚt¨B br& `©9 yl̍øƒä ª!$# öNåkstóôÊr&

Atau Apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan Menampakkan kedengkian mereka ?” (Muhammad, 47:29)

Dendam ialah sifat atau sikap suka membalas atas rasa sakit yang telah diderita sebelumnya kepada orang yang telah menyakiti atau kepada orang lain karena rasa ingin menumpahkan kemarahan dan kepuasan hawa nafsu yang ada di dalam dada. Sikap dendam adalah penyakit hati yang sangat mempengaruhi mental atau kejiwaan seseorang. Untuk menghilankan rasa ini sangat sulit, karena sangat berkaitan erat dengan sifat pemarah.


    1. Pendengki (Hasad)

¨Šur ׎ÏVŸ2 ïÆÏiB È@÷dr& É=»tGÅ3ø9$# öqs9 Nä3tRrŠãtƒ .`ÏiB Ï÷èt/ öNä3ÏyÎ) #·‘$¤ÿä. #Y|¡ym ô`ÏiB ÏYÏã OÎgÅ¡àÿRr& .`ÏiB Ï÷èt/ $tB tû¨üt6s? ãNßgs9 ,ysø9$# (

Sebahagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran.”(Al-Baqorah, 2:109)

Dengki (hasad ) adalah sifat atau sikap tidak senang melihat orang lain mendapat kenikmatan, kebaikan dan kedamaian dengan berupaya melakukan kejahatan kepadanya agar kenikamatan, kebaikan dan kedamaian itu berpindah kepada dirinya. Dan ia mereasa senang bila orang yang dirampas kebahagiaanya itu menderita.


    1. Takabbur (sombong, angkuh)

Ÿwur öÏiè|Áè? š£s{ Ĩ$¨Z=Ï9 Ÿwur Ä·ôJs? Îû ÇÚöF{$# $·mttB ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä ¨@ä. 5A$tFøƒèC 9qãsù

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (Lukman, 31:18)

Takabbut ialah sikap menyombongkan diri karena merasa dirinya mempunyai banyak kelebihan dan menganggap orang lain mempunyai banyak kekurangan. Akibat sifat sombong ini diantaranya adalah:

  1. Allah akan menyiksa orang-orang yang mempunyai sikap takabbur dengan siksaan yang pedih, dan mereka tak memperoleh perlindungan dan penolong dari azab Allah (An-Nisaa’, 4:173)

  2. Orang-orang sombong adalah para penghuni api neraka kerena selalu mendustakan ayat-ayat Allah. (Al-a’raafm 7:36, An-Nahl, 16: 29)

  3. Tertutupnya pintu-pintu langit (rahmat) dan tidak akan masuk surga (Al-a’raaf, 7:40).

  4. Orang-orang sombong adalah kaum yang berlumuran dengan dosa (Al-a’raaf, 7:133). Dsb.


    1. Suka Pamer (Riya)

tûïÏ%©!$#ur šcqà)ÏÿYムöNßgsuqøBr& uä!$sÍ Ĩ$¨Y9$# Ÿwur šcqãYÏB÷sム«!$$Î/ Ÿwur ÏQöquø9$$Î/ ̍ÅzFy$# 3 `tBur Ç`ä3tƒ ßsÜø¤±9$# ¼çms9 $Y̍s% uä!$|¡sù $Y̍s% ÇÌÑÈ

Dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya, Maka syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya”. (An-Nisa, 4:38)

Riya ialah sikap suka menonjolkan diri, melakukan sesuatu karena ingin dilihat dan dipuji orang. Mereka memamerkan dirinya sebgai orang yang taat dan taat kepada Allah dengan melakukan serangakaian ibadah. Tetapi kerena mengaharapkan pujian dan sanjungan orang lain, bukan kerena ketulusan dan keihlasannya.


    1. Membanggakan Diri Sendiri (‘Ujub)

z`ÏBur Ĩ$¨Y9$# `tB y7ç6Éf÷èム¼ã&è!öqs% Îû Ío4quŠysø9$# $u÷R9$# ßÎgô±ãƒur ©!$# 4n?tã $tB Îû ¾ÏmÎ6ù=s% uqèdur $s!r& ÏQ$|ÁÏø9$#

Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, Padahal ia adalah penantang yang paling keras”. (Al-Baqarah, 2:204)


Ÿxsù (#þq.tè? öNä3|¡àÿRr& ( uqèd ÞOn=÷ær& Ç`yJÎ/ #s+¨?$# ÇÌËÈ

Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (An-Najam, 53:32)


Ujub adalah bermengah diri atau bebangga pada diri dan suatu sifat merasa paling hebat, paling pandai, paling gagah, paling mulia, paling suci dan sebagainya. Orang yang menderita penyakit ‘ujub merasa dirinya bersar dan hebat, tidak senang dan tidak tahan mendapat kritik atau saran orang lain.

Klasifikasi ‘ujub dibagi menjadi tujuh macam yaitu:

        1. Ujub kepada keindahan tubuhnya, kesehatannya, kekuatannya, kecantikannya dan kegantengannya.

        2. Dengan akal dan kecerdiakannya serta kepandaiannya dalam berbagai masalah baik agama maupun masalah dunia

        3. Dengan keturunan yang mulia

        4. Dengan silsilah raja yang zhalim, bukan kerena atas dasar ilmu dan ketakwaanya.

        5. Karena banyak memiliki anak, pembantu, pengikut dan sebagainya.

        6. Karena harta benda yang berlimpah

        7. Ujub dengan pendapat yang keliru.





    1. Berburuk Sangka (Su’uzhzhan)

$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qç7Ï^tGô_$# #ZŽÏWx. z`ÏiB Çd`©à9$# žcÎ) uÙ÷èt/ Çd`©à9$# ÒOøOÎ) ( Ÿwur (#qÝ¡¡¡pgrB Ÿwur =tGøótƒ Nä3àÒ÷è­/ $³Ò÷èt/ 4 =Ïtär& óOà2ßtnr& br& Ÿ@à2ù'tƒ zNóss9 ÏÅzr& $\GøŠtB çnqßJçF÷d̍s3sù 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# Ò>#§qs? ×Ïm§ ÇÊËÈ

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” {Al-Hujarat, 49:12)


    1. Was-Was

}¨uqóuqsù $yJçlm; ßsÜø¤±9$# yÏö7ãŠÏ9 $yJçlm; $tB yͼãr $yJåk÷]tã `ÏB $yJÎgÏ?ºuäöqy tA$s%ur $tB $yJä38uhtR $yJä3š/u ô`tã ÍnÉ»yd Íotyf¤±9$# HwÎ) br& $tRqä3s? Èû÷üs3n=tB ÷rr& $tRqä3s? z`ÏB tûïÏ$Î#»sƒø:$# ÇËÉÈ

Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk Menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka Yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi Malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)".( Al-A’raaf, 7:20)


    1. Pendusta (Kadzib)

tûïÏ%©!$#ur (#rãxÿx. (#qç/¤x.ur !$oYÏF»tƒ$t«Î/ y7Í´¯»s9'ré& Ü=»ptõ¾r& Í‘$¨Z9$# ( öNèd $pÏù tbrà$Î#»yz

Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”.(Al-Baqarah, 2:39)

Ÿwr&¨bÎ) ©!$# Ÿw Ïôgtƒ ô`tB uqèd Ò>É»x. Ö‘$¤ÿŸ2 ÇÌÈ

“…Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” (Az-Zumar, 39:3)


    1. Rakus dan Serakah

¨bÎ) ©!$# Ÿw Ïöku ô`tB uqèd Ô$ÎŽô£ãB Ò>#¤x. ÇËÑÈ

“…Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta.” (40:28)

(#qè=à2ur (#qç/uŽõ°$#ur Ÿwur (#þqèùÎŽô£è@ 4 ¼çm¯RÎ) Ÿw =Ïtä tûüÏùÎŽô£ßJø9$# ÇÌÊÈ

“…Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan[535]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”.(Al-A’raaf,7:31)


    1. Beputus Asa

šúïÏ%©!$#ur (#rãxÿx. ÏM»tƒ$t«Î/ «!$# ÿ¾Ïmͬ!$s)Ï9ur y7Í´¯»s9'ré& (#qݡͳtƒ `ÏB ÓÉLyJôm§ y7Í´¯»s9'ré&ur öNçlm; ë>#xtã ÒÏ9r& ÇËÌÈ

Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah dan Pertemuan dengan Dia, mereka putus asa dari rahmat-Ku, dan mereka itu mendapat azab yang pedih”. (Al-Ankabut,29:23)


Ÿwur (#qÝ¡t«÷ƒ($s? `ÏB Çy÷r§ «!$# ( ¼çm¯RÎ) Ÿw ߧt«÷ƒ($tƒ `ÏB Çy÷r§ «!$# žwÎ) ãPöqs)ø9$# tbrãÏÿ»s3ø9$# ÇÑÐÈ

Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”.(Yusuf, 12:87)


    1. Pelupa (lalai)

tbqà)Ïÿ»uZßJø9$# àM»s)Ïÿ»oYßJø9$#ur OßgàÒ÷èt/ .`ÏiB <Ù÷èt/ 4 šcrããBù'tƒ ̍x6ZßJø9$$Î/ šcöqpk÷]tƒur Ç`tã Å$rã÷èyJø9$# šcqàÒÎ6ø)tƒur öNåkuÏ÷ƒr& 4 (#qÝ¡nS ©!$# öNåkuŽÅ¡t^sù 3 žcÎ) tûüÉ)Ïÿ»oYßJø9$# ãNèd šcqà)Å¡»xÿø9$# ÇÏÐÈ

Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang Munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. mereka telah lupa kepada Allah, Maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik.(At-taubah,9:67)


    1. Pemalas

¨bÎ) tûüÉ)Ïÿ»uZßJø9$# tbqããÏ»sƒä ©!$# uqèdur öNßgããÏ»yz #sŒÎ)ur (#þqãB$s% n<Î) Ío4qn=¢Á9$# (#qãB$s% 4n<$|¡ä. tbrâä!#tãƒ }¨$¨Z9$# Ÿwur šcrãä.õtƒ ©!$# žwÎ) WÎ=s% ÇÊÍËÈ

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit”.(An-Nisaa,4:142)


    1. Kikir (bakhil)

tûïÏ%©!$# tbqè=yö7tƒ tbrâßDù'tƒur šZ$¨Y9$# È@÷ç7ø9$$Î/ šcqßJçFò6tƒur !$tB ãNßg9s?#uä ª!$# `ÏB ¾Ï&Î#ôÒsù 3 $tRôtFôãr&ur tûï̍Ïÿ»x6ù=Ï9 $\/#xtã $YY‹ÎgB ÇÌÐÈ

(Yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan Menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. dan Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan”. (An-Nisaa,4:37)


    1. Hilangnnya Perasaan Malu

óOs9r& Ls>÷ètƒ ¨br'Î/ ©!$# 3ttƒ ÇÊÍÈ

Tidaklah Dia mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?” (Al’Alaq,96:14)


  1. Ciri dan Tanda-Tanda Penyakit Hati

    1. Kehilangan cinta yang tulus. Orang yang mengidap penyakit hati tidak akan bisa mencintai orang lain dengan benar. Dia tidak mampu mencintai keluarganya dengan ikhlas. Orang seperti itu agak sulit untuk mencintai Nabi, apalagi mencintai Tuhan yang lebih abstrak. Karena ia tidak bisa mencintai dengan tulus, dia juga tidak akan mendapat kecintaan yang tulus dari orang lain. Sekiranya ada yang mencintainya dengan tulus, ia akan curiga akan kecintaan itu.

    2. Kehilangan ketentraman dan ketenangan batin. Ketiga, memiliki hati dan mata yang keras. Pengidap penyakit hati mempunyai mata yang sukar terharu dan hati yang sulit tersentuh. Keempat, kehilangan kekhusyukan dalam ibadat. Kelima, malas beribadat atau beramal. Keenam, senang melakukan dosa. Orang yang berpenyakit hati merasakan kebahagiaan dalam melakukan dosa. Tidak ada perasaan bersalah yang mengganggu dirinya sama sekali. Sebuah doa dari Nabi saw berbunyi: "Ya Allah, jadikanlah aku orang yang apabila berbuat baik aku berbahagia dan apabila aku berbuat dosa, aku cepat-cepat beristighfar."

    3. Memiliki nafsu yang tidak pernah kenyang. Ia memendam ambisi yang tak pernah habis, keinginan yang terus menerus, serta keserakahan yang takkan terpuaskan.

    4. Doanya tidak diangkat dan didengar Tuhan.

    5. Mempunyai hati yang tidak bisa khusyuk. Dalam menjalankan ibadah, ia tidak bisa mengkhusyukkan hatinya sehingga tidak bisa menikmati ibadahnya. Ibadah menjadi sebuah kegiatan rutin yang tidak mempengaruhi perilakunya sama sekali. Tanda lahiriah dari orang yang hatinya tidak khusyuk adalah matanya sulit menangis. Nabi saw menyebutnya sebagai jumûd al-`ain (mata yang beku dan tidak bisa mencair). Di dalam Al-Quran, Allah menyebut manusia-manusia yang salih sebagai mereka yang ...seringkali terhempas dalam sujud dan menangis terisak-isak.

    6. Memiliki ilmu yang tidak bermanfaat. Ilmunya tidak berguna baginya dan tidak menjadikannya lebih dekat kepada Allah swt. Al-Quran menyebutkan orang yang betul- betul takut kepada Allah itu sebagai orang-orang memiliki ilmu: Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya ialah orang yang berilmu. Jika ada orang yang berilmu tapi tidak takut kepada Allah, berarti dia memiliki ilmu yang tidak bermanfaat.


Daftar Pustaka



Depag, Al-Quran dan Tarjamahnya, 1996, CV. Toha Putra: Semarang


Bakran, Hamdani, 2001, Konseling & Psikoterapi Islam: Penerapan Metode Sufistik, Fajar Pustaka Baru: Yogyakarta.

http://cintaukhti.blogspot.com/2011/02/penyakit-hati-dan-obatnya.html#ixzz1IEoiWntI


Ghazalli, Ihya Umuluddin, jilid 5.